Konsep Kota TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Konsep Kota

Kota adalah suatu bentukan manusia yang terjadi akibat kegiatan manusia dalam mengelola kepentingan hidupnya, sehingga faktor- faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi perubahan lanskap perkotaan juga akan berkontribusi terhadap lingkungan fisik kota Simons, 1992. Setiap rencana yang dibuat haruslah efsien baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun dari aspek sosial sebagai akibat dari proses normal alam dan kehidupan manusia yang tercermin dari keterkaitan fungsi dan makna kota. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerint ahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi UU No. 26 Th 2007. Misalnya salah satu definisi menyatakan sebuah kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu- individu yang heterogen dari segi sosial, yang dijabarkan dalam 10 kriteria yang lebih spesifik untuk merumuskan kota, menurut Rapoport 1982 sebagai berikut : 1. Ukuran dan jumlah penduduk yang besar terhadap massa dan tempat. 2. Bersifat permanen. 3. Kepadatan minimum terhadap massa dan tempat. 4. Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukkan jalur jalan dan ruang-ruang perkotaan yang nyata. 5. Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja. 6. Fungsi perkotaan minimum meliputi sebuah pasar, sebuah pusat administrasi atau pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah pusat keagamaan, atau sebuah pusat aktivitas intelektual. 7. Heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hierarkis pada masyarakat. 8. Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian ditepi kota dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas. 9. Pusat pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat. 10. Sebagai pusat penyebaran. Pengorganisasian sebuah permukiman dapat dirumuskan sebagai sebuah kota bukan dari segi ciri-ciri morfologis tertentu atau bahkan kumpulan ciri- cirinya, melainkan dari segi suatu fungsi khusus yaitu menyusun sebuah wilayah dan menciptakan ruang-rua ng efektif. Menurut Sujarto 1998 ada lima paradigma baru yang menyebabkan perubahan dan perkembangan pola pikir dalam perencanaan wilayah dan kota, adalah sebagai berikut : 1 Perekonomian global, 2 Orientasi pembangunan, 3 Kemitraan pemerintah dan masyarakat, 4 Perkembangan sistem dan teknologi informasi dan 5 Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkunga n. Kota yang berkelanjutan adalah suatu daerah perkotaan yang mampu berkompetisi secara sukses dalam pertarungan global dan mampu pula mempertahankan vitalitas budaya serta keserasian lingkungan. Konsep kota yang berkelanjutan merupakan suatu konsep global yang kuat yang diekspresikan dan diaktualisasikan secara lokal. Pendekatan dalam penataan kota yang dilakukan dewasa ini banyak menyimpang dan meninggalkan aspek kesejahteraan dan pelestarian. Menurut Antariksa 2004, hal ini banyak terjadi dibeberapa kota dunia, dimana latar belakang dari sejarah besar. Pembangunan dan penataan kota menjadi bagian dari modernisasi perkotaan tanpa memperhitungkan lagi aspek kultur masyarakat sebagai penghuninya. Menurut Yunus 2000 di dalam kota terdapat kekuatan-kekuatan dinamis yang mempengaruhi pola penggunaan lahan kota, artinya di dalam pergerakkannya terdapat penambahan dan pengurangan bangunan, fungsi fisik, struktur penduduk, nilai kehidupan dan aspek-aspek kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Ada 4 macam dimensi yang perlu diperhatikan dalam mencoba memahami dinamika perubahan tempat tinggal pada suatu kota, yaitu: 1 dimensi lokasi, 2 dimensi perumahan, 3 dimensi siklus kehidupan dan 4 dimensi penghasilan. Barcelona berkembang menjadi kota metropolitan diawali pada tahun 1972 dengan mempertimbangkan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui spekulasi membuka lahan subur dan lembah sungai yang kemiringannya 20 menjadi suatu kota pusat perbelanjaan dan tempat wisata dengan dilengkapi berbagai fasilitas pendukung. Spekulasi tersebut menyebabkan nilai dari lahan menjadi tinggi dan kehidupan masyarakatnya secara ekonomi meningkat, dikut ip dari jurnal Papayanis 2000.

2.5. Sistem Informasi Geografis

Dokumen yang terkait

Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Jawa Barat

0 38 118

Evaluasi Penggunaan Lahan Dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara

5 33 86

Evaluasi penggunaan Lahan Eksisting dan Arahan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

2 23 118

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN Evaluasi Penggunaan Lahan Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010-2030 Melalui Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geogra

0 3 12

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2014 TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Kota Salatifa Tahun 2010-2014 Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

0 2 15

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2014 TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Kota Salatifa Tahun 2010-2014 Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

4 9 17

PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING Pemodelan Arahan Fungsi Kawasan Lahan Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Sub Daerah Aliran Sungai Opak Hulu.

0 2 12

PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING Pemodelan Arahan Fungsi Kawasan Lahan Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Sub Daerah Aliran Sungai Opak Hulu.

0 1 16

ANALISIS KESELARASAN PENGGUNAAN LAHAN AKTUAL TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KOTA TEGAL

0 3 53

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

0 0 59