53
G. Ajaran Buddha Maitreya
Budaya organisasi mempengaruhi penerapan sistem informasi akuntansi yang ada di vihara. Hal ini karena vihara merupakan tempat
beribadah umat beragama Buddha yang dalam kegiatan sehari-hari menggunakan ajaran-ajaran Buddha. Berikut ini adalah ajaran Buddha
Maitreya yang dapat dikaitkan dengan penerapan sistem informasi akuntansi. 1.
Kebenaran Mulia Mazhab Kasih Maitreya a.
Makna Luhur Tao Maitreya Ajaran Maha Tao Maitreya mengutamakan kasih sebagai
ajaran utamanya. Maha Tao Maitreya menjadikan beberapa bentuk kasih dalam ajarannya, yaitu:
1 Dharma hati kasih
Maha Tao Maitreya menjadikan dharma hati kasih sebagai kebenaran dalam membabarkan ajarannya untuk menyelamatkan
dunia dan umat manusia. 2
Senyuman kasih Senyuman kasih merupakan kunci sukses dalam bertugas dan
berkomunikasi dengan sesama. Dalam ajaran ini dipercayai bahwa senyuman kasih dapat berdampak positif bagi kehidupan
manusia. Senyuman kasih mampu meruntuhkan tembok pemisah atas perbedaan antar manusia akibat perbedaan agama,
etnis, kepercayaan, dan ras. Dengan senyuman kasih pula umat manusia mampu untuk memaafkan, merelakan, melapangkan
54
dada, memaklumi, dan mengasihani orang lain. Hal ini membuat kehidupan ini menjadi damai, tidak ada permusuhan, pertikaian,
kebencian, dan kemarahan. Senyuman kasih dapat melenyapkan ketegangan, keterikatan, tekanan, rasa iri, dan prasangka.
Senyuman kasih juga mampu membangkitkan jiwa yang penuh rasa hormat dan penuh syukur. Dengan jiwa yang penuh syukur,
hati manusia akan menjadi bahagia. 3
Jiwa kasih Maha Tao Maitreya menjadikan jiwa kasih sebagai cara atau
teknik untuk pembinaan batin dan pengendalian pikiran. Dalam jiwa kasih ini diketahui macam-macam perwujudan jiwa kasih
kepada setiap orang. Jiwa kasih terhadap guru, atasan, dan senior diwujudkan dalam bentuk respek atau hormat. Bentuk
jiwa kasih terhadap anak, bawahan, dan junior adalah dengan kasih sayang. Bentuk jiwa kasih terhadap kakak dan adik, rekan
kerja, teman sekolah, dan teman ditunjukkan dengan rasa persaudaraan dan kepercayaan. Perwujudan jiwa kasih yang
menolak serakah atas reputasi, kekuasaan, dan kekayaan adalah dengan melakukan kebenaran. Jiwa kasih yang terpancar
melalui mata, hidung, telinga, lidah, badan, dan pikiran dapat melenyapkan segala bentuk kebodohan, kebencian, dan
keserakahan diwujudkan dengan samadhi atau konsentrasi. Kemudian, perwujudan jiwa kasih dengan tidak melakukan
55
kejahatan, kesesatan, khayalan, tidak terikat atau menolak fakta yang ada, dan tidak memihak kepada siapapun dan apapun dapat
ditunjukkan dengan prajna atau kebijaksanaan. 4
Perilaku kasih Ajaran Maha Tao Maitreya menjadikan perilaku kasih sebagai
pedoman budi pekerti dan akhlak. Perilaku kasih merupakan landasan kebajikan. Terdapat banyak macam sikap yang
menunjukkan perilaku kasih. Perilaku kasih dapat ditunjukkan dengan sikap bersyukur, tidak tega menyakiti orang lain, dan
mengutamakan kepentingan orang lain. Sikap-sikap ini akan menciptakan perdamaian, kebahagiaan, keharmonisan, tidak ada
kebencian, dan keegoisan. Perilaku kasih dapat dicerminkan dengan tak melawan saat dipukul dan tak membalas saat
dimarahi. Perilaku kasih adalah tindakan yang menghilangkan kebencian, kemarahan, dan ketidakpuasan terhadap orang lain.
