Arahan Penyusunan RTRW Kota Tasikmalaya yang baru

3. Kepemilikan lahan sebagian besar lahan sendiri dan warisan di lokasi penyimpangan dapat mendorong terjadinya penyimpangan penggunaan lahan. Pada lahan tersebut dapat dengan mudah berpindah tangankepemilikan, karena terdesak kebutuhan dan nilai ekonomis lahan cukup tinggi. Sehingga sulit untuk mencegah terjadinya konversi lahan. 4. Pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai rencana tata ruang dapat menyebabkan orang tidak menyadari bahwa telah menempati tempat yang salah atau tidak sesuai. 5. Kurang sosialisasi dari pemerintah pada masyarakat mengenai RTRW menyebabkan masyarakat tidak tahu rencana apa yang akan dibangun di lokasi tempat tinggalnya. Namun demikian ada usaha pemerintah Kota untuk menertibkan atau meminimalkan berbagai penyimpangan yang terjadi, yaitu menertibkanmerelokasi hunian tempat-tempat kumuh, mempertahankan kawasan resapan air yang dimiliki penduduk di kecamatan Tawang. Pertumbuhan Industri rumahan di Kota Tasikmalaya, berupa Kerajinan Tangan dan Bordir cukup pesat sejalan dengan visi Kota Tasikmalaya dalam RTRW 2004-2014 sebagai pusat Perdagangan dan Industri termaju di wilayah Priangan Timur. Hal tersebut membawa konsekwensi logis terhadap datangnya tenaga kerja dari luar Kota Tasikmalaya. Persoalan muncul dalam hal mengimplementasikan RTRW Kota Tasikmalaya dalam mengakomodasi dinamika perkembangan pemanfaatan ruang. Penurunan luas Hutan sejalan dengan tumbuhnya pemukiman di areal Hutan yang dihuni sebagian besar oleh petani penggarap tanaman Tumpang sari, demikian juga penurunan luas lahan pertanian karena bertambahterdesak kebutuhan akan permukiman

5.6. Arahan Penyusunan RTRW Kota Tasikmalaya yang baru

Arahan penyusunan Rencana Tata Ruang yang dilakukan berdasarkan kondisi penggunaan lahan eksisting dan penyimpangan yang terjadi di lapangan, dengan mempertimbangkan Kota Tasikmalaya sebagai wilayah fungsional perkotaan, mengurangi kepadatan aktifitas di pusat kota dengan tujuan tercapainya keseimbangan pembangunan disetiap kecamatan. Karena keterbatasan data, maka dalam menyusun arahan ini tidak didukung oleh data analisis kesesuaian lahan dan Rencana Detil Tata Ruang RDTR Kota Tasikmalaya. Arahan penyusunan RTRW yang akan datang adalah sebagai berikut: 1. Pada beberapa lokasi terutama di BWK II dan BWK V dengan cakupan Kecamatan Cihideung, sebagian Kecamatan Cipedes dan sebagian Kecamatan Indihiang telah terjadi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW. Peregeseran fungsi kawasan BWK II dalam RTRW diarahkan untuk fungsi kawasan perumahan dan permukiman, sedangkan kondisi eksisting menjadi fungsi kawasan industri mendong. Pada BWK V dalam RTRW diarahkan fungsi utamanya sebagai kawasan terminal regional, kawasan perdagangan, dan jasa regional bergeser me njadi kegiatan pemerintahan. 2. Kawasan perdagangan dan Industri di kecamatan Mangkubumi dan Kawalu, yang sudah terlanjur menjadi permukiman diarahkan untuk dipertimbangkan pada penetapan RTRW 2014-2024. Permukiman sebagian sudah ada pada saat ditetapkannya RTRW 2004-2014 3. Sawah dan lahan kering yang belum terealisasi menjadi kawasan Industri dan Perdagangan sebagaimana ditetapkan dalam RTRW 2004-2014, diarahkan untuk dipertahankan. Kawasan Industri dan perdagangan yang belum terealisasi dapat diarahkan menyebar ke tingkat kecamatan yang belum berkembang. 4. Permukiman berada di bawah SUTET, hal ini merupakan pelanggaran pada garis sempadan, maka arahan bagi pemerintah kota untuk menertibkan bangunan-bangunan yang berada dibawah SUTET. 5. Permukiman yang menempati lahan TPU Taman Pemakaman Umum, sebagian sudah terbangun sebelum RTRW 2004-2014 ditetapkan dan berkembang karena terdesak kebutuhan ruang permukiman. Arahan dalam RTRW yang akan datang supaya permukiman dibatasi perkembangannya dan ditetapkan dalam RTRW yang baru dengan mempertahankan TPU yang belum termanfaatkan untuk keperluan RTH Ruang Terbuka Hijau. 6. Permukiman yang berkembang di kawasan Hutan di kecamatan Kawalu berupa Hutan Negara, diarahkan untuk ditertibkan dengan merelokasi ke luar sekitar Hutan, untuk mencegah terjadinya penurunan luas Hutan lebih lanjut.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Jawa Barat

0 38 118

Evaluasi Penggunaan Lahan Dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara

5 33 86

Evaluasi penggunaan Lahan Eksisting dan Arahan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

2 23 118

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN Evaluasi Penggunaan Lahan Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010-2030 Melalui Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geogra

0 3 12

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2014 TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Kota Salatifa Tahun 2010-2014 Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

0 2 15

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2014 TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Kota Salatifa Tahun 2010-2014 Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

4 9 17

PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING Pemodelan Arahan Fungsi Kawasan Lahan Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Sub Daerah Aliran Sungai Opak Hulu.

0 2 12

PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING Pemodelan Arahan Fungsi Kawasan Lahan Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Sub Daerah Aliran Sungai Opak Hulu.

0 1 16

ANALISIS KESELARASAN PENGGUNAAN LAHAN AKTUAL TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KOTA TEGAL

0 3 53

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

0 0 59