Kesiapan Perubahan LANDASAN TEORI

49 3. Kelayakan Operasional Operational Feasibility Kelayakan operasional tergantung pada ketersediaan sumber daya manusia untuk proyek dan termasuk apakah sistem akan mengoperasikan dan digunakan saat dipasang. Jika pengguna hampir berpadu dengan sistem yang sekarang, pengguna merasa tidak ada masalah dengan sistem yang sekarang, dan pengguna secara umum tidak terlibat dalam permintaan sistem baru, maka penolakan pengguna untuk pengimplementasian sistem baru akan menjadi kuat. Kesempatan untuk sistem baru menjadi operasional akan lemah. Kemungkinan lain, jika mereka sudah mengekspresikan kebutuhan untuk sebuah sistem yang lebih operasional, lebih efisien, dan perilaku menerima, kesempatan lebih baik bahwa sistem yang diminta akhirnya akan dapat digunakan.

F. Kesiapan Perubahan

Armenakis et al. 1993: 681 mendefinisikan kesiapan readiness sebagai kepercayaan, sikap, dan niat anggota-anggota organisasi sehubungan dengan luasnya perubahan yang dibutuhkan dan kapasitas organisasi untuk secara berhasil melakukan perubahan. Holt et al. 2007: 235 mendefinisikan kesiapan untuk berubah readiness for change sebagai sikap komprehensif yang dipengaruhi secara berkelanjutan oleh isi atau content apa yang diubah, proses atau process bagaimana perubahan diimplementasikan, konteks atau context keadaan pada saat perubahan terjadi, dan individu karakteristik yang diminta untuk berubah. Selain itu, Holt et al. 2007: 235 50 juga menjelaskan bahwa kesiapan secara kolektif menggambarkan seberapa besarnya individu atau sekumpulan individu secara kognitif dan emosional cenderung menerima, menganut, dan mengadopsi rencana tertentu untuk mengubah status quo secara sengaja. Armenakis et al. 1999 dalam Barber 2010: 27 mengidentifikasi tiga jenis komitmen individu yang diperlukan untuk membawa perubahan dalam institusi, yaitu: kepatuhan, identifikasi, dan internalisasi. Komitmen atas kepatuhan compliance terjadi ketika seorang individu menyesuaikan diri dengan perubahan berdasarkan pada keyakinan bahwa ia akan baik dihargai untuk berubah atau dihukum karena tidak berubah. Komitmen identifikasi identification harus dilakukan dengan keinginan individu untuk membangun atau memelihara hubungan dengan orang lain atau kelompok dan dengan begitu orang mengadopsi perilaku yang terkait dari individu atau anggota kelompok. Terakhir, komitmen internalisasi internalization berkaitan dengan kongruensi dengan nilai-nilai individu. Ketika perubahan konsisten dengan keyakinan dan keinginan individu, orang tersebut akan mengadopsi perilaku baru berdasarkan motivasi intrinsik. Kotter 1996: 21 dalam Barber 2010: 6 berpendapat bahwa terdapat delapan langkah proses perubahan eight-stage change process, yaitu: 1. Membangun rasa urgensi Tujuan dari perusahaan adalah meningkatkan rasa urgensi setiap orang dalam perusahaan dengan menghadapkan mereka pada fakta yang kejam, melakukan banyak percakapan, dan menunjukkan kepada mereka bahwa 51 terdapat cara yang lebih baik dengan kesempatan yang lebih, tetapi dengan pertimbangan keadaan sekarang dari kesempatan itu tidak dapat dicapai oleh organisasi. 2. Menciptakan koalisi pembimbingan Hal ini fokus pada pembentukan tim yang tepat dari individu-individu untuk membawa perubahan. Tim ini harus merepresentasikan karakteristik yang dibutuhkan, yaitu: kekuatan posisi, keahlian, kredibilitas, dan kepemimpinan. Sebagai tambahan, tim tersebut harus kompak yaitu setiap anggota mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang kuat sebaik mereka mempercayai satu sama lain dan tujuan bersama. 3. Mengembangkan visi dan strategi Langkah ini merekomendasikan visi agar merupakan visi yang ada, diperlukan, layak, fokus, fleksibel, dan dapat dikomunikasikan. 4. Mengkomunikasikan perubahan visi Komunikasi sebaiknya dilakukan dari berbagai sisi dengan tipe yang bervariasi dari forum dan gaya komunikasi. Tujuannya adalah untuk karyawan mendapatkan pemahaman visi dan secara emosional berkomitmen untuk berubah. 5. Memberdayakan aksi yang berbasis luas Langkah ini memerlukan pembuatan perubahan organisasi untuk mengeliminasi rintangan, menciptakan lebih banyak kesempatan untuk kreativitas dan pengambilan risiko, dan untuk menyediakan pendidikan. 52 6. Membangkitkan keunggulan jangka pendek Langkah ini adalah tentang membangun situasi yang saling menguntungkan untuk membangun semangat dan dukungan yang terus menerus untuk perubahan. Ini juga memberikan kesempatan untuk mengakui dan menghargai individu danatau kelompok atas kerja keras dan prestasi tambahan. 7. Memperkuat keuntungan dan menghasilkan lebih banyak perubahan Langkah ini merepresentasikan kenyataan yang berskala besar, kompleks, rencana jangka panjang yang memerlukan banyak perubahan. Sistem dan proses perlu direkayasa ulang, yang membutuhkan waktu dan keterlibatan dari banyak orang. Langkah ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk tetap fokus dan untuk mendelegasikan tanggung jawab seluruh orang dalam organisasi. Langkah ini juga menawarkan kesempatan untuk meninjau kembali ketergantungan historis yang terjadi dan mungkin menghilangkan beberapa untuk lebih memungkinkan proses perubahan. 8. Mendukung pendekatan baru dalam kebudayaan Langkah ini memperkuat kebutuhan untuk mendukung perubahan dalam budaya baru yang sedang didirikan. Memperkuat perilaku baru dan memastikan karyawan melihat hubungan dari perilaku terhadap keberhasilan organisasi membantu untuk memastikan keberlanjutan usaha perubahan. 53

G. Ajaran Buddha Maitreya