Perilaku kasih berarti tidak mengecewakan, membuat putus harapan, iri, ataupun berprasangka buruk kepada orang lain.
5 Semangat Ajita
Ajita atau tiada tandingan berarti tidak ada sesuatu yang dapat menandingi hati nurani dan cinta kasih. Semangat ajita
ditunjukkan dengan semangat “dipukul tak melawan, dimarah
tak membalas ”. Dipukul tak melawan, dimarah tak membalas
merupakan penerapan dari hati nurani yang paling universal,
56
yaitu menghormati dan memuliakan segalanya dan paling sempurna, yaitu mensyukuri segalanya. Selain itu, semangat ini
juga merupakan pengamalan nyata dari hati nurani yang paling bajik, paling indah, dan paling bahagia. Pengamalan nyata dari
nurani yang paling bajik adalah mengasihi segalanya, pengamalan nyata hati nurani yang paling indah adalah
bersukacita atas segalanya, dan pengamalan nyata yang paling bahagia adalah selalu memberikan senyuman kasih. Dipukul tak
melawan, dimarah tak membalas juga merupakan pengalaman nyata hati nurani yang anuttara dan yang paling agung dan
mulia. Pengamalan hati nurani yang anuttara atau tertinggi tiada bandingan maksudnya adalah semangat ini melampaui
segalanya. Sedangkan pengamalan hati nurani yang paling agung dan mulia adalah mengagungkan segalanya.
b. Makna Hak Asasi Nurani
Wang 2000:35. berpendapat bahwa “Aku Sejati” yang dimiliki
setiap manusia adalah emanasi atau percikan roh Tuhan, dan seharusnya mendapatkan penghormatan yang layak. Berdasarkan
pengertian tersebut aku sejati, yaitu hati nurani yang dimiliki oleh setiap manusia merupakan percikan roh Tuhan yang harus dihormati
dan dihargai dengan layak. Oleh karena itu, setiap manusia harus menghormati dan menghargai sesamanya dan memperlakukan
mereka dengan layak.
57
c. Makna Kebebasan Nurani
“Kebebasan Nurani berarti kebebasan dari ketidaktentraman Nurani, rasa bersalah, deraan, dan penderitaan Nurania
” Wang 2000:37. Kebebasan nurani dapat dicapai dengan melenyapkan keserakahan,
kebencian, dendam, iri, dengki, prasangka buruk, praduga, pikiran negatif, keegoisan, dan kesombongan. Seseorang dikatakan
mencapai kebebasan nurani saat dia mampu bebas dari kegelapan dan kesesatan.
d. Makna Demokrasi Nurania
“Dalam masyarakat demokrasi Nurania, setiap warga menjunjung Kebenaran, Hakekat Sejati, dan Hati Nurani; memuliakan semangat
gotong royong, menghormati hukum keadilan dan kepentingan umum
” Wang 2000:39. Demokrasi nurani berarti setiap manusia menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan hati nurani dalam
kehidupannya, lalu juga hidup dengan saling membantu dan tidak mementingkan
kepentingan pribadi,
namun mementingkan
kepentingan bersama. 2.
Dharma Hati Ajita Sejak dulu, setiap pembina selalu berusaha melenyapkan tiga hati, empat
konsepsi, tujuh emosi, dan enam nafsu. Dalam Dharma Hati Ajita, malah mengajarkan tentang menerimatiga hati, empat konsepsi, tujuh emosi,
dan enam nafsu dengan mengendalikannya menggunakan kasih.
58
a. Tiga Hati Sang Pengasih
1 Hati masa lalu Sang Pengasih
“Bertobat atas kesalahan masa lalu dan memperbaiki diri setiap hari
” Wang 2000:51. Setiap kejadian buruk yang ada, seperti perselisihan, permusuhan, peperangan, difitnah, dirugikan,
direndahkan, dan sebagainya dapat dimaklumi, dimaafkan atau dilupakan oleh seseorang yang memiliki kasih, sehingga sejalan
dengan hati masa lalu Sang Pengasih semua penderitaan dapat dihapus.
2 Hati sekarang Sang Pengasih
“Manfaatkan waktu sekarang seketika tanpa niat kedua Wang 2000:53. Sang Pengasih selalu memberikan dan memanfaatkan
waktunya untuk berjuang tanpa menunda-nunda. 3
Hati akan datang Sang Pengasih “Besok akan lebih baik dan sempurna” Wang 2000:55.
