Perkembangan Mapasadha hingga tahun terakhir

dan simbol yang dikenakan pada diri untuk menjelaskan dan membentuk dirinya. Pemahaman mengenai identitas diri sebagai anggota Mapasadha tentu berbeda- beda antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Bagi beberapa anggota, pemahaman sebagai anggota mapasadha adalah orang yang suka naik gunung dan berkegiatan di alam bebas dan bagi anggota lainnya menjadi seorang Mapala adalah orang yang mencintai lingkungan dan terjun langsung dalam kegiatan yang berhubungan dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Identitas diri berkaitan erat dengan umpan balik yang diberikan orang lain terhadap diri individu. Sikap penerimaan yang diberikan oleh anggota lain akan membentuk perasaan positif pada diri individu sehingga mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sebaliknya penolakan oleh anggota lain akan membentuk perasaan negatif pada individu. Konsep diri terdiri dari beberapa dimensi yang saling berhubungan satu sama lainnya. Menurut Fitts dalam Burns, 1993 Selain identitas diri, dimensi- dimensi konsep diri meliputi : diri pribadi, diri fisik, diri keluarga, diri sosial, tingkah laku dan kepuasan. Dimensi-dimensi tersebut berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi. Diri pribadi adalah bagaimana seseorang menggambarkan identitas dirinya, menilai kemampuan dirinya dan hubungannya dengan orang lain. Dalam penggambaran identitas diri ini, Anggota Mapasadha mengemban nama sebagai seorang pecinta alam. Sebagai seorang pecinta alam, apakah mereka orang-orang yang benar-benar mencintai alam atau hanyalah orang-orang yang suka berkegiatan di alam bebas seperti pendakian gunung, penelusuran gua maupun panjat tebing, karena asumsi masyarakat yang berkembang saat ini adalah kebanyakan Mapala itu adalah orang-orang yang suka naik gunung www.astacala.org. Namun, dalam diri pribadi anggota Mapasadha itu sendiri, sebagian orang ada yang benar-benar peduli dengan lingkungan dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan. Kegiatan- kegiatan seperti pengadaan workshop tentang pengolahan sampah, penanaman bibit pohon, pemutaran film yang berhubungan dengan pemanasan global dan lingkungan hidup untuk civitas kampus, merupakan bukti nyata bahwa di Mapasadha itu sendiri, ada orang-orang yang peduli dengan lingkungan hidup yang sekarang ini semakin merosot. Berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di alam bebas seperti pendakian gunung, menghabiskan waktu yang cukup lama di gunung, bisa berkisar antara tiga hari sampai satu minggu, maka diri fisik pun akan terkena imbas dengan kegiatan tersebut. Diri fisik dapat diartikan bagaimana individu melihat dirinya dari segi fisik, memandang kesehatan, penampilan, daya tahan tubuh, citra tubuhnya. Gambaran umum mengenai penampilan Mapala adalah orang-orang yang berpakaian lusuh, dekil, berambut gondrong, dan anti kemapanan, namun tidak semua pecinta alam berpenampilan demikian www.astacala.org. Pada perkembangannya, hingga tahun dua ribu, di Mapasadha masih banyak anggota- anggotanya yang berambut gondrong dan terkesan kumuh, namun seiring dengan perkembangan zaman dan adanya regenerasi yang terus menuerus berganti penampilan seperti itu sudah mulai ditinggalkan. Diri keluarga dapat diartikan bagaimana individu mempersepsikan dirinya dengan mengacu pada orang-orang yang dekat atau akrab dengannya. Artinya bagaimana perasaan dan penilaian seseorang sebagai anggota keluarga serta harga dirinya sebagai anggota keluarga. Bagi para anggotanya, Mapasadha adalah sebuah keluarga besar. Di dalam keluarga ini terdapat para alumni-alumni, Anggota penuh, anggota muda dan para simpatisan. Sebagai satu keluarga besar, dinamika kehidupan di Mapasadha hampir sama dengan interaksi kehidupan sehari-hari pada umumnya, di dalamnya terdapat interaksi-interaksi berupa keakraban, solidaritas, pemenuhan kebutuhan, perbedaan pendapat, perselisihan, problem solving dan ditekankan pula bagaimana bisa bertahan atau survive di pondok. Survive di sini dimaksudkan sebagai eksistensi anggota mapasadha itu sendiri, bagaimana anggota itu bertahan di pondok, tidak sekedar bertahan namun ikut berproses dalam kegiatan organisasi dan menyumbangkan ide-ide bagi perkembangan dan kelangsungan Mapasadha. Pondok adalah nama lain dari sekretariat Mapasadha, pondok inilah rumah bagi para anggota Mapasadha. Pondok ini terletak di gedung UC university center Sanata Dharma lantai II. Di pondok inilah tempat di mana terjadinya interaksi tersebut, mulai dari rapat anggota, perencanaan dan pengadaan kegiatan, evaluasi setelah kegiatan, pendaftaran dan penerimaaan anggota baru dan tempat berkumpulnya anggota-anggota mapasadha itu sendiri. Kunjungansilaturahmi dan kegiatan-kegiatan bersama yang diadakan angkatan- angkatan tua atau alumni Mapasadha terhadap anggota-angota muda di pondok adalah salah satu bukti dari adanya keakraban dan solidaritas antar anggota Mapasadha. Dari diri keluarga, beranjak ke diri sosial. Diri sosial dapat diartikan bagaimana individu mempersepsikan dan memposisikan dirinya di dalam hubungan sosialnya. Selain berhubungan dengan lingkungan internal Mapasadha sendiri, para anggota juga berhubungan dengan lingkungan ekternal. Lingkungan eksternal ini adalah mereka-mereka yang ada di luar anggota Mapasadha itu sendiri seperti mahasiswa, UKM lainnya, pihak kampus dan masyarakat sekitar. Kampus, sebagai tempat Mapasadha itu berorganisasi dan berkegiatan memiliki pandangan dan evaluasi tersendiri terhadap Mapasadha, begitu juga dengan masyarakat sekitar. Evaluasi yang diberikan orang lain memiliki peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Clooney dalam Burns, 1993 menguraikan sebuah teori looking glass self yang intinya individu mempersepsikan dirinya sesuai dengan apa yang dipersepsikan orang lain terhadap dirinya. Hasil penilaian orang lain terhadap individu memiliki pengaruh baik secara positif maupun negatif bagi terbentuknya konsep diri, misalnya penilaian positif yang diberikan oleh mahasiswa lain, pihak kampus dan masyarakat pada kegiatan-kegiatan Mapasadha seperti pengadaan workshop bagaimana pengolahan sampah, penenaman bibit pohon dan operasi SAR dalam pencarian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

