II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penggunaan Lahan
Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan bagi
penggunaan lahan, karena lahan sifatnya terbatas. Sumberdaya lahan yang paling menguntungkan dari lahan yang terbatas perlu dipertimbangkan untuk
penggunaan dan pemanfaatannya di masa mendatang. Beberapa permasalahan dalam penggunaan lahan untuk tujuan pemanfaatan ruang adalah lemahnya
penegakan hukum, kurangnya informasi tentang potensi lahan dan rendahnya tingkat kesadaran serta pengetahuan masyarakat tentang penggunaan ruang tata
ruang. Tindakan pengelolaan diperlukan bagi setiap areal lahan yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam pe manfaatan areal tersebut. Sitorus, 1998.
Banyak definisi yang dikembangkan untuk mendifinisikan penatagunaan tanah, diantaranya Canadian Institute of Planners mendefinisikan bahwa:
Perencanaan penatagunaan tanah merupakan pendekatan keilmuan, estetika, dan pengaturan penggunaan lahan, sumber daya, fasilitas dan pelayanan untuk
menjamin efisiensi fisik, ekonomi dan sosial serta kesehatan dan kesejahteraan masyarakat perkotaan dan pedesaan. Untuk mengetahui perubahan penggunaan
lahan bahkan bisa sampai melihat dampak penggunaan lahan terhadap urbanisasi, Negara Canada menggunakan data Landsat Zhang, 2005.
Analisis terhadap perubahan penggunaan lahan, baik polabentuk, proses, metode dan peralatan tools, penyebab serta dampaknya, telah banyak dilakukan
Kartodiharjo, 2007. Akan tetapi perubahan penggunaan lahan terus terjadi dan dampak negatif dari perubahan penggunaan lahan seolah sulit dikendalikan.
Ketika dulu perubahan penggunaan lahan didominasi oleh konversi hutan menjadi lahan pertanian, maka sekarang terdapat kecenderungan perubahan penggunaan
lahan dari lahan pertanian menjadi pemukiman dan industri. Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk
penggunaan-penggunaan tertentu. Hasil evaluasi lahan digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan tataguna tanah yang rasional, sehingga
tanah dapat digunakan secara optimal dan lestari. Penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan kemampuannya, selain dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lain,
bahkan dapat menghancurkan suatu kebudayaan yang sebelumnya telah berkembang Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001.
Sitorus 1998 menyatakan bahwa pada dasarnya evaluasi kesesuaian lahan memerlukan informasi yang menyangkut tiga aspek utama, yaitu: lahan,
penggunaan lahan dan aspek ekonomi. Manfaat yang mendasar dan evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan
tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan.
Penggunaan lahan adalah setiap campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhannya, baik material maupun spiritualnya Vink
1975 dalam Sitorus 2001. Menurut Barlowe 1986, faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor
pertimbangan ekonomi dan kelembagaan. Faktor fisik dan biologis mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-
tumbuhan, hewan dan kependudukan. Faktor ekonomi dicirikan oleh keuntungan, kondisi pasar dan transportasi. Faktor kelembagaan dicirikan oleh hukum dan
pertahanan, situasi politik, sosial ekonimi dan secara administrasi dapat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Bagi seorang perencana, pengetahuan mengenai penggunaan lahan dan penutupan lahan sangatlah penting dalam membuat keputusan yang berhubungan
dengan pengelolaan sumberdaya lahan yang memperhatikan aspek lingkungan. Penggunaan lahan land use dan penutupan lahan land cover merupakan dua
istilah yang sering diberi pengertian sama, padahal keduanya mempunyai pengertian berbeda. Menurut Lillesand dan Kiefer 1987, penggunaan lahan
berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan penutupan lahan lebih merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa
mempersoalkan kegiatan manusia pada obyek-obyek tersebut. Irawan 2005 mengemukakan bahwa, konversi lahan pertanian pada
dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antar sektor pertanian dan sektor non-pertanian. Persaingan dalam pemanfaatan lahan tersebut
muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu : a keterbatasan sumberdaya lahan, b pertumbuhan penduduk, dan c pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi cenderung mendorong permintaan lahan untuk kegiatan non-pertanian pada tingkat yang lebih tinggi di bandingkan permintaan lahan
untuk kegiatan pertanian. Ini disebabkan karena permintaan produk non-pertanian lebih elastis terhadap pendapatan. Meningkatnya kelangkaan lahan akibat
pertumbuhan penduduk, yang dibarengi dengan meningkatnya permintaan lahan untuk kegiatan non-pertanian akibat pertumbuhan Penduduk mendorong
terjadinya konversi lahan pertanian. Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat akan berpengaruh terhadap
berbagai macam aktivitas di dalam kota dan konsekwensinya akan berdampak pada pembangunan perkotaan itu sendiri Masri, 2008.
Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai suatu proses pilihan pemanfaatan ruang guna memperoleh manfaat yang optimum, baik untuk
pertanian maupun non pertanian. Menurut Winoto et al. 1996, perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah semata- mata fenomena
fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, karena secara agregat berkaitan erat
dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat. Sementara Sumaryanto et al. 1994 menjelaskan alih fungsi lahan dari segi
pengembangan sumberdaya merupakan suatu bentuk dari perubahan alokasi sumber daya antar sektor penggunaan. Akibat struktur perekonomian yang
mengarah pada semakin meningkatnya peranan sektor non pertanian, menyebabkan terjadinya perubahan komposisi besaran dan laju penggunaan
sumberdaya tenaga kerja, modal dan tanah antar sektor. Lazimnya, sektor-sektor ekonomi dengan pertumbuhan yang tinggi akan diikuti dengan laju penggunaan
sumberdaya yang lebih tinggi. Lahan pertanian yang berpeluang untuk terkonversi lebih besar adalah lahan
sawah dibandingkan lahan kering. Sawah secara spasial memiliki alasan yang kuat untuk dikonversi menjadi kegiatan non-pertanian karena 1 kebutuhan lahan
untuk kegiatan non-pertanian lebih menguntungkan di lahan yang datar dimana sawah pada umumnya ada, 2 infrastruktur seperti jalan lebih tersedia di daerah
persawahan, 3 daerah persawahan pada umumnya lebih mendekati wilayah konsumen yang relatif padat penduduk dibandingkan lahan kering yang sebagian
besar terdapat di daerah bergelombang, perbukitan dan pegunungan Nofarianty, 2006.
Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, disamping merupakan berubahnya fenomena fisik luasan tanah pertanian, juga berkaitan erat dengan
berubahnya orientasi ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat. Sementara Sumaryanto et al. 1994 menjelaskan alih guna lahan dari segi pengembangan
sumberdaya merupakan suatu bentuk dari perubahan alokasi sumber daya antar sektor penggunaan.
2.2. Penyimpangan Penggunaan Lahan