pada keadaan obesitas tetapi pada pengukuran suprailiac skinfold thickness kesalahan pengukuran tersebut jauh lebih kecil di banding pada pengukuran
skinfold thickness di lokasi tubuh yang lain.
Gambar 9. Grafik distribusi suprailiac skinfold thickness subyek penelitian
4. Abdominal skinfold thickness
Pengujian normalitas abdominal skinfold thickness subyek penelitian menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95. Hasil
yang diperoleh adalah abdominal skinfold thickness tidak terdistribusi normal p = 0,032 dan dapat dilihat dari histogram tidak simetris yang cenderung ke kiri
Gambar. 10. Ukuran pemusatan abdominal skinfold thickness dinyatakan dengan
median yaitu 20,00 dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum –
maksimum yaitu 9,80 - 35,30.
Gambar 10. Grafik distribusi abdominal skinfold thickness subyek penelitian 5.
Body fat percentage
Nilai body fat percentage diperoleh melalui perhitungan terhadap 3 titik pengukuran skinfold thickness yaitu triceps, suprailiac, dan abdominal yang
dinyatakan dalam bentuk persentase . Pengujian normalitas body fat percentage subyek penelitian menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dengan
taraf kepercayaan 95. Hasil yang diperoleh adalah data terdistribusi normal dilihat dari signifikansi p yaitu 0,598 dan dapat dilihat dari histogram yaitu
simetris Gambar.11. Ukuran pemusatan body fat percentage dinyatakan dengan
mean 25,17 kategori normal dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam standar deviasi yaitu 5,10.
Gambar 11. Grafik distribusi body fat percentage subyek penelitian
Body fat percentage menggambarkan jumlah lemak di dalam tubuh secara langsung yang dinyatakan dalam persentase. Body fat percentage adalah
indikator yang lebih baik daripada lingkar pinggang dari penyakit penyerta obesitas lainnya seperti risiko penyakit hiperglikemia Guyton and Hall, 2006;
Dervaux, Wubuli, Megnien, Chironi, and Simon, 2008. Pemilihan triceps, suprailiac, dan abdominal berdasarkan atas
penyimpanan jumlah lemak subkutan utama yang ada pada tiga daerah tersebut, pertimbangan kenyamanan, kemudahan dalam pengukuran, serta dapat
diaplikasikan pada semua individu umur, jenis kelamin, ras Marshall, et al., 2008; Hughes, et al., 2004. Lebih banyak tempat pengukuran akan meningkatkan
reabilitas dan menurunkan variabilitas akan tetapi tiga tempat pengukuran adalah minimal yang disarankan dan sudah cukup mewakili jumlah lemak dalam tubuh.
Pengukuran sebanyak tiga kali pada masing – masing tempat pengukuran juga
bertujuan untuk meningkatkan reabilitas dan menurunkan variabilitas Norcross, 2002. Body fat percentage sering dijadikan sebagai penanda obesitas
dibandingkan BMI. BMI bukan merupakan suatu pengukuran langsung terhadap adipositas dan tidak dapat dipakai pada individu dengan BMI yang tinggi akibat
besarnya massa otot Guyton and Hall, 2006.
6. Hb