Faktor Penghambat Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup

102 peranan mereka, kemudian adanya dana dari yayasan Tarkanita untuk pendidikan lingkungan hidup membantu sekolah dalam melengkapi fasilitas yang dibutuhkan sekolah.

9. Faktor Penghambat Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup

Selain terdapat faktor pendukung di dalam pendidikan lingkungan hidup di SD Tarakanita Tritis, terdapat juga faktor penghambat. Faktor-faktor penghambat merupakan kendalan-kendala di dalam penerapan pendidiakn lingkungan hidup. Adapun faktor penghambat tersebut adalah seperti yang diungkapkan Bapak MR, kepala sekolah: “Kalo untuk penghambat, kita masih kesulitan mencari kurikulum khusus untuk PLH. Memang menurut saya kurikulum itu idealnya harus dibuat oleh sekolah. Tetapi untuk saat ini kami berusaha membuat program-program khusus PLH semampu kami. Kemudian buku khusus PLH masih sangat minim dan buku PLH dari pemerintah sendiri belum ada”. 23 April 2015 Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu HW, wali kelas V: “Untuk penghambat PLH itu, disini buku-buku referensi untuk PLH agak sulit dicari. Apalagi buku PLH untuk anak SD itu agak sulit jadi guru harus kreatif mencari referensi PLH sendiri. Terus waktu untuk pembelajaran PLH itu kurang, waktu yang diberikan hanya 1 jam pelajaran dan itu hanya 35 menit misalnya kita mau ke kebun baru mencangkul beberapa waktunya sudah habis”. Dari pernyataan Bapak MR, kepala sekolah dan Ibu HW, wali kelas V tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan lingkungan hidup di SD Tarkanita Tritis mendapat kendala. Kendala tersebut diantaranya sekolah masih kesulitan dalam membuat kurikulum khusus untuk PLH, kendala pada buku pelajaran khusus PLH, kemudia kendala PLH juga terjadi jam pembelajaran 103 PLH. Waktu untuk PLH yang diberikan dari sekolah terbatas sehingga harus dimaksimalkan sebaik mungkin. Hal lain juga disampaikan oleh FN, wali kelas III terkait faktor penghambat yang ada: “Penghambatnya itu dari buku-buku PLH sendiri sulit dicari, kemudian alat-alat untuk menanam jumlahnya sedikit misalnya paculnya hanya satu padahal anaknya banyak. Kalo pas jumat bersih itu anak-anak disuruh bawa alat kebersihan dari rumah karena jika menggunakan alat kebersihan dari sekolah jumlahnya tidak banyak”. Kendala juga terjadi pada terbatasnya jumlah peralatan kebersihan sekolah. Walaupun sudah lengkap jenis peralatannya untuk pendidikan lingkungan hidup, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak sehingga anak-anak diharuskan membawa peralatan sendiri-sendiri dari rumah. Dari berbagai pernyataan diketahui bahwa terdapat hambatan di dalam penerapan pendidikan lingkungan hidup di SD Tarakaniti ini, diantaranya adalah sekolah masih kesulitan di dalam mencari kurikulum khusus PLH sehingga sekolah berusaha semampu mungkin untuk membuat program- program khusus PLH. Hambatan lain yaitu sulit dan minimnya dalam mencari buku pegangan PLH. Untuk mencari buku-buku khusus PLH guru-guru sekreatif mungkin dalam mencari sumber-sumber yang berhubungan dengan PLH. Kemudian hambatan PLH, kurangnya waktu pembelajaran PLH yang diberikan sehingga guru-guru harus memaksimalkan waktu yang ditentukan, dan hambatan yang terakhir adalah minimnya jumlah alat-alat kebersihan di dalam PLH, untuk mengatasi penghambat tersebut maka siswa diwajibkan 104 membawa alat-alat kebersihan dari rumah. Walaupun di dalam penerapan PLH masih terdapat hambatan, tetapi menurut Bapak SK, selaku komite sekolah: “Hambatan pendidikan lingkungan hidup di SD tarakanita Tritis bukan hambatan yang berarti karena sekolah dapat menyelesaikan masalah PLH dengan baik sehingga hambatan tersebut tidak begitu dirasakan”. 27 April 2015 Dari pernyataan Bapak SK, selaku komite sekolah. pendidikan lingkungan hidup di SD Tarakanita Tritis terdapat hambatan tetapi selama ini hambatan yang dialami dapat diselesaikan dengan baik oleh sekolah, oleh karena itu walaupun sekolah mengalami hambatan dalam menerapkan pendidikan lingkungan hidup, hambatan tersebut tidak dirasakan.

B. Pembahasan