Seorang pengasih dalam menjalani hidupnya selalu optimis, berjuang, penuh harapan, dan penuh keyakinan. Selain itu,
seorang pengasih akan selalu berjuang untuk hidup lebih baik setiap harinya.
b. Empat Konsepsi Sang Pengasih
1 Konsepsi keakuan Sang Pengasih
“Menjadi seorang pembina Ketuhanan yang memiliki harga diri Nurani. Harga diri Nurani adalah sikap dapat menghormati
59
Nurani sendiri ” Wang 2000:57. Dalam konsep ini, seorang
pengasih adalah orang yang bisa menghormati dan menghargai dirinya sendiri dan dapat melakukan segala sesuatu yang sesuai
dengan hati nuraninya. 2
Konsepsi orang lain Sang Pengasih “Memandang orang lain bagai diri sendiri, semua bangsa satu
keluarga ” Wang 2000:58. Dalam konsep ini, seorang pengasih
ialah orang yang selalu memandang orang lain sama tanpa membanding-bandingkan, dan menganggap semua orang adalah
satu keluarga. 3
Konsepsi umat manusia Sang Pengasih “Penuh prilaku kasih untuk membawakan kebahagiaan semesta”
Wang 2000:59. Orang yang memiliki kasih dalam kondisi apapun baik itu senang maupun susah akan tetap mengamalkan
kebenaran dan melakukan segala wujud cinta kasih. 4
Konsepsi panjang usia Sang Pengasih “Panggilan kasih yang tiada batas melahirkan kehidupan yang
tiada batas ” Wang 2000:60. Orang yang memiliki kasih pada
kehidupan akan selalu melakukan hal sesuai dengan hati nuraninya. Tanpa kasih, usia panjang tidaklah berguna sebab
seseorang tidak melakukan sesuatu yang berguna dalam hidupnya.
60
c. Tujuh Emosi Sang Pengasih
1 Kebahagiaan Sang Pengasih
“Mendatangkan kebahagiaan semesta bagi orang lain. Proses pengorbanan demi Ketuhanan adalah sumber kebahagiaan
Nurani ” Wang 2000:61. Kebahagiaan seorang pengasih adalah
saat dia dapat berdedikasi atau memberikan sesuatu untuk vihara dan umat manusia.
2 Amarah Sang Pengasih
“Berteguh pada Kebenaran dan kebajikan, menyadarkan kesesatan. Inilah teladan Pribadi Sang Pemberani
” Wang 2000:63. Amarah seorang pengasih adalah amarah yang dapat
memberikan manfaat kepada diri sendiri maupun orang lain. Manfaat yang diberikan seperti kesadaran dan kebenaran.
3 Kesedihan Sang Pengasih
“Menghakimi diri sendiri sebagai tanda kesedihan terhadap diri sendiri, mengasihi umat manusia sebagai tanda kesedihan
terhadap mereka ” Wang 2000:65. Saat Sang Pengasih dihina,
difitnah, dicurigai, dan dibenci, dia bukannya marah, benci, atau dendam malah akan merasa berduka atas orang tersebut.
Seorang pengasih meneteskan air mata sebagai tanda kasih dan memancarkan belas kasihan kepada orang yang menyakitinya.
4 Ketakutan Sang Pengasih
“Khawatir umat manusia melakukan dosa, maka Sang Pengasih
61
dalam setiap niat, saat, dan tempat, berjuang menyelamatkan manusia
” Wang 2000:66. Seorang pengasih merasa takut dan khawatir melihat kondisi dimana umat manusia saling bertikai,
egois, berbuat seenaknya, dan akhirnya hancur bersama menuju penderitaan.
5 Kasih sayang Sang Pengasih
“Setiap niat penuh kasih, kapan dan dimanapun perilaku kasih. Tak tega menyakiti orang lain melainkan selalu mencurahkan
kasih ” Wang 2000:67. Seseorang yang memiliki kasih sayang
akan menebarkan kasih dimanapun ia berada dan tidak akan tega melakukan sesuatu yang dapat menyakiti orang lain.
