Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
demikian. Kuliah lama bisa disebabkan karena banyaknya waktu yang dihabiskan di alam bebas, konsep diri akan mempengaruhi individu tersebut
dalam membagi waktu secara efisien antara kehidupan di alam bebas, organisasi dan kuliah. Kegiatannya pun seperti naik gunung, dan kegiatan lain di alam bebas
sering dianggap sebagai kegiatan yang mubazir, buang-buang waktu, uang, tenaga, dan dianggap menantang maut. Ada pula anggapan bahwa pecinta alam
seringkali tidak benar-benar mencintai alam, apakah pecinta alam itu termasuk orang yang suka naik gunung? penelusur gua? arung jeram? bagi saya tukang
sapu jalanan juga pecinta alam, juga siapapun yang mencintai lingkungan sekitarnya, keluarganya, dirinya adalah pecinta alam www.astacala.org.
Sedangkan penilaian yang positif seperti adanya kegiatan mapala dalam penanaman bibit pohon, penelitian, konservasi alam, kegiatan sosial, seni dan
budaya, pengadaan workshop tentang lingkungan dan pengolahan sampah serta adanya kegiatan SAR akan menambah hal positif dalam setiap diri anggota
sehingga mampu membuat kegiatan-kegiatan yang lebih berguna bagi masyarakat. Menurut Burns 1993 evaluasi yang diberikan orang lain memiliki
peranan penting dalam pembentukan konsep diri, umpan balik dari masyarakat akan mempengaruhi konsep diri pada individu.
Satu lagi yang mempunyai fungsi penting dalam pembentukan konsep diri adalah Identifikasi diri, identifikasi diri dibentuk mulai dari masa kanak-kanak,
hal ini berkaitan erat dengan umpan balik yang diberikan orang lain terhadap diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
individu. Sikap penerimaan dari anggota lain akan membentuk perasaan positif pada diri anggota sedangkan penolakan akan membentuk perasaan negatif.
Menurut Kamus Lengkap Psikologi konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri ; penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh
individu bersangkutan Kamus Lengkap Psikologi, J.P Chaplin. Sedangkan menurut Gunarsa dan Gunarsa dalam Apollo, 2007, konsep diri adalah sikap
atau pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri. Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa cara individu memandang dirinya
akan mempengaruhi afeksi, emosi dan kognisi. Perasaan individu bahwa ia memiliki kemampuan atau tidak akan berakibat baik atau tidak pula hasil yang
diperolehnya karena keberhasilan tergantung dari cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimilikinya.
Pentingnya konsep diri dalam berinteraksi dan berorganisasi di Mapasadha akan menentukan pula kualitas interaksi dan tujuan-tujuan yang akan
dicapai oleh organisasi. Individu yang mempunyai konsep diri positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap
segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai keputus-asaan, namun lebih menjadikannya sebagai pelajaran
berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan
demi keberhasilan individu dan organisasi di masa yang akan datang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif akan meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa,
tidak kompeten, gagal, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih
sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah dan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan organisasi beserta tujuan-
tujuannya. Konsep diri menurut Fitts Burns, 1993 adalah sebagai kesadaran
Individu tentang citra dirinya. Dan dimensi-dimensi di dalamnya yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, meliputi : identitas diri,
tingkah laku, kepuasan, diri pribadi, diri fisik, diri keluarga dan diri sosial. Identitas diri sebagai anggota Mapasadha tentu berbeda dengan identitas
diri UKM lainnya, anggota Mapasadha orang-orang yang berkegiatan di alam bebas dan mengemban nama sebagai seorang pecinta alam, apakah mereka orang-
orang yang benar-benar mencintai alam atau orang-orang yang suka naik gunung. Penampilan pun apa adanya, lusuh, berambut gondrong dan kuliah lama. Dari hal
tersebut pandangan dan evaluasi yang diberikan oleh masyarakat tentu pula berbeda-beda. Ada yang beranggapan anggota-anggota Mapasadha itu adalah
orang yang suka berkegiatan di alam bebas seperti naik gunung dan kuliah lama, dan ada juga yang beranggapan bahwa kegitan-kegiatan Mapasadha itu bersifat
mencintai lingkungan seperti adanya pengadaan workshop mengenai pengolahan sampah dan penanaman bibit pohon.
Beranjak dari hal tersebut di atas, pemaparan tentang kehidupan berorganisasi khususnya Mapasadha, peneliti ingin mengetahui ada masalah apa
dengan konsep diri yang dimiliki oleh anggota Mapasadha. Kancah penelitian ini dilakukan di Mapasadha karena di Mapasadha inilah peneliti dapat mengalami
dan mengamati secara langsung kehidupan tersebut.