sebagaimana disajikan pada Gambar 11.  Marshmallow Spirulina memiliki warna hijau,  terdapat  bintik-bintik  hijau  dari  Spirulina,  berongga,  rasa  yang  manis,
beraroma  leci,  bertekstur  seperti  busa,  tidak  terlalu  kenyal  dan  sedikit  basah. Marshmallow
merek  “X”  memiliki  warna  merah,  putih  dan  kuning  cerah,  tidak berongga,  rasa  manis,  bertekstur  seperti  busa,  kenyal  dan  kering  karena  proses
pembuatannya dilakukan dengan mesin ekstruder dan pengeringan menggunakan oven vaccum.
Keterangan =             : marshmallow Spirulina;           : marshmallow merek “X”
Gambar 11 Perbedaan marshmallow Spirulina dan marshmallow mere
k “X”
4.3  Karakteristik Marshmallow Spirulina Kultur
Marshmallow Spirulina komersial 2 merupakan formula terpilih sehingga digunakan  dalam  pembuatan  marshmallow  dengan  penambahan  Spirulina  hasil
kultivasi. Analisis yang dilakukan pada marshmallow Spirulina dan  marshmallow kontrol  meliputi  analisis  proksimat  kadar  air,  kadar  abu,  kadar  protein,  kadar
lemak, aktivitas antioksidan, kerusakan mikrobiologis selama penyimpanan, serta informasi gizi marshmallow.
4.3.1  Perbaikan formula terpilih Formula  marshmallow  terpilih  penambahan  Spirulina  komersial  2
memiliki  aktivitas  air  a
w
yang    masih  tinggi  yaitu  lebih  dari  0,70  sehingga dilakukan  perbaikan  formula  untuk  menurunkan  nilai  a
w
.  Formula  marshmallow Spirulina  terbaik  disajikan  pada  Tabel  7.  Total  bahan  marshmallow  terpilih
sebelum pemasakan 128 gram, setelah dilakukan  pemasakan  memiliki rendemen 108 gram, hal ini  diduga karena terjadi penguapan air saat pemasakan.
A B
A B
Tabel 7 Formula marshmallow terbaik Bahan
Komposisi g Gelatin
20 Air
15 Sukrosa
50 Sirup glukosa
40 Flavor
0,5 Spirulina platensis
2,5 4.3.2  Komposisi kimia marshmallow
Analisis  proksimat  dilakukan  untuk  mengetahui  komposisi  kimia  pada marshmallow  meliputi  kadar  air,  kadar  abu,  kadar  protein,  dan  kadar  lemak.
Komposisi  kimia  marshmallow  kontrol  dan  marshmallow  dengan  penambahan S. platensis kultur bb dapat dilihat pada Gambar 12.
Keterangan : Angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf superscript yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata P0,05
Gambar 12 Histogram nilai komposisi kimia marshmallow : kontrol;        : kultur.
Hasil  analisis  dengan  menggunakan  Kruskal-Wallis  menunjukkan  bahwa penambahan  Spirulina  basis  kering  memberikan  pengaruh  berbeda  nyata
P0,05  terhadap  kadar  abu  marshmallow,  tetapi  tidak  memberikan  pengaruh berbeda  nyata  terhadap  kadar  air,  kadar  protein,  dan  kadar  lemak  marshmallow
yang dihasilkan. 1
Kadar air Kadar  air  merupakan  jumlah  air  yang  terkandung  dalam  bahan  pangan.
Kadar  air  merupakan  salah  satu  karakteristik  yang  sangat  penting  pada  bahan pangan  karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada
bahan  pangan.  Kandungan  air  dalam  bahan  makanan  ikut  menentukan acceptability,  kesegaran,  dan  daya  tahan  Winarno  2008.  Kadar  air  pada
marshmallow kontrol 7,23 bb  dan  marshmallow Spirulina kultur 6,97 bb. Penambahan  Spirulina  tidak  memberikan  pengaruh  yang  berbeda  nyata  terhadap
kadar air marshmallow P0,05. Standar Nasional Indonesia 2008 menyebutkan bahwa kadar air maksimal
pada kembang gula lunak  yaitu 20. Kadar air  pada  marshmallow kontrol dan marshmallow  Spirulina  masih  berada  dibawah  batas  maksimal  yang  ditentukan
oleh Standar Nasional Indonesia. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran  dan  daya  awet  bahan  pangan  tersebut,  kadar  air  yang  tinggi
mengakibatkan  mudahnya  bakteri,  kapang  dan  khamir  untuk  berkembang  biak sehingga  akan  terjadi  perubahan  pada  bahan  pangan  yang  dapat  mempercepat
pembusukan Winarno 2008 .
