bahwa Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup merupakan bentuk penyerahan diri yang memberikan banyak karunia dan keselamatan.
Manusia yang berkomitmen untuk dibabtis dan mengikuti iman Katolik dengan sepenuh hati merupakan tindakan penyerahan diri manusia kepada Allah
yang harus senantiasa dipupuk sejak usia dini. Anak-anak adalah masa depan Gereja. Jika mereka sudah mengenal Yesus sejak dini, pada saat dewasa nanti
mereka akan menjadi orang katolik yang militan untuk membangun dan mengembangkan Gereja.
C. Pendampingan Iman Anak PIA
1. Sejarah Pendampingan Iman Anak PIA
PIA merupakan singkatan dari pendampingan iman anak yang juga biasa disebut Sekolah Minggu. K
ata “Sekolah Minggu” berasal dari bahasa Inggris “Sunday School” Sunday: Hari pertama dalam minggu, hari istirahat, dan hari
ibadah bagi orang Kristen; School: lembaga formal yang menangani pendidikan. “Sunday School” merupakan suatu kegiatan yang dihadiri oleh anak-anak dan
pelaksanaannya berlangsung di gereja dengan tujuan untuk mengikuti pelajaran agama Pusat Kateketik, 2002: 12.
Sekolah Minggu pertama kali diadakan oleh Robet Raikes yang lahir di Inggris pada tanggal 14 September 1735. Dalam kesehariannya Raikes suka
menolong orang-orang yang miskin dan orang di penjara. Ia mengupayakan dana untuk menolong orang-orang yang ada di penjara agar mereka mendapatkan
peningkatan kondisi kesehatan, dan perlakuan lebih manusiawi. Dia juga mengadakan pembinaan bagi para napi Kadarmanto, 2005: 26.
Raikes melihat bahwa tindak kejahatan terjadi karena rendahnya pendidikan. Saat itu sekolah yang tersedia hanya diperuntukkan bagi mereka yang
mempunyai dana besar untuk biaya sekolah. Anak-anak yang tidak berpendidikan karena tidak mampu bersekolah akhirnya menjadi liar, bertindak semaunya, dan
melakukan tindakan kejahatan. Sedangkan orang tua harus bekerja selama 6 hari dalam seminggu, dan hanya memiliki libur pada hari Minggu sehingga
pengawasan, perhatian, serta pendidikan bagi anak-anak kurang begitu diperhatikan. Melihat kondisi yang terjadi, Raikes merasa prihatin dan mencoba
untuk mengumpulkan anak-anak miskin khususnya mereka yang tidak bersekolah pada hari Minggu. Raikes mengumpulkan anak-anak di gereja dan mengajarkan
kepada mereka berbagai hal, salah satunya adalah pelajaran agama selain itu Raikes juga mengajarkan anak-anak untuk menulis dan membaca. Dengan apa
yang dilakukan oleh Raikes, banyak orang tertarik dan mendukung usahanya. Selain itu Raikes juga menggunakan rumahnya sebagai tempat belajar dan Raikes
juga mencari seorang guru wanita untuk mengajar anak-anak itu pada hari Minggu. Sekolah Minggu terus berjalan dan tiga tahun kemudian di berbagai
tempat juga diadakan Sekolah Minggu lain dengan model yang sama seperti dilakukan oleh Raikes. Bertahun-tahun kemudian kegiatan ini berkembang
menjadi sekolah yang dilakukan setiap hari dengan cuma-cuma bagi anak-anak miskin Kadarmanto, 2005: 26-27.
Bertolak dari pengalaman tersebut, Gereja Katolik juga terlibat mengembangkan pelayanan iman bagi anak-anak. Pelayanan iman yang dikenal
juga bernama Sekolah Minggu. Tahun 1972 dikembangkan lebih lanjut dengan pertemuan rutin sekelompok anak-anak, dengan kegiatan berdoa, bernyanyi, dan
bermain bersama. Istilah yang dipakai di berbagai keuskupan dan paroki pun berbeda-beda,
ada yang mengistilahkan Sekolah Minggu, Pendampingan Iman Anak PIA, Bina Iman Anak BIA, Bina Iman Anak Katolik BIAK dan sebagainya Prasetya,
2008: 7. Dalam penulisan ini Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mengistilahkan pendampingan iman bagi anak-anak dengan sebuatan Sanggar Anak.
