22
dalam pengambilan keputusan. Bowerman, Elder dan Elder dalam Conger, 1975 mengemukakan semua keputusan yang diperoleh
merupakan keputusan anak dan orang tua.
4. Aspek Pola Asuh Demokratis
Aspek pola asuh demokratis menurut Kohn dalam Setiawan, 1996 adalah:
a. Aspek Pandangan Orang Tua Terhadap Anak Pandangan orang tua yang berpola asuh demokratis terhadap anak
adalah mereka lebih mementingkan pamahaman terhadap perasaan, keinginan dan kondisi anaknya, mendorong dan memberi kesempatan
anak untuk mandiri dan bertindak secara matang sesuai dengan kemampuan anak, mengharapkan anaknya mencapai tingkat
pendidikan tertentu, memberikan tanggung jawab terhadap anak. Menghargai adanya hak-hak yang dimiliki anaknya.
b. Aspek Komunikasi Cara komunikasi orang tua yang berpola asuh demokratis terhadap
anaknya adalah komunikasi dua arah. Orang tua memberi kasempatan anak untuk mengekspresikan pandapatnya, memberi kesempatan untuk
berdiskusi, menjelaskan secara jelas dan logis aturan-aturan yang diterapkan kepada anak, suka mengajak dialog dan orang tua tetap
sebagai pengambil keputusan bila terjadi perbedaan pendapat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
c. Aspek Pemenuhan Kebutuhan Anak Pemenuhan kebutuhan anak pada orang tua yang demokratis adalah
bersikap menerima dan telaten dalam mengasuh anak, responsif dan tidak mengabaikan permintaan anak. Mengekspresikan emosi-emosi
positif terhadap anak dan kondisi sekitar anak sehingga tercipta rumah yang penuh kegembiraan dan menyenangkan bagi anak. Kebutuhan
anak lebih diutamakan daripada kebutuhan orang tua sendiri. Sering terlibat kegiatan bersama anaknya. Memberikan ekspresi positif
meskipun anaknya tidak melakukan sesuatu yang pantas dipuji. Orang tua selalu ada jika anak membutuhkanya.
d. Aspek Penerapan Kontrol Penerapan kontrol pada orang tua yang demokratis melalui aturan-
aturan yang tegas, konsistensi dan rasional. Situasi yang bermasalah diselesaikan secara bijaksana yang dapat diterima oleh anak.
Pemberian hukuman tidak dilakukan secara fisik. Memperhatikan sikap tidak suka dan jengkel terhadap perilaku anak yang tidak baik
dan orang tua akan memperlihatkan rasa senang dan memberi dukungan terhadap perilaku anak yang membangun.
C. Remaja
1. Batasan Usia Remaja
Istilah adolescene atau remaja berasal dari kata Latin adolescere kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja yang berarti “tumbuh”
24
atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitif-demikian pula orang- orang zaman purbakala-memandang masa puber dan masa remaja tidak
berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi
Hurlock, 1997. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal
masa dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun, dan akhir masa
remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun. Garis pemisah antara awal masa dan akhir masa remaja terletak kira-kira
di sekitar usia tujuh belas tahun. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat Hurlock, 1997.
Para psikolog menyetujui bahwa masa remaja dimulai dari masa puber. Masa puber pria dimulai kira-kira pada usia 12 tahun sedangkan
pada wanita dimulai kira-kira pada usia 11 tahun, dimana terjadi perubahan fisik diantaranya, yakni pada wanita terjadi menstruasi pertama
sedangkan pada anak laki-laki mengalami perubahan suara yang lebih besar daripada wanita serta terjadinya mimpi basah. Namun tidak berarti
ketika masa remaja berakhir kemudian masa dewasa mulai, tetapi biasanya antara usia 18 sampai 21 tahun. Pada kenyataannya, masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa, yaitu dari sifat yang tergantung menjadi sifat yang mandiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI