Metode HET-CAM Desain Faktorial

b. Analisis ukuran droplet. Jika rata-rata ukuran droplet meningkat seiring bertambahnya waktu bersamaan dengan penurunan jumlah droplet, dapat disumsikan bahwa penyebabnya adalah koalesen. c. Perubahan viskositas. Ditunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi viskositas emulsi. Adanya variasi pada ukuran atau jumlah droplet dapat dideteksi dengan perubahan viskositas secara nyata Aulton, 2002.

J. Metode HET-CAM

Hen’s Egg Test-Chorioallantoic Menbrane HET-CAM bertujuan untuk mendapatkan informasi efek yang terjadi pada konjungtiva oleh karena pemaparan zat uji. Embrio ayam telah lama digunakan sebagai model toksisitas embrio bagi para virologist. Metode ini menggunakan telur fertile yang diinkubasikan pada inkubator pada suhu 36-37°C. Pengaturan lembab pada inkubator dilakukan dengan pemberian air pada rak inkubator. Periode inkubasi untuk telur fertile yang akan digunakan untuk HET-CAM adalah 8-12 hari D’Arcy dan Howard, 1996. CAM merupakan membran vaskular respirasi yang mengelilingi perkembangan embrio unggas. CAM tersusun atas lapisan ektodermal, mesodermal, dan endodermal. Lapisam ektodermal terdiri atas epithelium yang berupa dua atau tiga inti sel. Lapisan mesodermal terdiri atas jaringan penghubung, ground substance, dan pembuluh darah Cimpean dkk., 2008. Chorioallantonic membrane dari embrio telur secara luas digunakan dalam penelitian angiogenesis secara in vivo yang disebut sebagai CAM assay. Metode ini lebih mudah dan murah jika dibandingkan dengan metode in vivo lainnya. Juga dapat diamati adanya hemorage, lisis, dan koagulasi yang diakibatkan adanya pengaruh dari bahan yang disuntikkan Klarwasser dkk., 2001. Gambar 9. Chorioallantoic membrane Klarwasser dkk., 2001 Irritation Score IS pada HET-CAM: 1. 0 – 0,9 Kategori iritasi: tidak mengiritasi atau praktis tidak mengiritasi 2. 1 – 4,9 Kategori iritasi: iritasi lemah 3. 5 – 8,9 atau 5 – 8,9 Kategori iritasi: iritasi sedang 4. 9 – 21 atau 10 – 21 Kategori iritasi: iritasi kuat Cazedey dkk., 2009.

K. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel-respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisa tersebut berupa persamaan matematika Bolton, 1997. Desain faktorial digunakan untuk mengevaluasi efek dari faktor yang dipelajari secara simultan dan efek yang relatif penting dapat dinilai Armstrong dan James, 1996. Dengan desain faktorial, dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap respon. Juga memungkinkan kita mengetahui interaksi antara faktor-faktor tersebut Bolton, 1997; Voigt, 1994. Pada desain faktorial dua faktor dan dua level diperlukan empat formulasi 2 n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor. Rancangan penelitian desain faktorial dengan dua faktor dan dua level seperti tabel II. Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dua faktor dan dua level Formula Faktor A Faktor B Interaksi 1 - - + a + - - b - + - ab + + + Keterangan : – = level rendah + = level tinggi Formula 1 = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah Formula a = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah Formula b = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah Formula ab = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah Rumus yang berlaku: Y = b + b 1 X A + b 2 X B + b 12 X A X B Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati X A X B = level faktor A dan faktor B b , b 1 , b 2 , b 12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah Bolton, 1997. Keuntungan desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor dan efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah Muth, 1999.

L. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMBINASI PEG 400 DAN PEG 4000 SEBAGAI BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK DAN PENGARUH KOMBINASI PEG 400 DAN PEG 4000 SEBAGAI BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK DAN KECEPATAN PELEPASAN BENZOKAIN.

1 3 17

Pengaruh SPAN 80 dan TWEEN 80 sebagai surfaktan terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak dengan aplikasi desain faktorial.

2 56 145

Pengaruh texapon® n70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial.

2 37 139

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan peg 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan metode desain faktorial.

0 3 120

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial.

0 4 112

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan peg 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan metode desain faktorial

1 3 118

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial

8 63 110

Pengaruh Komposisi PEG 400 dan PEG 6000 Sebagai Basis Suppositoria Terhadap Laju Disolusi Parasetamol - Ubaya Repository

1 5 1

SEBAGAI HUMECTANT TERHADAP SIFAT FISIS BASIS SEDIAAN GEL TOOTHPASTE : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI

0 0 125

Pengaruh Texapon® N70 sebagai Surfaktan dan PEG 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat buah tomat dengan metode desain faktorial - USD Repository

0 0 115