Selanjutnya William dalam Rakhmat, 1992 mengemukakan bahwa orang yang mempunyai konsep diri negatif ditandai berbagai ciri sebagai
berikut : peka terhadap kritik, sehingga orang ini sangat tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya; responsif terhadap pujian; cenderung tidak disukai
orang lain; selalu mencela, mengeluh atau meremehkan apapun dan siapapun; bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganan
untuk bersaing dengan orang lain dalam merebut prestasi.
B. Mapasadha 1. Mapala
Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian
dan kecintaan
dengan alam
sekitar dan
lingkungan hidup
http:id.wikipedia.org. Salah satu mapala yang dikenal sebagai pionir berdirinya Mapala di Indonesia adalah Mapala UI Universitas Indonesia dan
salah satu pendirinya adalah Soe Hok Gie. Mapala didirikan dimaksudkan untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi
mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim
yang tidak
sedap dalam
hubungannya antar
organisasi http:katastropi.blog.friendster.com. Dalam tulisannya, Soe Hok Gie
mengatakan bahwa : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan
benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya
bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan- slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan
mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik”
Maxwell, John, 2001
Dalam perkembangannya, hampir seluruh perguruan tinggi di
Indonesia memiliki Mapala baik di tingkat universitas maupun fakultas hingga jurusan. Salah satunya adalah Mapasadha Mahasiswa Pecinta Alam
Universitas Sanata Dharma.
2. Sejarah Berdirinya Mapasadha
Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanata Dharma Mapasadha merupakan UKM Unit Kegiatan Mahasiswa yang mengkhususkan diri pada
pembinaan dan pengembangan minat, bakat, dan kreativitas mahasiswa dalam kecintaan dan kepedulian akan kelestarian lingkungan beserta tantangannya.
http:www.usd.ac.id Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Mapasadha merupakan wadah penyaluran sekaligus pengembangan minat dan bakat
mahasiswa USD dalam bidang kepecintaalaman. Mapasadha lahir pada tanggal 10 Oktober 1981 di puncak Gunung
Lawu. Kelahiran Mapasadha diprakarsai oleh sembilan mahasiswa IKIP Sanata Dharma sekarang USD dari berbagai jurusan yang ada pada waktu
itu. Atas dasar kesamaan pandangan, kegemaran, cita-cita dan kebutuhan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akhirnya mereka
bersepakat untuk
mendirikan sebauh
organisasi kepecintaaalaman di IKIP Sanata Dharma. Mereka adalah Widhi, Lukas,
Agung, Markus, Sapto, Bambang, Widodo, Ida dan Brashartianto. Dan gunung Lawu menjadi saksi atas berdirinya Mapasadha, sehingga pada
tanggal 10 Oktober setiap tahunnya Mapasadha mengadakan kegiatan kirab Lawu untuk memperingati hari jadi Mapasadha.
3. Perkembangan Mapasadha hingga tahun terakhir
Pada tahun-tahun awal adalah masa perintisan, dimana penyesuaian dan pemantapan terus-menerus dilakukan. Sampai tahun 1988 Mapasadha
masih menjadi salah satu bagian sub dari Biro Olah Raga. Kegiatan Mapasadha pada waktu itu masih terbatas hanya pada pendakian gunung saja.
Beberapa gunung yang telah disinggahi adalah Gunung Lawu, Merapi, Merbabu, Sumbing, Sindoro, Slamet, Semeru, Rinjani, Salak, Gede,
Pangrango, Ceremai, Argopuro, Raung, Arjuna, Welirang, Agung dan Kerinci.
Pada tahun awal ini kegiatan yang adapun masih bersifat internal, baik dalam lingkup organisasi ataupun dalam lingkup kampus. Peningkatan
status dan kedudukan seperti yang ada sekarang ini tentunya bukan tanpa dasar dan pertimbangan yang kuat. Jumlah anggota yang semakin banyak dan
jenis kegiatan yang semakin banyak dan berkembang merupakan sebagian dari dasar yang realistis.
Pengembangan dan pembenahan terus dilakukan, pada tahun 1985, Mapasadha mengadakan Lomba Lintas Alam antar SMTA se – DIY. Sejak
saat itu Mapasadha mulai mendapat nama dan tempat di kalangan Pecinta Alam yang ada di Jogjakarta.
Pada tahun 1986 dalam Lustrum I Mapasadha, loncatan kegiatan dimulai. Waktu itu Mapasadha mengadakan berbagai kegiatan kampus yang
melibatkan masyarakat luas di lingkungan kampus, yaitu : bersih kampus, susur sungai, bazar, pameran dan pemutaran film kepecintaalaman, sarasehan,
penerbitan bulletin dan pendakian umum ke Gunung Lawu untuk mengenang berdirinya Mapasadha. Kegiatan Mapasadha semakin semarak dengan
suksesnya pementasan Antologi Puisi yang bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Indonesia – Belanda yaitu Karta Pustaka pada tahun 1989.
Seiring dengan berkembangnya kegiatan, Mapasadha juga terus berupaya membenahi perangkat organisasinya. Sejak berdirinya hingga tahun
1994 Mapasadha belum memiliki AD ART organisasi Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga. Yang ada hanyalah pedoman singkat mengenai
sejarah, lambang organisasi, kegiatan dan orientasi kegiatan. Baru pada bulan Mei 1995, dalam musyawarah anggota ke – VII, hal itu dapat terealisasi
dengan terbentuknya Pedoman Umum Mapasadha, yang fungsi dan kedudukannya setara dengan AD ART. Penyusunan pedoman Umum
Mapasadha adalah kerja nyata dalam waktu yang panjang di bawah koordinasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
divisi litbang. Dengan adanya Pedoman Umum ini, Mapasadha makin mantap untuk melangsungkan aktivitasnya sebagai layaknya organisasi.
Bidang organisasi mengalami perkembangan yang pesat pada tahun 1986. Sebelumnya kepengurusan masih terbatas pada ketua suku, sekretaris
dan bendahara dan sejak berdiri sebagai UKM Unit Kegiatan Mahasiswa, kepengurusan dikembangkan dengan danya divisi-divisi, yaitu divisi
organisasi, divisi seni dan budaya, divisi operasional, divisi sosial dana dan divisi penelitian dan pengembangan. Pembagian kegiatan dalam divisi ini
dapat lebih terarah dan profesional sesuai minat yang dimiliki oleh setiap anggotanya.
Bersamaan dengan terbentuknya Pedoman Umum Mapasadha, demi efektivitas kerja, divisi yang ada disederhanakan menjadi empat divisi, yaitu :
divisi operasional, divisi seni dan budaya, divisi litbang dan sosial dana. Pada pertengahan 1995, Mapasadha dalam koordinasi divisi penelitian dan
pengembangan melaksanakan bakti sosial di Desa Dakan Lereng Gunung Merbabu, salah satu desa di jalur pendakian gunung merbabu.
Hingga saat ini, Mapasadha masih dan akan terus mengupayakan pengembangan dan variasi kegiatan-kegiatannya, dimana eksistensinya pada
Pecinta Alam yang akan lebih mengarah kepada kegiatan-kegiatan pada kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup maupun kepedulian sosial
terhadap masyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI