Pola Makan Gaya Hidup

2. Aktivitas fisik 3. Olahraga 4. Istirahattidur 7 – 8 jam perhari 5. Tidak merokok 6. Tidak minum-minuman keras 7. Tidak mengonsumsi obat-obatan Watson, 2003.

2.3.1. Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu Adriani Wirjatmadi, 2012. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis maupun sosial. Hal ini terkait dengan fungsi makanan yaitu gastronomik, identitas budaya, religi dan magis, komunikasi, lambing status ekonomi serta kekuatan dan kekuasaan, oleh karena itu ekspresi stiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lainnya. Ekspresi tersebut akan membentuk pola perilaku makan yang disebut kebiasaan makan Baliwati dkk, 2010. Menurut penelitian Maulida 2012 yang dilaksanakan di Kelurahan Tanjung Pura Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat tentang gambaran pola konsumsi pangan dan status gizi menunjukkan bahwa lansia yang memiliki pola makan yang baik sebesar 47,8 memiliki status gizi dengan kategori normal. Namun ada sebesar 21,1 memiliki pola makan yang baik tetapi status gizinya berada dalam kategori tidak baik, 17,8 gizi kurang karena sistem pencernaan pada lanjut usia sudah mulai terganggu, dimana gigi mulai tanggal, kemampuan mencerna makanan serta penyerapannya menjadi lambat dan kurang efisien dan ada sebesar 13,3 obesitas. Pola makan yang tidak seimbang akan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi atau sebaliknya pola konsumsi yang tidak seimbang juga mengakibatkan zat gizi tertentu berlebih dan menyebabkan terjadinya gizi lebih. Asupan gizi yang tepat berperan dalam menciptakan kesehatan lansia secara optimal, kecukupan gizi akan terpenuhi jika para lansia memerhatikan pola makan Universitas Sumatera Utara yang beragam dan bergizi seimbang Adriani Wirjatmadi, 2012. Sebenarnya pola makan atau pola konsumsi tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung, namun hanya dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi seseorang atau masyarakat Supariasa dkk, 2001. Menurut Nugroho 2008 menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan untuk disajikan pada makan. Menu seimbang untuk lansia adalah susunan yang mengandung cukup semua unsur gizi yang dibutuhkan lansia. Syarat menu yang seimbang untuk lansia antara lain : a. Mengandung zat gizi beraneka ragam bahan makanan yang terdiri atas zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50 dari hidrat arang yang merupakan hidrat arang kompleks sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. c. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30 dari total kalori. d. Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lanjut usia, yaitu 8-10 dari total kalori. e. Dianjurkan mengandung tinggi serat selulosa yang bersumber pada buah, sayur, dan macam-macam pati, yang dikonsumsi dalam jumlah besar secara bertahap. f. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non-fat, yoghurt, dan ikan. g. Makanan mengandung tinggi zat besi Fe, seperti kacang-kacangan, hati, daging, bayam, atau sayuran hijau. h. Membatasi penggunaan garam. i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna. j. Hindari bahan makanan yang tinggi mengandung alkohol. k. Pilih makanan yang mudah dikunyah seperti makanan lunak.

2.3.2. Aktivitas Fisik

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ASUPAN IMUNONUTRISI DAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS PADA LANSIA DI KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG

2 14 80

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita, Asupan Energi Dan Protein Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I Ka

0 4 11

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pedan Klaten.

0 3 16

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe.

0 0 12

HUBUNGAN KUALITAS HIDUP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO Hubungan Kualitas Hidup Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban Sukoharjo.

0 0 10

HUBUNGAN KUALITAS HIDUP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO Hubungan Kualitas Hidup Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban Sukoharjo.

0 2 14

HUBUNGAN POLA ASUH GIZI DENGAN STATUS GIZI BATITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMPER TENGAH KOTA SEMARANG

1 4 60

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI LANSIA DI POSYANDU LANSIA KAKAKTUA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELAMBUAN

0 0 5

2.1.1. Penilaian Status Gizi - Hubungan Karakteristik, Gaya Hidup, dan Asupan Gizi Dengan Status Gizi Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Habil Kota Sibolga

0 1 24

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN STATUS GIZI REMAJA

0 0 6