Komposisi kimia kerang pisau Solen spp

sebagai penghilang rasa amis pada minuman fungsional dapat juga dimanfaatkan sebagai obat cacing pada penderita cacingan Mute et al. 2009.

4.2 Aktivitas Antioksidan Kerang Pisau

Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada kerang pisau yaitu sebesar 1.206,94 ppm. Konsentrasi IC 50 yang tinggi disebabkan karena bahan yang diuji masih berupa ekstrak kasar, sehingga masih sangat banyak dipengaruhi oleh komponen-komponen lain yang menjadi pengotor dalam pengujian ini. Penelitian yang menguji aktivitas antioksidan kerang pisau dari berbagai pelarut telah dilakukan oleh Nurjanah 2012 yang menggunakan pelarut polar menghasilkan aktivitas antioksidan sebesar 1.391,08 ppm, semi polar menghasilkan aktivitas sebesar 1.593,87 ppm dan non polar yaitu 2.008,52 ppm. Keberadaan senyawa yang bersifat antioksidan dalam ekstrak kasar kerang pisau diduga dapat berasal dari makanannya. Penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah et al. 2012 berhasil mengungkapkan bahwa kerang pisau mengandung komponen-komponen flavonoid . Adanya flavonoid bisa berasal dari tumbuhan fitoplankton yang dimakan oleh kerang pisau. Berdasarkan penelitian Sugiahrtono 2006 sumber utama makanan dari kerang pisau adalah fitoplankton jenis Achnanthes sp., Coscinodiscus sp., Cyclotella sp., dan Fragilaria sp. Secara in vitro, flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat. Seperti yang dinyatakan oleh Robak dan Gryglewsky 1988 bahwa flavonoid sebagai antioksidan, dapat menghambat penggumpalan keping-keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang dapat melebarkan pembuluh darah, dan juga dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas free radical scavenger, flavonoid juga memiliki beberapa sifat misalnya hepatoprotektif, antitrombotik, antiinflamasi, dan antivirus. 4.3 Kandungan Logam Berat Kerang Pisau Solen spp Logam berat dalam air laut dapat berasal dari berbagai aktivitas manusia di darat yang kemudian masuk kelaut melalui sungai, dan dapat pula berasal dari atmosfir dalam bentuk partikel dan debu yang jatuh ke laut Bat 2005. Logam juga dapat berasal dari hasil pengikisan oleh gelombang atau gletser serta aktivitas gunung berapi Bielicka et al. 2004. Bivalvia terkenal akan kemampuannya mengakumulasi logam berat dan telah banyak digunakan sebagai bioindikator untuk pengawasan logam berat pada lingkungan perairan Kanakaraju et al. 2008. Sifat umum kekerangan sebagai filter feeder menyebabkan kualitas kerang sangat dipengaruhi oleh kualitas perairan di suatu lingkungan. Kerang yang hidup dalam lumpur dapat memakan sedimen dan menyaring logam-logam berat. Logam berat merupakan unsur-unsur metalik yang memiliki sifat berbahaya dengan lebih dari 40 bobot atom Panjaitan 2009. Konsentrasi residu maksimum yang diijinkan bagi produk laut untuk kesehatan manusia adalah sebagai berikut, Pb 1,5 mg kg -1 bb dan Cd 0,2 mg kg -1 bb, sedangkan Cu dan Zn yang merupakan salah satu unsur essensial masing-masing adalah 10 dan 150 mg kg -1 bb FAO 1983. Berdasarkan tingkat toksisitasnya, logam berat dapat digolongkan dalam tiga kelompok yaitu 1 Hg, Pb, Cd, Cu, dan Zn yang bersifat toksik tinggi, 2 Cr, Ni, dan Co yang bersifat toksik menengah, dan 3 Mn dan Fe yang bersifat toksik rendah. Unsur-unsur logam berat ini dibutuhkan organisme hidup dalam proses metabolisme untuk perkembangan dan pertumbuhan sel-sel tubuhnya. Tetapi dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan keracunan, akan tetapi sifat toksik logam berat akan bergantung pada jenis kadar, efek sinergis, antagonis, sifak kimia dan fisiknya, serta faktor lingkungan yang mempengaruhi toksisitas logam berat. Kadar timbal pada daging dan jeroan kerang pisau hasil penelitian ini adalah 0,28 mgkg dan 0,67 mgkg. Berdasarkan standar SNI 3460.1-2009, batas aman logam berat Pb dalam daging kerang adalah 1 mgkg, kandungan Pb pada daging kerang pisau hasil penelitian ini masih di bawah standar. Hasil analisis logam berat yang terdapat pada kerang pisau disajikan pada Tabel 8. Kadar kadmium pada daging kerang pisau hasil penelitian ini tidak terdeteksi. Batas aman logam berat Cd dalam makanan adalah 1 mgkg SNI 3460.1-2009. Kandungan Cd pada kerang pisau hasil penelitian Kanakaraju et al. 2008 berkisar antara 0,83-3,33 µgg, nilai ini masih berada di bawah ambang batas kandungan Cd yang diperbolehkan FAO yaitu 10 µgg. Kandungan logam berat kadmium yang rendah pada daging kerang pisau di Perairan Cirebon juga menunjukkan bahwa perairan tersebut masih aman dari pencemaran kadmium, hal ini diduga karena lokasi perindustrian jauh dari perairan tersebut. Tabel 8 Kadar logam berat kerang pisau mgkg Logam berat Daging Jeroan SNI 3460.1-2009 mgkg Pb 0,28 ± 0,35 0,67 ± 0,25 1 Cd tidak terdeteksi 0,13 ± 0,03 1 Hg 0,02 ± 0,00 0,04 ± 0,00 0,5 Kadar merkuri pada daging dan jeroan kerang pisau hasil penelitian ini berturut-turut adalah 0,02 mgkg dan 0,04 mgkg. Standar total merkuri pada bahan makanan yang diperbolehkan Codex adalah 0,1 mgkg, sedangkan metilmerkuri untuk produk perikanan harus di bawah 0,5 mgkg. Berdasarkan standar SNI 3460.1-2009, batas aman logam berat Hg dalam produk daging kerang adalah 0,5 mgkg. Hasil analisis merkuri kerang pisau pada penelitian ini masih tergolong aman bila dibandingkan dengan standar SNI. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek- efek khusus pada makhluk hidup. Logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup, tetapi sebagian logam-logam tersebut tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup, walaupun dalam jumlah yang sedikit Arifin 2011. Darmono 2001 melaporkan bahwa logam berat secara biologis terkumpul dalam tubuh organisme, menetap untuk waktu lama dan berfungsi sebagai racun kumulatif. Effendi 2003 menyatakan bahwa di dalam tubuh makhluk hidup misalnya kerang, logam berat akan mengalami biokonsentrasi dan bioakumulasi sehingga kadarnya di dalam tubuh lebih besar daripada lingkungan perairan. Konsentrasi residu logam dalam jaringan biota akan selalu berfluktuasi dipengaruhi antara lain, umur dan ukuran biota Al-Yousef et al. 2004, kebiasaan makan biota atau tingkat trofik dalam jaringan Watanabe et al. 2003, serta spesies atau jenis biota Qugun et al. 2005; Calta dan Canpolat 2006 sehingga hewan ini dapat digunakan sebagai indikator pencemaran suatu perairan. Logam berat juga mengalami biomagnifikasi yakni kadarnya akan semakin meningkat dengan peningkatan posisi organisme pada rantai makanan.