Ciri-Ciri Masa Remaja Remaja

29 mengenalkan pada alkohol, perilaku merokok, kenakalan, dan perilaku abnormal. Dengan demikian, kelompok teman sebaya memang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan remaja sehingga remaja selalu berusaha untuk dapat diterima dan berada di antara kelompok sebaya.

3. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja

Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. E. Spranger Gunarsa, 1986 mengemukakan bahwa pada masa ini remaja sangat memerlukan pengertian dari orang lain. Bantuan yang dapat diberikan melalui pemahaman diri remaja, yaitu untuk membentuk suatu pribadi yang utuh, terlebih dahulu remaja harus mengenal dan memahami dirinya dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan masa remaja. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havinghurst Hurlock, 1999 adalah : a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita b. Mencapai peran sosial pria dan wanita c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 f. Mempersiapkan karir ekonomi g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologinya Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang berusia 13 sampai 21 tahun yang diawali oleh masa pubertas dan diakhiri oleh masa dewasa dini. Dalam masa ini mereka mengalami proses pencarian identitas. Untuk itu, remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama kelompok teman sebayanya. Remaja yang tergabung dalam suatu kelompok secara otomatis berusaha untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya karena mereka ingin berperan dan dihargai dalam kelompoknya.

D. Hubungan Pola Asuh Demokratis Dengan Prestasi Belajar

Kelancaran anak siswa dalam meraih prestasi belajar sangat tergantung dari dukungan orang-orang penting yang berpengaruh dan dekat dengannya, seperti orang tua dan anggota keluarga, para guru, dan teman sebayanya. ”The adolescent’s ability to succesfully negotiate this intrapsychic process depends in large part the presence or absence of certain qualities in the family environment” Acher dalam Barus, 1999. Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara objektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian Stewart dan Koch, 1983. Suasana terbuka dan kondusif yang ada pada pola asuh demokratis menyebabkan remaja menjadi lebih berkembang serta memiliki kemampuan menghadapi konflik yang terjadi dengan orang lain Cole dan Hall, 1970. Hal tersebut dipertegas oleh Shapiro 2001 yang menjelaskan bahwa ayah dan ibu dengan pola asuh demokratis menjadikan anak tidak tergantung dan tidak berperilaku kekanak-kanakan, anak menjadi percaya diri, mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi, kreatif dan disukai banyak orang, responsif, dan mendorong untuk berprestasi. Dari hal itu, dapat dikatakan bahwa pola asuh demokratis dapat mempengaruhi belajar anak, sehingga prestasi yang dihasilkan dalam proses belajarnya juga ikut terpengaruh apakah itu nanti hasilnya akan baik atau buruk. Prestasi belajar biasanya dilihat dari hasil nilai raport mereka. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan remaja adalah siswa- siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu. Pengambilan siswa sebagai subjek penelitian didasarkan pada pemikiran siswa masih dalam proses mengejar prestasi untuk mencapai cita-cita. Usaha mencapai cita-cita melalui belajar di 32 sekolah membutuhkan dukungan dan peran orang tua yang dalam hal ini berupa pola asuh demokratis.

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan variabel antara satu variabel dengan variabel lainnya berdasarkan pada koefisien korelasi Azwar, 1999. Jadi dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar.

B. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : pola asuh demokratis 2. Variabel tergantung : prestasi belajar

C. Definisi Operasional

1. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan proses belajar selama periode tertentu yang kemudian dirumuskan dalam raport. Prestasi belajar tersebut disimbolkan dalam bentuk huruf ataupun angka. Dalam penelitian ini berupa nilai rata-rata raport semester 1 dan 2 kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI