kedua, kadar ureum darah yang tinggi, HbF atau HbG, hipertrigliseridemia berat, hiperbilirubinemia, konsumsi alkohol berlebihan, splenektomi, anemia aplastik,
penggunaan salisilat dosis tinggi dalam jangka panjang Gomez-Perez, et al., 2010; Nitin, 2010
Kadar HbA1c dapat turun dari nilai sebenarnya jika dipengaruhi oleh: setelah transfusi darah, kehilangan darah, sickle cell disease, haemolytic anemia,
post transplant anemia, thalassemia, penyakit ginjal, hemolisis dan perdarahan gastrointestinal, penyakit hati, obat-obat yang dapat menyebabkan anemia berat
atau yang mempengaruhi pergantian sel darah merah, misalnya eritropoetin, beberapa obat antivirus, penggunaan opioid jangka panjang, dan penggunaan
antioksidan vitamin C,E, HbC, HbS, Dapson, kehamilan trimester ketiga, infeksi HIV Gomez-Perez, et al., 2010; Nitin, 2010
D. Landasan Teori
Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara yang paling sederhana yang dapat dilakukan untuk menilai obesitas Sunarti dan Maryani,
2013. Beberapa teknik dalam metode ini antara lain skinfold thickness. Pengukuran skinfold thickness adalah suatu teknik penilaian paling sederhana
yang cukup akurat untuk mengukur kegemukan tubuh yang merupakan bagian paling penting dari estimasi status gizi Indriyati, 2010. Nilai skinfold thickness
nantinya akan dikonversi menjadi nilai body fat percentage agar dapat dianalisis korelasinya Obesitas dan overweight merupakan akumulasi lemak abnormal atau
berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan yang merupakan faktor penentu penting dari penyakit diabetes melitus tipe 2 Porth and Matfin, 2009. HbA1c
bisa memberikan pemantauan pengendalian glikemia jangka-panjang, dengan demikian HbA1c bisa digunakan sebagai prediktor risiko diabetes Kinshuck,
2015.
Tabel III. Penelitian – penelitian pendukung hipotesis
Peneliti Judul
Rancangan Penelitian
Subyek Penelitian
Hasil
Kim, Han and Yang
2011 Implication
of High-Body-Fat
Percentage on
Cardiometabolic Risk in Middle-
Aged, Healthy, Normal-Weight
Adults
Cross
sectional
12.386 subyek 6534
pria dan
5852 wanita,
dengan BMI normal,
dengan rentang umur
antara 30 dan 49 tahun
Subyek dengan body
fat percentage
secara signifikan
memiliki prevalensi lebih
tinggi mengalami
tekanan
darah tinggi laki-laki
saja, hiperglikemia,
dan dislipidemia
OR 1,56 1,18 - 2,17.
Shea, King, Yi, Gulliver,
and Sun 2012
Body fat
percentage is
associated with cardiometabolic
dysregulation in BMI-defined
normal
weight
subjects
Cross
sectional
977 subyek 192 laki-
laki, 785 perempuan
berusia 20 - 79 tahun
peningkatan body
fat percentage
terjadi peningkatan
risiko
terkena penyakit
kardiometabolik walaupun
memiliki BMI normal
prevalensi pada kelompok BFP
rendah
adalah 7,7
dibandingkan dengan 17,7
pada kelompok BFP tinggi p
0,05
Wang, et al. 2010
Comparison of Body
Mass Index with Body
Fat Percentage in
the Evaluation
of Obesity
in
Chinese
Cross
sectional
4.907 subyek 2.105 pria
wanita 2.802
berusia 20
–
90 tahun
Body fat
percentage berhubungan
dengan DM tipe 2
secara signifikan lebih
tinggi pada
subyek dengan intermediet
BFP RR: 2,35, 95 CI: 1,23-
4,48 dan BFP tinggi
RR: 2,89, 95 CI:
1,43-5,81
Gomez- Ambrosi,
et al. 2011 Body Adiposity
and Type 2 Diabetes
: Increased Risk
With a
High Percentage
Even Having a Normal BMI
Cross sectional
4828 587 normal, 1320
overweight, dan 2921
obese pada rentang umur
18 - 80 tahun Body fat
percentage mengalami
kenaikan yang signifikan pada
pria P = 0,008 dan wanita P
0,0001 prediabetes atau
DM tipe 2
E. Hipotesis