terjadinya  perubahan  kimia  juga  ikut  menentukan  pertumbuhan  mikroba  pada pangan.  Selain  kadar  air,  kerusakan  produk  pangan  juga  disebabkan  oleh
ketengikan  akibat  terjadinya  oksidasi  atau  hidrolisis  komponen  bahan  pangan. Kandungan mikroba, selain mempengaruhi mutu produk pangan juga menentukan
keamanan produk tersebut Herawati 2008. Setiap  bahan  pangan,  cepat  atau  lambat  akan  mengalami  penurunan  mutu,
kerusakan  dan  akhirnya  membusuk  dan  tidak  layak  lagi  untuk  dikonsumsi. Dengan  kata  lain  setiap  jenis  makanan  memiliki  daya  simpan  yang  terbatas
tergantung  jenis  dan  kondisi  penyimpanannya.  Daya  simpan  inilah  yang  akan menentukan  waktu  kadaluarsa  makanan.  Waktu  kadaluarsa  adalah  batasan  akhir
dari  suatu  daya  simpan  makanan  atau  batas  dimana  mutu  makanan  masih  baik, karena  lebih  dari  waktu  tersebut,  akan  mengalami  penurunan  mutu  sedemikian
rupa  sehingga  makanan  tersebut  tidak  layak  lagi  dikonsumsi  oleh  manusia Syarief dan Halid 1993.
2.4 Antioksidan
Antioksidan  merupakan  suatu  inhibitor  dari  proses  oksidasi    bahkan  pada konsentrasi yang relatif kecil, dan memiliki peran fisiologis yang beragam dalam
tubuh  Kumar  2011.  Antioksidan  adalah  substansi  yang  dapat  menunda, mencegah, menghilangkan kerusakan oksidatif pada molekul target, seperti lemak,
protein,  dan DNA Halliwell dan Gutteridge 2000.  Antioksidan  yang digunakan dalam  sistem  biologis  berfungsi  untuk  mengatur  kadar  radikal  bebas  agar
kerusakan  pada  molekul  penting  dari  tubuh  tidak  terjadi  dan  tercipta  sistem perbaikan  yang  diperlukan  untuk  mempertahankan  kelangsungan  hidup  dari  sel
Milbury  dan  Richer  2011.  Antioksidan  berfungsi  mencegah  kerusakan  sel  dan jaringan  tubuh  karena  dalam  hal  ini  antioksidan  bertindak  sebagai
pemulungscavenger Sen et al. 2010. Komposisi  antioksidan  terdiri  dari  dua,  yaitu  antioksidan  alam  dan
antioksidan  sintetik,  yang  termasuk  antioksidan  alam  antara  lain  turunan  fenol, koumarin,  hidroksi  sinamat,  tokoferol,  difenol,  nonfenol,  kathekin,  dan  asam
askorbat.  Antioksidan  sintetik  antara  lain  butil  hidroksi  anisol  BHA,  butil hidroksi  toluen  BHT,  propil  gallat  dan  etoksiquin.  Berdasarkan  PERMENKES
No.722  tahun  1988,  antioksidan  yang  diizinkan    penggunaannya  adalah  asam
askorbat, asam eritorbat, askorbil palmitat, askorbil  stearat, butil  hidroksi anisol BHA,  butil  hidroksi  toluen  BHT,  butil  hidrokinon  tersier,  dilauril
tiodipropionat,  propil  gallat,  timah  II  klorida,  alpha  tokoferol,  dan  tokoferol campuran pekat Cahyadi 2006.
Prakash  et  al.  2000  menyatakan  bahwa  metode  yang  cepat,  mudah,  dan murah untuk mengukur kapasitas antioksidan pada makanan menggunakan radikal
bebas  yaitu  2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl  DPPH.  DPPH  dikenal  digunakan untuk  menguji  kemampuan  suatu  senyawa  atau  bahan  yang  bertindak  sebagai
radikal  bebas  atau  donor  hidrogen,  dan  untuk  menilai  aktivitas  antioksidan  pada suatu  makanan.  Metode  DPPH  dapat  digunakan  untuk  sampel  yang  berbentuk
padat  atau  cairan  dan  tidak  spesifik  untuk  komponen  antioksidan  khusus,  tetapi digunakan untuk semua jenis antioksidan dari sampel.
2.5 Angka Kecukupan Gizi AKG