6 Kebencian Sang Pengasih
Saat merasa benci terhadap dosa diri sendiri maka segera bertobat. Saat merasa benci terhadap dosa orang lain maka
tandanya dia terpanggil untuk membela kebenaran. Saat manusia merasa benci akan kesalahan diri maka dia harus terus
memperbaiki dirinya. Saat manusia benci akan kesalahan orang lain maka artinya dia terpanggil untuk membabarkan dan
mengamalkan kebenaran. 7
Nafsu Sang Pengasih “Nafsu tiada batas diubah menjadi kasih yang tiada batas. Nafsu
yang tak berdasar diubah menjadi kasih yang tiada tara ” Wang
2000:70. Seorang pengasih tidak akan memuaskan nafsu diri
62
sendiri dengan merugikan orang lain, malah dia akan mengubah nafsu yang dia miliki untuk menyelamatkan umat manusia.
d. Enam Nafsu Sang Pengasih
Dalam enam nafsu sang pengasih terdapat tujuh jenis nafsu sang pengasih, yaitu:
1 Mata Sang Pengasih bebas dari ikatan wujud rupa.
Mata seseorang yang memiliki kasih hanya melihat kesalahan diri sendiri dan tak melihat kesalahan orang lain serta
memaklumi kesalahan orang lain dengan kasih. 2
Telinga Sang Pengasih bebas dari ikatan suara. Telinga seorang pengasih hanya mendengar kesalahan sendiri,
tak mendengar kesalahan orang lain. 3
Mulut Sang Pengasih mulut tak lagi menjadi sumber bencana. Mulut seorang pengasih hanya membicarakan kesalahan diri, tak
membicarakan kesalahan orang lain. 4
Lidah Sang Pengasih bebas dari ikatan citarasa, lidah tak menjadi sumber penyakit.
Lidah Sang Pengasih tidak serakah terhadap kenikmatan mulut, selalu menghargai berkah, dan selalu bersyukur. Seorang
pengasih mengutamakan kesehatan dan pengendalian lidah. 5
Hidung Sang Pengasih bebas dari ikatan aroma. Hidung seorang pengasih menjauhi aroma daging dan hanya
membaui aroma Ilahi.
63
6 Raga Sang Pengasih bebas dari ikatan sentuhan.
Raga seorang pengasih tidak diperbudak oleh jasmani, tidak terikat pada papan, sandang, pangan, transportasi, kedudukan,
status, dan kekayaan. 7
Pikiran Sang Pengasih bebas dari ikatan laksa fenomena. Saat kasih memenuhi hati dan pikiran maka segala kekesatan
pikiran, khayalan, kejahatan, nafsu, dan niat buruk akan lenyap. 3.
Teknologi, Peradaban, dan Hati Nurani “Sains, teknologi, dan kemajuan peradaban akan kehilangan
makna jika gagal mendatangkan kedamaian bagi dunia dan kecemerlangan Hati Nurani bagi umat manusia
” Wang 2000:109. Tujuan dari pemanfaatan teknologi sendiri adalah agar umat manusia bisa
mencapai kehidupan yang lebih baik, sejahtera, dan harmonis. “Bila hati nurani telah menjadi penguasa diri, kehidupan material maupun spiritual
akan menjadi pembawa kehidupan yang bahagia, sejahtera, dan harmonis
” Wang 2000:109. Terdapat lima nafsu merupakan penyebab kekacauan dalam
kehidupan masyarakat, yang membuat jiwa manusia semakin terjerumus ke dalam kegelapan. Lima nafsu dasar manusia, terdiri dari
makan, seks, tidur, reputasi, dan keuntungan. Saat manusia dikendalikan oleh hati nurani, lima nafsu yang dimiliki manusia dapat
berubah menjadi lima kasih. “Teknologi adalah sebuah jalan tak berujung. Tanpa
64
pengendalian Hati Nurani, teknologi hanyalah sebuah makhluk aneh raksasa, yang akan menghancurkan hidup manusia sendiri
” Wang 2000:143.
“Peradaban yang berlandaskan Hati Nurani akan menghasilkan prestasi gemilang yang akan meningkatkan kualitas
kehidupan ” Wang 2000:149.
H. Penelitian Sebelumnya