2. Pengertian Iman Kristiani
Secara umum iman dimengerti sebagai jawaban manusia terhadap wahyu Allah, dalam iman kristiani telah dinyatakan lewat pewahyuan Allah dalam diri
Yesus Kristus. Iman dalam pengertian Kristiani adalah sebagai berikut:
a. Iman sebagai Jawaban Manusia atas Wahyu Allah
Sejauh dilihat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan Diri kepada manusia, wahyu merupakan pertemuan Allah dan manusia. Dilihat dari
pihak manusia yang menanggapi wahyu, manusia yang menanggapi wahyu dan menyerahkan diri kepada Allah, iman adalah pertemuan yang sama.
Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia lewat perjalanan sejarah melalui perantaraan para nabi. Setelah berkali-kali mengalami kegagalan,
akhirnya Allah mengutus Putra-Nya Dei Verbum: art 4. Beberapa uraian dari Kitab Suci, iman sebagai wahyu dijelaskan dalam
Surat Ibrani 1:2, “Pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Dia yang adalah Anak-
Nya”. Dalam diri Yesus pewahyuan Allah mencapai puncak keakraban dan kedekatannya. Musa mengatakan, “Bangsa besar
manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepada-nya seperti Tuhan, Allah kita, dekat pada kita setiap kali kita memanggil kepada-
Nya?” Ul. 4:7. Surat Ibrani 10:1 mengatakan jika “dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan
saja dari keselamatan y ang akan datang”. Kesempurnaan dan kepenuhan wahyu
datang dalam Yesus Kristus, yang tidak hanya “menyampaikan firman Allah” Yoh 3:34, tetapi adalah “Firman Allah” sendiri Yoh. 1:1; Why. 19:3. Dalam
diri Yesus Allah memberikan diri secara penuh kepada manusia. Oleh sebab itu
Yesus adalah wahyu Allah yang penuh dan menentukan Iman Katolik, 1996: 127.
Penjelasan di atas menegaskan bahwa wahyu Allah terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Umat Kristiani mengartikan bahwa menjawab wahyu Allah berarti
menjawab panggilan dari Yesus Kristus. Percaya kepada Yesus merupakan iman yang utuh dalam sejarah keselamatan. Keselamatan itu tidak lain dari kesatuan
Allah dengan manusia dan terlaksana dengan sepenuhnya dalam diri Yesus Kristus. Dalam Yohanes 14:9, Yesus mewahyukan diri-Nya dalam Allah bahwa
“Barang siapa melihat Aku, ia melihat Bapa”. Yesus adalah Bapa yang hidup dan berkenan menjadi manusia.
Sikap yang harus dibangun manusia untuk menjawab wahyu Allah ialah seperti ajaran Paulus tentang “ketaatan iman” Rom. 1;5; 16:26. Tekanan ada
pada ketaatan iman secara penuh, sebab hanya iman seperti itu dapat menjadi jawaban wajar terhadap wahyu Allah.
b. Iman sebagai Penyerahan Diri Manusia kepada Allah
Konsili Vatikan II menyatakan bahwa Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia dengan maksud menampakkan dan membuka diri-Nya sendiri serta
kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia DV: art 6. Karena cinta-Nya yang begitu dalam akan umat manusia maka Allah mengutus putra-Nya yaitu Yesus
Kristus sebagai pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam I
njil Yesus bersabda bahwa “Siapa yang percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal” Yoh. 3:36. Oleh sebab itu komitmen manusia untuk percaya
bahwa Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup merupakan bentuk penyerahan diri yang memberikan banyak karunia dan keselamatan.
Manusia yang berkomitmen untuk dibabtis dan mengikuti iman Katolik dengan sepenuh hati merupakan tindakan penyerahan diri manusia kepada Allah
yang harus senantiasa dipupuk sejak usia dini. Anak-anak adalah masa depan Gereja. Jika mereka sudah mengenal Yesus sejak dini, pada saat dewasa nanti
mereka akan menjadi orang katolik yang militan untuk membangun dan mengembangkan Gereja.
C. Pendampingan Iman Anak PIA