Analisis proksimat AOAC 2005 Analisis

3.4.3 Analisis aktivitas antioksidan DPPH Molyneux 2004

Aktivitas antioksidan yang diukur pada bubuk kering kerang pisau dilakukan dengan menimbang bahan-bahan kering tersebut masing-masing sebanyak 0,25 gram kemudian dilarutkan dalam 50 mL metanol. Larutan yang terbentuk diencerkan lagi untuk mendapatkan konsentrasi 100, 200, 400, dan 800 ppm. Larutan pereaksi DPPH yang digunakan, dibuat dengan melarutkan DPPH seberat 0,0197 gram dalam 50 mL metanol p.a. untuk memperoleh konsentrasi 1 mM. Larutan dibuat segar dan dijaga pada suhu rendah serta terlindung dari cahaya. Sebanyak 4 mL larutan uji direaksikan dengan 1 mL larutan DPPH dalam tabung reaksi. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu 37 o C selama 30 menit. Kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Larutan standar dibuat dengan mencampur 4 mL metanol p.a dengan 1 mL DPPH. Aktivitas antioksidan masing-masing sampel dinyatakan dengan persentase penghambatan radikal bebas yang dihitung dengan rumus: 3.4.4 Uji Sensori Uji sensori yang dilakukan adalah uji rating dan ranking hedonik terhadap tiga formula minuman fungsional kerang pisau oleh 30 panelis semi terlatih. Parameter mutu yang diuji meliputi warna, kenampakan, aroma, dan rasa minuman fungsional kerang pisau. Pemberian skor pada uji rating hedonik menggunakan sistem skala kategori yaitu sangat tidak suka 1, tidak suka 2, agak tidak suka 3, netral 4, agak suka 5, suka 6, dan sangat suka 7. Dalam uji rangking hedonik, angka satu 1 menyatakan tingkat penerimaan terendah terhadap produk dan angka selanjutya menyatakan penerimaan yang semakin tinggi. Score sheet uji sensori dapat dilihat pada Lampiran 5. Data yang diperoleh ditabulasikan dan dianalisis dengan metode nonparametrik Kruskal-Wallis dan uji lanjut BNT. Penyajian sampel dilakukan dengan melarutkan masing-masing formula ke dalam gelas yang berisi 90 mL air yang bersuhu 80 o C. Gelas berkode dan dalam kondisi hangat disajikan kepada para panelis. Panelis menuliskan kesan atau tanggapan pribadinya mengenai sampel yang diuji dalam sehelai score sheet. Sebelumnya para panelis diberikan pengarahan mengenai tata cara melakukan pengujian.

3.4.5 Analisis vitamin C AOAC 2001

Contoh sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, ditambahkan 10 mL asam asetat 0,1 lalu dikocok. Selanjutnya diultrasonik selama 15 menit. Setelah itu dihimpitkan sampai tanda tera dan dihomogenisasi, kemudian disaring dengan Whatman No 42 dan membran 0,45 µm, setelah itu disuntikkan ke HPLC. Perhitungan vitamin C: Keterangan: Csp = konsentrasi contoh, dinyatakan dalam mgkg Asp = luas area contoh Slope = kemiringan kurva kalibrasi Vsp = volume pelarutan sampel, dinyatakan dalam mL Wsp = bobot contoh, dinyatakan dalam g Kondisi alat HPLC saat berlangsungnya analisis vitamin C: Merek : Waters Coorporation, USA Kolom : oktadesilsilana C18 Laju alir : 0,8 mLmenit Fase gerak : TFA Triflouro Acetic Acid 0,1 Panjang gelombang : 245 nm

3.4.6 Analisis warna Hutching 1999

Analisis warna dilakukan dengan menggunakan alat Chromameter Minolta CR-200. Sebelum dilakukan pengukuran nilai L, a, dan b perlu dilakukan kalibrasi terlebih dahulu terhadap alat dengan menggunakan pelat standar warna putih L=97,51; a=5,35; b=3,37. Setelah proses kalibrasi selesai, dilanjutkan dengan pengukuran warna sampel. Pengukuran dilakukan dengan tiga kali ulangan untuk masing-masing sampel. Sistem warna yang digunakan adalah sistem Lab. Sampel diletakkan pada tempat yang tersedia, kemudian tombol start ditekan dan akan diperoleh nilai L, a, dan b dari sampel. Hasil pengukuran dikonversi ke dalam sistem Hunter dengan L menyatakan parameter kecerahan dari hitam 0 sampai putih 100. Notasi a menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai + a positif dari 0 sampai +100 untuk warna merah dan nilai – a negatif dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Notasi b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai + positif dari 0 sampai +70 untuk warna kuning dan nilai –b negatif dari 0 sampai -80 untuk warna biru, sedangkan L menyatakan kecerahan warna, selanjutnya dari nilai a dan b dapat dihitung ˚Hue yang menunjukkan kisaran warna sampel. Hubungan antara ˚Hue dan warna sampel dapat dilihat pada Tabel 5. Ni lai ˚Hue dapat dihitung dengan persamaan : ˚Hue = tan-1 Tabel 5. Hubungan ˚Hue dengan warna sampel ˚Hue Warna Sampel 18˚- 54˚ red R 54˚- 90˚ yellow red YR 90˚-126˚ yellow Y 126˚-162˚ yellow green YG 162˚-198˚ green G 198˚-234˚ blue green BG 234˚-270˚ blue B 270˚-306˚ blue purple BP 306˚-342˚ purple P 342˚- 18˚ red purple RP

3.4.7 Analisis asam amino AOAC 1995

Komposisi asam amino ditentukan dengan High Performance Liquid Chromatography HPLC. Sebelum digunakan, perangkat HPLC harus dibilas dulu dengan eluen yang akan digunakan selama 2-3 jam. Begitu pula dengan syringe yang akan digunakan juga harus dibilas dengan akuades. Analisis asam amino menggunakan HPLC terdiri atas 4 tahap, yaitu 1 tahap pembuatan hidrolisat protein; 2 tahap pengeringan; 3 tahap derivatisasi; dan 4 tahap injeksi serta analisis asam amino. Khusus untuk pengujian asam amino bebas, tidak dilakukan proses hidrolisis dengan asam dan pemanasan.