Menurut Masrun dan Sri Mulyani Martiniah, 1976:21 seorang siswa dalam studinya dapat mencapai prestasi belajar yang baik
apabila didukung oleh adanya usaha-usaha sebagai berikut: 1.
Mempunyai tujuan belajar yang jelas. 2.
Mempunyai motivasi intrinsik. 3.
Mempunyai minat belajar. 4.
Mempunyai kecakaapan dalam penguasaan bahan. 5.
Mempunyai kecakapan dalam mengikuti pelajaran.
2. Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mangajar Guru
a. Persepsi Siswa
Persepsi pada hakekatnya adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang
lingkungan baik lewat pendengaran, penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi itu
merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi Thoha, 1983:38.
Persepsi dapat pula diartikan sebagai proses pemahaman yang terorganisir dan menggabungkan data-data indera atau penginderaan
untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita Davidoff, 1981:232.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima,
pengorganisasian, dan menginterpretasikan rangsang dari lingkungan
melalui panca indera, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang yang diinderakan.
Persepsi siswa terhadap proses belajar mengajar sangat berpengaruh pada prestasi belajar mereka, karena guru sangat dominan
dalam menentukan keberhasilan masing-masing siswa. Profesionalitas guru dalam mengelola kelas merupakan kunci utama dalam strategi
belajar mengajar. Guru hendaknya harus senantiasa menggunakan variasi gaya
mengajar, misalnya dengan memberikan acungan jempol bagi siswa yang mampu mengerjakan soal di depan kelas dengan baik atau
berjalan mendekati siswa sambil memberikan penjelasan apabila siswa mengalami kesulitan dalam belajar atau mengerjakan soal. Dengan
demikian siswa akan merasa bahwa di dalam proses belajar mengajar dihargai oleh guru sehingga proses pemahaman, menerima,
mengorganisasikan, dan menginterpretasikan apa yang didengar dan dilihat dapat dimengerti secara maksimal dan pada akirnya siswa dapat
memberikan penilaian. b. Pengertian
Mengajar Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka
memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan Mohamad, 1984:3.
Mengajar dapat pula diartikan sebagai suatu upaya pendidikan dalam
memberikan perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Menurut Gane and Briggs Mohamad, 1984:4 menyatakan bahwa “instruction is a set of event which affect learners in such a way
that learning is facilitated”, yang dapat disimpulkan bahwa mengajar
pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar. Gane dan Briggs juga melihat
pentingnya proses belajar siswa secara aktif dalam pengajaran. Jadi, yang penting dalam mengajar bukan upaya guru dalam
menyampaikkan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai tujuan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai director dan
facilitator of learning yaitu sebagai pengarah dan pemberi fasilitas
untuk terjadinya proses belajar. Menurut Sardiman 1986:47, mengajar adalah menyampaikan
pengetahuan. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapat atau menguasai pengetahuan.
Konsekuensi dari pengertian semacam ini akan membuat kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi
atau pengetahuan yang diberikan gurunya, sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, jadi gurulah yang memegang posisi kunci
dalam proses belajar mengajar.
Mengajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
dan menghubungkannya dengan siswa, sehingga terjadi proses belajar yang nyaman. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu cara atau upaya yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa yang
bertujuan untuk menyampaikkan informasi atau pengetahuan yang berguna bagi siswa.
c. Gaya Mengajar
Gaya mengajar adalah sikap yang harus dilakukan untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung bagi
proses belajar mengajar. Gaya mengajar sangat dipengarui oleh cara guru memandang diri mereka sendiri dan cara guru memandang siswa.
Hal ini bisa berarti bahwa perasaan guru, mewarnai corak pengajaran dan pola interaksi dengan siswa M. Entang, 1981:4. Gaya mengajar
menurut Winkel 1996:204 adalah keseluruhan tingkah laku guru yang khas bagi dirinya dan agak bersifat menetap pada setiap kali
mengajar. Menurut Roggema dalam Winkel 1996:205 membedakan gaya
mengajar menjadi dua, antara lain: 1. Formal
a guru sangat terikat dengan kurikulum pengajaran yang telah ditetapkan;
b menuntut banyak prestasi hafalan; c berpegang pada buku pelajaran;
d bergaya memimpin lebih otoriter; e kurang bersedia menerima sumbangan pikiran dari siswa;
f menekankan perlunya siswa belajar untuk lulus ujian. 2. Informal
a penentuan luas materi pelajaran tergantung dari kebutuhan
siswa; b
mendorong siswa untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran; c
memberikan pandangan sendiri terhadap pelajaran; d
bergaya memimpin lebih demokratis; e
menanggapi dengan baik pikiran kritis siswa; f
menekankan agar siswa belajar demi perkembangan diri sendiri.
d. Variasi Gaya Mengajar
Kebosanan merupakan salah satu masalah penting di dalam kelas. Siswa duduk dengan tenang mendengar dan melihat guru
mengajar selama berjam-jam, sambil terkantuk-kantuk dan penuh kebosanan. Gaya mengajar yang monoton akan membuat siswa malas
untuk mengikuti proses belajar mengajar. Hal yang diperlukan oleh guru adalah mengadakan variasi dalam
mengajar. Variasi dalam mengajar banyak sekali bila dilakukan dengan
sungguh-sungguh akan sangat menarik dan dapat mempertahankan
minat dan semangat siswa dalam belajar. Menurut Raflis Kosasi, 1984:6-7 biasanya variasi muncul dalam komponen-komponen,
sebagai berikut: 1
Penggunaan variasi suara Variasi suara adalah perubahan nada suara keras menjadi lemah,
dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan
pada kata-kata tertentu. 2
Pemusatan perhatian Memusatkan perhatian pada hal yang dianggap penting dapat
dilakukan oleh guru dengan perkataan atau kalimat dan ungkapan senada dengan itu dan biasanya diikuti dengan isyarat.
3 Kesenyapan
Adanya kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik
perhatian. Perubahan stimulasi dari adanya suara ke keadaan tenang atau senyap atau dari keadaan adanya kesibukan kegiatan
dan kemudian dihentikan, akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang terjadi.
4 Mengadakan kontak pandang
Bila guru berbicara berinteraksi dengan siswanya hendaknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata siswanya
untuk menunjukkan hubungan yang intim dengan mereka. 5
Gerakan badan dan mimik Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan badan
adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak hanya sekedar menarik perhatian, tetapi lebih dari itu dapat
menyampaikkan arti dari pesan lisan yang disampaikan. 6
Pergantian posisi guru dalam kelas Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk
mempertahankan perhatian siswa. Hal yang penting diingat adalah variasi ini digunakan dengan maksud tetentu, dan dilakukan secara
wajar tidak berlebihan. Salah satu tujuan untuk mendapatkan hasil dalam belajar, guru
tidak terikat pada teknik atau metode atau media tertentu akan tetapi guru dapat memanfaatkan salah satu atau semuanya secara
berkombinasi. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cara efektif untuk memperoleh hasil pembelajaran
yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan melibatkan penuh pembelajar bersama siswa, variasi dan keragaman dalam metode
mengajar, motivasi internal, dan integritas belajar menyeluruh.
3. Intensitas Belajar