Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Tomat

47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Tomat

1. Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman

Buah tomat yang digunakan dalam penelitian perlu dipastikan kebenaran spesiesnya dengan melakukan determinasi. Determinasi buah dilakukan dengan membandingkan ciri-ciri morfologi buah dengan kunci determinasi yang mengacu pada pustaka Flora of Java Volume II. Hasil determinasi menunjukkan bahwa buah tersebut merupakan buah dari tanaman Lycopersicon lycopersicum L. Karsten. Pengumpulan bahan dilakukan pada tempat penjualan buah tomat yang sama dan pada bulan yang sama dengan tujuan untuk mendapatkan keseragaman hasil dari proses ekstraksi. Kondisi buah tomat yang dipilih yaitu buah yang masih segar, utuh, dan berwarna merah untuk menghindari adanya kemungkinan kerusakan atau berkurangnya kandungan kimia pada buah yang dapat disebabkan oleh serangan hama atau perlakuan yang kurang tepat. Sortasi basah dilakukan dengan mencuci buah menggunakan air mengalir, bertujuan untuk menghilangkan pengotor, seperti serangga, debu, atau bahan- bahan asing lainnya yang dapat mengganggu perolehan hasil pada penelitian.

2. Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Tomat

Setelah buah tomat dcuci bersih kemudian diblender dengan tujuan untuk memperluas luas kontak dengan pelarut sehingga proses maserasi akan berlangsung lebih baik, selain itu juga untuk menhancurkan sel-sel dalam tomat sehingga senyawa yang terkandung didalamnya dapat keluar dan terlarut dalam pelarut yang digunakan. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etil asetat. Komponen dari buah tomat yang ingin diekstraksi adalah likopen. Metode maserasi digunakan karena kemampuannya dalam mengekstraksi komponen dari tanaman dengan konsentrasi yang besar. Kandungan dari buah tomat yang memiliki efek antioksidan cukup tinggi adalah likopen dan ß-karoten. Likopen dan ß-karoten adalah senyawa bersifat non polar sehingga digunakan perlarut non polar dalam proses ekstraksi. Maserasi dilakukan selama 7 hari dan dilanjutkan dengan remaserasi untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang lebih optimal. Proses dilanjutkan dengan penguapan pelarut menggunakan vacuum rotary evaporator yang dengan tekanan rendah dan suhu 40-60 o C untuk mempercepat proses ekstraksi, hingga didapatkan ekstrak kental Narendran dkk., 2013. Suhu pada penguapan dijaga agar tidak lebih dari 70 o C karena dikhawatirkan likopen akan mengalami degradasi dan aktivitas antioksidannya dapat menurun. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian dicampurkan dengan talkum dengan perbandingan ekstrak kental dibanding talkum yaitu 1 : 5 dan diaduk hingga homogen. Angka perbandingan 1:5 diperoleh dari hasil orientasi, dimana pada perbandingan tersebut ekstrak kental tomat yang semula berupa cairan telah berubah menjadi ekstrak yang kering. Penambahan talkum bertujuan sebagai zat pengisi agar ekstrak kental berubah menjadi ekstrak kering. Tujuan pembuatan ekstrak kering ini adalah agar ekstrak lebih awet dalam penyimpanan dan meminimalkan pertumbuhan mikroba. Selain itu, ekstrak kering ini akan lebih mudah tercampu homogen dalam formula sediaan krim dibandingkan ekstrak kental. Kemudian ekstrak kering disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari agar tidak terjadi proses oksidasi pada likopen yang terdapat dalam ekstrak tomat tersebut. Hasil yang didapat adalah ekstrak kering berwarna kuning. Tabel VI. Hasil rendemen ekstrak kental tomat Berat Buah Tomat gram Berat Ekstrak Kental Tomat gram Rendemen Ekstrak Kental Tomat 1.087 3,5 0,32 945 4,8 0,51 901 5,1 0,57 1.102 6,1 0,55 1.058 7,8 0,74 985 8,0 0,81 966 6,5 0,67 884 6,1 0,69 804 2,4 0,30 1.022 8,5 0,83 980 3,1 0,32 902 3,0 0,33 Rata-rata rendemen yang diperoleh dari ekstraksi kental tomat adalah 0,55. Metode ekstraksi yang dilakukan kurang sempurna dikarenakan langsung digunakan etil asetat sebagai pelarut utama. Etil asetat tidak dapat masuk ke dalam sel buah tomat yang komponen utamanya adalah air dikarenakan perbedaan polaritas. Ekstrak yang diperoleh tersebut karena adanya sebagian sel yang telah hancur akibat diblender sehingga etil asetat dapat melarutkan senyawa aktif yang diinginkan. Agar ekstraksi mendapat hasil maksimal sebaiknya digunakan ekstraksi bertahap ataupun cara lain yang dapat menghancurkan sel lebih sempurna.

B. Uji Kualitatif Antioksidan Ekstrak Etil Asetat Tomat

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMBINASI PEG 400 DAN PEG 4000 SEBAGAI BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK DAN PENGARUH KOMBINASI PEG 400 DAN PEG 4000 SEBAGAI BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK DAN KECEPATAN PELEPASAN BENZOKAIN.

1 3 17

Pengaruh SPAN 80 dan TWEEN 80 sebagai surfaktan terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak dengan aplikasi desain faktorial.

2 56 145

Pengaruh texapon® n70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial.

2 37 139

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan peg 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan metode desain faktorial.

0 3 120

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial.

0 4 112

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan peg 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan metode desain faktorial

1 3 118

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial

8 63 110

Pengaruh Komposisi PEG 400 dan PEG 6000 Sebagai Basis Suppositoria Terhadap Laju Disolusi Parasetamol - Ubaya Repository

1 5 1

SEBAGAI HUMECTANT TERHADAP SIFAT FISIS BASIS SEDIAAN GEL TOOTHPASTE : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI

0 0 125

Pengaruh Texapon® N70 sebagai Surfaktan dan PEG 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat buah tomat dengan metode desain faktorial - USD Repository

0 0 115