Evaluasi Pendidikan Lingkungan Hidup

92 anak tidak dilibatkan dalam mengolah sampah karena anak-anak dianggap belum bisa mengolah sampah dengan baik. Composting hanya disampaikan kepada anak-anak dalam bentuk materi compostingdi dalam kelas dan tidak dipraktekkan. g. LCD dan Proyektor Selain fasilitas pendidikan lingkungan hidup yang disediakan sekolah, sekolah juga menyediakan fasilitas yang digunakan guru untuk mendukung proses penyampaian materi. Fasilitas yang disediakan sekolah adalah LCD dan proyektor. LCD dan proyektor ini digunakan guru dalam menyampaikan materi pendidikan lingkungan hidup, LCD dan proyektor ini digunakan guru ketika menyampaikan materi pendidiakn lingkungan hidup dalam bentuk film.

6. Evaluasi Pendidikan Lingkungan Hidup

Evaluasi pendidikan lingkungan hidup dilakukan terus menerus setiap setahun sekali. Evaluasi ini dilibatkan semua guru dan staf karyawan untuk mendengar pendapat mereka tentang pendidikan lingkungan hidup melalui rapat sekolah. Jika di dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup dirasa kurang maka akan dilakukan perubahan tetapi selama ini pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup cukup lancar. Berikut pengakuan Bapak MR, Kepala Sekolah: “Satu tahun yang lalu pernah dievaluasi jadi menurut guru-guru PLH itu bermanfaat untuk anak-anak, walaupun masih ada anak yang membuang sampah sembarangan tetapi kalo merusak tanaman tidak ada disini anak merusak tanaman, paling tidak melalui PLH ini dapat 93 memberi pengetahuan agar anak-anak mencintai lingkungan sekitarnya”. 23 April 2015 Sedangkan untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami pendidikan lingkungan hidup, sekolah melakukan evaluasi dengan cari melakukan ulangan akhir semester. Tidak hanya ulangan akhir semester, ada juga guru yang melakukan ulangan harian dan setiap akhir pelajaran PLH dilakukan evaluasi secara singkat dengan cara diskusi di dalam kelas. Berikut penjelasan Bapak SL, wali kelas VI: “Kalo evaluasi tahun ini sekolah melakukan ulangan akhir semester untuk mengevaluasi materi yang telah disampaiakn dan melihat apakah siswa menangkap materi yang disampaikan. Kalo kelas enam sendiri ada juga evaluasi yang dilakukan setelah pelajaran PLH disampaikan dan ada juga ulangan harian. Kalo kelas yang lain tergantung gurunya masing-masing”. 17 April 2015 Evaluasi yang dilakukan kepada siswa dapat dilihat dari aspek kognitif siswa. Peneliti melihat evaluasi pada siswa kelas III karena siswa kelas III adalah kelas pertama yang menerima pembelajaran pendidikan lingkungan hidup. dengan demikian dapat dilihat perbedaan yang dialami siswa setelah menerima pembelajaran pendidikan lingkungan hidup. Dari nilai akhir pendidikan lingkungan hidup pada siswa kelas III, dapat disimpulkan bahwa pada semester satu nilai terendah adalah 58 dan nilai tertinggi adalah 92. Pada semester dua nilai terendah adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 87. Sedangkan nilai rerata semester satu adalah 76.9 dan nilai rerata semester dua adalah 77.3, perbedaan rerata tersebut adalah 0.4. Oleh karena itu nilai semester dua mengalami kenaikan 0.4. walaupun kenaikan nilai pada semester dua hanya 94 sedikit namun dilihat dari tingkah laku siswa kelas III mengalami perubahan terhadap lingkungan. berikut ini berubahan yang disampaikan HM, siswa: “Dulunya waktu kelas satu saya pernah ikut paman saya berburu kehutan tetapi sekarang tidak mau karena lama-kelamaan hewannya akan punah.”8 Mei 2015 Dengan melakukan evaluasi kepada siswa, dapat dilihat bahwa perkembangan pendidikan lingkungan hidup pada anak. Selama ini anak-anak senang dengan adanya pendidikian lingkungan hidup dan dengan kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang dibuat sekolah. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa anak-anak mulai peduli dengan lingkungan mereka walaupun ada beberapa anak yang membuang sampah sembarangan tetapi siswa lain ikut mengingatkan temennya. Berikut penuturan SR, siswa: “Saya senang pelajaran pendidikan lingkungan hidup, belajarnya tidak membosankan. saya jarang melihat teman saya membuang sampah sembarangan tetapi kadang ada juga teman yang lain membuang sampah sembarangan nnti saya nasehatin temen saya supaya tidak membuang sembarangan”. 8 Mei 2015 Hal senada juga disampaikan FT, siswa: “Kadang ada teman yang membuang sampah sembarangan nanti saya yang mengambil sampah dan membuang ke tempat sampah”. 8 Mei 2015 Dari penjelasan kedua siswa dapat disimpulkan bahwa siswa mulai memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup memberi dampak baik bagi warga sekolah terutama siswa. Hasil dari pendidikan lingkungan hidup pada siswa tidak hanya di lihat dari aspek kognitifnya saja tetapi juga dari aspek afektif dan aspek psikomotoriknya. Aspek afektif siswa dapat dilihat ketika adanya siswa yang sedang menasehati 95 temannya yang membuang sampah sembarangan. Sedangkan aspek psikomotik siswa dapat dilihat dari prilaku siswa yang membuang sampah pada tempatnya. Jadi jarang sekali ditemukan sampah yang berserakan di halaman sekolah. Penerapan pendidikan lingkungan hidup ini dapat menumbuhkan peduli lingkungan pada warga sekolah dan lingkungan sekolah menjadi nyaman, asri, bersih dan indah sesuai dengan tujuan sekolah yang bertujuan mengembangkan keterampilan menciptakan lingkungan yang nyaman, asri, bersih dan indah.

7. Peranan Warga Sekolah dalam Menerapkan Kebijakan Pendidiakn Lingkungan Hidup