2. Kekhasan Dasar dan Tujuan Pendampingan Iman Anak PIA
a. Kekhasan Pendampingan Iman Anak PIA
Pendampingan Iman Anak PIA adalah salah satu bentuk pendampingan yang dilakukan untuk membimbing dan mengembangkan hidup anak, terutama
dalam iman. Anak-anak yang mengikuti kegiatan PIA pada umumnya berusia antara 5-13 tahun, dan diikuti oleh anak-anak beragama Katolik baik yang sudah
maupun belum dibabtis. Pelaksanaan Pendampingan Iman Anak biasanya dilaksanakan pada hari Minggu. Ini dikarenakan pada hari Minggu sekolah libur
dan anak-anak bisa mengikuti kegiatan PIA secara lebih efektif. Lama waktu pendampingan biasanya antara satu sampai dua jam.
b. Dasar Pendampingan Iman Anak PIA
Pendampingan Iman Anak PIA adalah suatu bentuk usaha untuk membantu mengembangkan iman anak melalui pendampingan informal. Keluarga
merupakan tempat pertama dan utama dalam pengembangan iman anak. Dalam “Gereja Keluarga” anak mendapatkan pewartaan iman awal dan mengembangkan
panggilan rohani mereka bdk. LG 11. Bahkan dalam keluarga itu bukan hanya orang tua yang bertugas mewartakan Injil kepada anaknya, tetapi orang tua pun
mendapat pewartaan dalam anak Nota Pastoral, 2008: 36. Tidak dapat dipungkiri bahwa zaman yang semakin maju membuat keluarga harus memenuhi
tuntutan ekonomi dan memaksa orang tua harus bekerja lebih keras. Akibatnya anak menjadi kurang terdampingi. Hal ini diperkuat oleh survei yang dilakukan
oleh Keuskupan Agung Semarang tahun 2005 bahwa banyak orang tua menghabiskan waktunya untuk bekerja sehingga anak kurang terdampingi.
Gereja melihat bahwa kehidupan kaum muda dan anak-anak sangat memprihatinkan. Hal ini mendorong Gereja membentuk kelompok untuk
memberikan pendampingan iman bagi anak-anak, sehingga iman dalam diri anak- anak semakin diperkuat. Pendampingan ini sangat menentukan kehidupan anak di
masa depan, baik yang menyangkut kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan beriman, maupun panggilan hidupnya.
Berikut adalah dasar-dasar pentingnya pendampingan bagi anak-anak sebagai upaya menganalisis pentingnya peran orang tua terhadap pendampingan.
1 Dasar Kitab Suci
Yesus mengajar semua orang dengan mengatakan bahwa anak-anak adalah gambaran dari Kerajaan Surga. Yesus secara tegas memberikan pandangan-Nya
mengenai anak-anak dan anak-anak harusnya diberikan kesempatan untuk selalu dekat dengan Tuhan. Perikop dalam Injil Lukas 18:15-17 mengatakan,
“Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Yesus, supaya ia menjamah mereka. Melihat itu murid-
murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus memanggil
mereka dan berkata: “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang
yang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya barang siapa tidak menyambut kerajaan
Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dala
mnya”
Sabda Yesus ini menunjukkan bahwa anak-anak mendapat tempat di hati Yesus. Anak-anak tidak hanya diundang untuk datang kepada Yesus, tetapi
bahkan dijadikan model bagi mereka yang menanggapi pewartaan Yesus. Teks tersebut juga menjadi dasar ajaran Yesus untuk anak-anak. Yesus sangat
menekankan bahwa semua murid-Nya wajib untuk memberikan jalan dan petunjuk yang benar bagi anak-anak.
Dalam teks yang lain Tuhan Yesus juga menerima lima roti dan dua ikan dari seorang anak Yoh. 6:1-15. Anak-anak adalah pribadi yang mempunyai hati
untuk berbagi secara tulus. Dengan pendampingan yang maksimal keutuhan pribadinya juga akan maksimal. Jika anak-anak selalu dilatih sejak dini pasti anak
“makin bertambah besar dan bertambah hikmat dan besar, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” Luk. 2:52.