KOMUNIKASI PADA ORGANISASI PECINTA ALAM DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI ANGGOTA BARU (Studi Pada Pecinta Alam SMA Negeri 9 Bandar Lampung)

6 33 70

Hubungan antara efikasi diri dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama Universitas Sanata Dharma.

3 18 175

Korelasi antara keterhubungan manusia pada alam dengan self-compassion pada mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma.

0 3 154

Profil anggota MAPASADHA [Mahasiswa Pecinta Alam Sanata Dharma] : studi deskriptif profil anggota Mapasadha berdasarkan model respon sosial menurut Willis.

0 2 86

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Profil Anggota MAPASADHA (Mahasiswa Pecinta Alam Sanata Dharma) (Studi deskriptif profil anggota Mapasadha berdasarkan Model Respon Sosial menurut Willis) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi P

0 0 84

Profil Anggota MAPASADHA (Mahasiswa Pecinta Alam Sanata Dharma) (Studi deskriptif profil anggota Mapasadha berdasarkan Model Respon Sosial menurut Willis) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi P

0 0 84

Konsep diri pada anggota Mapasadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma) - USD Repository

0 0 126

Studi deskriptif konsep diri fisik : studi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 105

Hubungan antara persepsi popularitas dengan terbentuknya konsep diri pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 90