Latar Belakang dan Prinsip Traktat Anti Rudal Balistik

36 ICBM Hildreth, 2007: 2. Namun pada tahun 1974, kedua negara mengadakan konferensi tingkat tinggi untuk membahas lebih lanjut mengenai kerjasama anti rudal yang dirilis oleh kedua negara. Hasil pertemuan tersebut memutuskan bahwa kedua negara sepakat untuk mengamandemen traktat yang ditandatangani pada tahun 1972. Traktat yang dirilis sebelumnya menyatakan bahwa kedua negara dibolehkan untuk menempatkan sistem anti rudal di wilayah ibukota negara dan di pangkalan rudal ICBM. Namun pada tahun 1974, Amandemen Traktat tersebut hanya membolehkan kedua negara untuk menempatkan sistem anti rudal balistik di salah satu lokasi. Oleh karena itu dalam penerapannya, Amerika Serikat memilih untuk menempatkan 100 seratus rudal pencegat dan peluncur di wilayah instalasi rudal ICBM, di dekat Grand Forks, North Dakota Woolf 2006: 11-12. Sementara itu, Rusia menempatkan sistem anti rudal balistik dengan jumlah yang sama yakni 100 seratus perangkat di ibukota Moskow Woolf 2006: 12. Amandemen dalam traktat ini juga memberikan fleksibilitas bagi kedua negara untuk menyesuaikan penempatan instalasi rudal balistik. Sebagai contoh, jika Amerika Serikat ingin menempatkan anti rudal balistik di Washington maka Amerika Serikat harus mencopot instalasi ICBM yang berada di North Dakota www.state.gov. Pada dasarnya, prinsip yang terdapat dalam ABM Treaty didasarkan pada isi traktat itu sendiri yang mengatur tentang pembatasan penyebaran sistem anti rudal balistik yang mengikat kedua negara, dan terdapat di dalam butir-butir antara lain sebagai berikut Ackerman 2002: 2-3: 37 “not to deploy ABM systems for a defense of the territory of its country ... [or] for defense of an individual region except as provided in Article III” Article I; Dilarang untuk menyebarkan sistem rudal penangkal dengan tujuan mempertahankan wilayah suatu negara atau untuk mempertahankan keamanan negara lain kecuali jika hal tersebut dimungkinkan melalui Pasal III yang terdapat dalam traktat. Pasal I. “not to develop, test, or deploy ABM systems or components which are sea-based, air-based, space-based, or mobile land-based” Article V; Dilarang mengujicoba serta menyebarkan sistem rudal penangkal atau perangkat lainnya yang berbasis di darat, laut, udara hingga ruang angkasa. Pasal V. “not to give missiles, launchers, or radars, other than ABM interceptor missiles, ABM launchers, or ABM radars, capabilities to counter strategic ballistic missiles or their elements in flight trajectory, and not to test them in an ABM mode” Article VI; Dilarang menempatkan rudal, peluncur atau radar selain yang terdapat pada rudal penangkal, peluncur rudal penangkal dan radar yang digunakan untuk rudal penangkal dalam mengantisipasi serangan rudal balistik. Pasal VI “not to deploy in the future radars for early warning of strategic ballistic missile attack except at locations along the periphery of its national territory and oriented outward” Article VI; and Dilarang untuk menyebarkan teknologi radar terbaru sebagai sistem peringatan dini dari serangan rudal balistik kecuali pada lokasi perbatasan suatu negara. Pasal VI. “not to transfer to other States, and not to deploy outside its national territory, ABM systems or their components limited by this Treaty” Article IX. Dilarang mengirim teknologi rudal penangkal kepada negara lain dan dilarang untuk disebarkan di luar wilayah nasional suatu negara. Pasal VI. Butir-butir artikel yang terdapat di dalam traktat anti rudal balistik di atas secara umum melarang bagi kedua negara untuk menyebarkan sistem anti rudal balistik di luar wilayah negara masing-masing. Selain itu traktat ini juga mengatur secara ketat penggunaan peluncur serta radar yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan sistem anti rudal balistik oleh kedua negara. Radar hanya boleh digunakan di wilayah territorial negaranya sendiri atau dengan kata lain, radar 38 hanya boleh digunakan disekeliling kawasan yang menjadi wilayah keamanan nasional dari kedua negara. Selama kedua negara berada dalam posisi terikat oleh Traktat Anti Rudal Balistik, maka tidak dibenarkan bagi kedua negara untuk membangun penangkal rudal balistik berteknologi tinggi dan menyebarkannya di luar wilayah yang menjadi fokus keamanan nasional masing-masing negara. Selain itu, tidak dibenarkan bagi kedua negara untuk melakukan percobaan sistem anti rudal balistik di wilayah kedua negara yang memicu tensi tinggi dari kedua negara dari segi keamanan. Akan tetapi, traktat ini juga memiliki butir-butir yang memberikan kebebasan bagi salah satu negara untuk mundur dari traktat, dan traktat ini juga memiliki durasi waktu yang tidak terbatas. Aturan ini tentunya memberikan kebebasan bagi negara untuk keluar dari traktat tanpa ada pihak-pihak yang menghalanginya. Butir-butir yang menyatakan traktat ini memiliki durasi waktu yang tidak terbatas dan memberikan hak kepada masing-masing negara untuk mundur adalah sebagai berikut: “Party shall, in exercising its national sovereignty, have the right to withdraw from this Each Treaty if it decides that extraordinary events related to the subject matter ofthis Treaty have jeopardized its supreme interests. It shall give notice of its decision to the other Party six months prior to withdrawal from the Treaty. Such notice shall include a statement of the extraordinary events the notifying Party regards as having jeopardized its supreme interests.” Ackerman, 2002: 3-4. Dalam upaya mempertahankan kedaulatan nasional negaranya, maka masing-masing negara yang bergabung ke dalam Traktat Anti Rudal Balistik memiliki hak untuk menarik diri dari traktat tersebut jika dikemudian hari ditemukan ancaman terhadap salah satu negara yang membahayakan kepentingan nasional suatu negara. Oleh karena itu jika rencana itu ingin dilakukan maka salah satu negara harus memberitahukan rencana tersebut enam bulan sebelum pernyataan mundur secara resmi disampaikan. Pernyataan tersebut harus disertai penjelasan mengenai 39 alasan strategis serta bentuk ancaman seperti apa yang mengharuskan salah satu negara mundur dari Traktat Anti Rudal Balistik. Traktat ini menyatakan bahwa setiap negara memiliki hak untuk keluar atau mundur dari traktat apabila keamanan nasional suatu negara berada dalam posisi terancam. Selain itu disebutkan juga bahwa syarat untuk keluar dari traktat adalah setelah traktat ini berlaku dalam jangka waktu di atas enam bulan. Secara formal, jika ada salah satu pihak dalam hal ini negara harus menyertakan pemberitahuan resmi dalam bentuk kesepakatan baik bilateral maupun multilateral yang menegaskan sikap pengunduran diri tersebut Ackerman, 2002: 3.

C. Sejarah Singkat Komitmen Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam ABM Treaty

Hubungan strategis antara Amerika Serikat dan Rusia Uni Soviet telah terjalin sejak bergulirnya Perang Dunia II World War II pada tahun 1941. Pada saat itu Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Soviet menjadi sekutu untuk melawan kekuatan National Sozialistische NAZI Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler Overy 2011. Dominasi disertai kemenangan pasukan sekutu Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Soviet menandai berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945, dan menyisakan dua kekuatan adidaya yakni, barat Amerika Serikat dan timur Uni Soviet. Pada saat yang bersamaan, terjadi perdebatan mengenai dua pola pikir tentang bagaimana hubungan Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan negara lain serta bagaimana hubungan antarnegara. Perdebatan ini muncul melalui gagasan Winston Churchill Perdana Menteri Inggris yang menekankan perlunya pembagian wilayah pengaruh antara Amerika Serikat dan Soviet secara jelas, 40 khususnya di Eropa. Sementara Franklin Delano Roosevelt Presiden Amerika Serikat menghendaki suatu kerjasama dan hubungan yang komplementer bagi tiap negara dengan mendudukkan negara-negara besar sebagai penjaga-penjamin perdamaian dunia. MacNamara dalam Salamah 2008: 225. Namun pada praktiknya, Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak memiliki hubungan yang ideal paska berakhirnya Perang Dunia II. Kedua negara ini saling curiga dan tidak merasa aman satu dengan yang lainnya MacNamara dalam Salamah 2008: 225. Ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadikan kedua negara terlibat dalam arena perang tertutup yang dinamakan Perang Dingin Cold War. Perang Dingin merupakan babak baru dalam peta konstelasi politik internasional yang berlangsung pada tahun 1947 sampai pertengahan tahun 1991 Baty 2008: 2. Dalam perkembangannya, Perang Dingin makin menajam seriring perlombaan senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kedua negara saling mengungguli dari segi kualitas maupun kuantitas. Salah satu manifestasi persaingan keduanya dalam perang dingin adalah mengenai kepemilikan rudal balistik ballistic missile. Rudal balistik merupakan perangkat senjata berbentuk peluru kendali yang kekuatannya disuplai oleh tenaga roket sebagai peluncur yang melintas menuju target utama. Rudal balistik diklasifikasikan dari jarak tempuh minimum hingga maksimum, yang fungsinya mengukur seberapa jauh jangkauan rudal dan seberapa besar kekuatan hulu ledak yang dibawanya Doll, Wise, dan Masterson 2012. 41 Kepemilikan Amerika Serikat dan Uni Soviet atas rudal balistik terdiri dari Intercontinental Ballistic Missiles ICBM dan Submarine Launched Ballistic Missiles SLBM yang keduanya memiliki jangkuan lebih dari 5.500 km serta memiliki hulu ledak nuklir nuclear warheads Feickert 2004: 6. Dalam skala jumlah, Uni Soviet memproduksi 2.380 perangkat rudal balistik yang sudah termasuk dalam kategori ICBM dan SLBM. Sementara itu, Amerika Serikat memiliki rudal balistik dengan kategori yang sama sebanyak 1.640 perangkat Norris dan Cochran 1997: 13. Akan tetapi, kepemilikan rudal balistik oleh kedua negara justru berpotensi menimbulkan masalah berskala nasional, regional, bahkan internasional bagi kedua negara. Faktor utama yang menimbulkan masalah nasional bagi kedua negara adalah dikarenakan Amerika Serikat dan Uni Soviet memiliki rudal balistik berhulu ledak nuklir dan diprediksi dapat menyerang satu sama lain dengan menggunakan perangkat ICBM Feickert 2004: 1. Potensi kedua negara untuk saling menghancurkan satu sama lain membawa pada perdebatan mengenai doktrin Mutual Assured Destruction MAD. MAD secara konsep mampu meyakinkan kedua negara mengenai kemungkinan saling menghancurkan jika kedua negara berinisiatif melakukan perang nuklir secara terbuka. MAD juga dianggap sebagai dokrin yang dihasilkan melalui aktivitas Detterence, yang pada akhirnya menjaga kedua negara untuk tidak saling menyerang dengan menggunakan senjata nuklir Pifer et al.2010. Selain itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet juga menghadapi potensi masalah dalam skala internasional atas kepemilikan rudal balistik oleh negara- negara di luar Traktat Anti Rudal Balistik seperti Iran, Korea Utara, Irak, India, 42 Pakistan, dan Israel. Beberapa negara dalam daftar tersebut bahkan menyembunyikan instalasi program rudal balistiknya. Mereka cenderung menyamarkan pembuatan rudal balistik dengan pabrik pesawat ruang angkasa maupun pesawat komersil. Hal ini cukup menyulitkan para agen intelijen untuk melacak keberadaan instalasi program rudal balistik yang sedang dikembangkan Feickert 2004: 2-3. Kalkulasi keamanan demi kepentingan Amerika Serikat dan Uni Soviet pun semakin sulit dilakukan dengan adanya kondisi tersebut. Masalah lainnya yang berskala internasional yang dihadapi Amerika Serikat dan Rusia adalah mengenai penyebaran agen-agen intelijen oleh negara- negara yang telah berhasil mengembangkan rudal balistik Feickert 2004: 3. Berbagai ancaman tersebut pada akhirnya membuat kedua negara sepakat untuk mengembangkan kerjasama arms control Pengendalian Senjata, untuk jenis senjata ICBM yang dinamakan dengan Strategic Arms Limitation Talks SALT pada tahun 1969 Kimball dan Collina 2010: 1-2. Kerjasama SALT merupakan langkah awal dalam upaya mengendalikan perlombaan senjata nuklir. Paska SALT terbentuk, maka kedua negara sepakat untuk melanjutkan kerjasama pengendalian senjata yang lebih komprehensif dengan menyepakati Traktat Anti Rudal Balistik Anti Ballistic Missile Treaty pada tahun 1972. Kerjasama yang disepakati oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet tersebut merupakan langkah strategis kedua negara dalam meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur Siswanto 2013.