Berdasarkan penelitian Kacaniova dan Juhaniakova
2011,  bakteri  masih  dapat  tumbuh  pada  marshmallow  a
w
0,73  yang  disimpan selama 113 dan 273 hari dengan suhu penyimpanan 22
o
C dan 10
o
C. E. coli dan mikroba patogen seperti Salmonella juga dapat tumbuh pada produk coklat dalam
waktu penyimpanan yang sama. 2
Kadar abu Kadar  abu  merupakan  campuran  dari  komponen  anorganik  atau  mineral
yang  terdapat  dalam  suatu  bahan  pangan.  Selama  proses  pembakaran,  bahan- bahan  organik  terbakar  tetapi  zat  anorganik  tidak,  karena  itulah  disebut  dengan
abu  Winarno  2008.  Kadar  abu  pada  marshmallow  Spirulina  0,37  bb  dan marshmallow  kontrol  0,66  bb.  S.  platensis  memberikan  pengaruh  berbeda
nyata  terhadap  kadar  abu  P0,05.  Kadar  abu  maksimal  pada  kembang  gula lunak  menurut  SNI  3547-2-2008  yaitu  3.  Kadar  abu  pada  kedua  perlakuan
tersebut  masih  berada  dibawah  batas  maksimal  yang  ditentukan  oleh  Standar Nasional  Indonesia.  Besarnya  mineral  yang  terkandung  dalam  suatu  makanan
dapat  dipengaruhi  oleh  bahan-bahan  pembuat  marshmallow  tersebut.  Rendahnya kadar  abu  diduga  disebabkan  oleh  meningkatnya  kadar  protein  dan  kadar  lemak
yang terkandung di dalam bahan, sehingga rasio kadar abu menjadi rendah.
3 Kadar protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat  ini  disamping  berfungsi  sebagai  bahan  bakar  dalam  tubuh  juga  berfungsi
sebagai  zat  pembangun  dan  pengatur  Winarno  2008.  Hasil  pengujian  kadar protein  menunjukkan  bahwa  kadar  protein  pada  marshmallow  Spirulina  yaitu
11,37 bb dan marshmallow kontrol 10,95 bb. Penambahan Spirulina pada marshmallow  tidak  memberikan  pengaruh  yang  berbeda  nyata  terhadap  kadar
protein  P0,05.  Protein  pada  marshmallow  berasal  dari  gelatin  dan  Spirulina. Penambahan  Spirulina  ke  dalam    marshmallow  Spirulina  hanya  2,5  g  dari  total
bahan.  Kandungan  protein  pada  S.  platensis  hasil  kultur  sebesar  56,20  bk. Spirulina  mempunyai  kandungan  protein  yang  cukup  tinggi,  sebagaimana  yang
dilakukan  Babadzanov  et  al.  2004  bahwa  S.  platensis  dalam  keadaan  kering mengandung protein 55-75.
4 Kadar lemak
Lemak  dan  minyak  merupakan  zat  makanan  yang  penting  untuk  menjaga kesehatan  tubuh  manusia.  Selain  itu  lemak  dan  minyak  juga  merupakan  sumber
energi  yang  lebih  efektif  dibanding  dengan  karbohidrat  dan  protein Winarno  2008.  Kadar  lemak  marshmallow  Spirulina  1,86  bb  dan
marshmallow  kontrol  1,53  bb.  Penambahan  Spirulina  tidak  memberikan pengaruh  yang  berbeda  nyata terhadap kadar  lemak P0,05. Kandungan  lemak
Spirulina hasil kultur sebesar 24,09 bk. 4.3.3  Aktivitas antioksidan marshmallow
Senyawa  antioksidan  adalah  senyawa  yang  mampu  menangkal  atau meredam  dampak  negatif  oksidan  dalam  tubuh  Winarsi  2007.  Parameter  yang
digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan adalah IC
50
yang didefinisikan sebagai  konsentrasi  senyawa  antioksidan  yang  menyebabkan  hilangnya  50
aktivitas DPPH Molyneux 2004. Semakin rendah nilai IC
50
maka semakin tinggi aktivitas  antioksidannya.  Aktivitas  antioksidan  pada  marshmallow  dapat  dilihat
pada Gambar 13.
Keterangan : Angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf superscript menunjukkan tidak berbeda nyata P0,05
Gambar 13 Aktivitas antioksidan marshmallow. Nilai  IC
50
pada  marshmallow  kontrol  dan  marshmallow  Spirulina berturut-turut  10365,24  ppm  dan  8261,38  ppm.  Penambahan  Spirulina  tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 terhadap aktivitas antioksidan marshmallow.  Aktivitas  antioksidan  pada  marshmallow  Spirulina  yang  belum
mengalami  ekstraksi  dapat  dikatakan  lemah  karena  nilai  IC
50
diatas  1000  ppm, akan  tetapi  penambahan  Spirulina  mampu  meningkatkan  aktivitas  antioksidan.
Herrero  et  al.  2005  melaporkan  bahwa  aktivitas  antioksidan  Spirulina  yang diekstraksi  dengan  berbagai  pelarut  cukup  tinggi.  Nilai  IC
50
pada  ekstrak Spirulina  yang  diekstraksi  menggunakan  empat  pelarut  yaitu  heksan,  petroleum
eter, etanol, dan air  berturut-turut 72 ppm, 67,9 ppm, 83,2 ppm, dan 348,1 ppm. Menurut Molynuex 2004  aktivitas antioksidan  dikatakan  sangat kuat bila  nilai
IC
50
kurang dari 50 ppm dan dikatakan lemah bila nilai IC
50
lebih dari 200 ppm. Bashandy  et  al.  2011  menyatakan  Spirulina  kaya  akan  antioksidan  dan
dapat  menangkap  radikal  hidroksil.  Sumber  antioksidan  yang  terkandung  dalam Spirulina diantaranya adalah fikosianin, betakaroten, tokoferol,
γ-linoleic acid dan komponen fenol. Fikosianin membuktikan adanya aktivitas antioksidan dan dapat
berfungsi  sebagai  inflamatori,  menghambat  tumor  nekrosis,  dan  melindungi  sel- sel  syaraf  Romay  et  al.  2003.  Estrada  et  al.  2001  mengemukakan  bahwa
semakin  tinggi  jumlah  fikosianin  semakin  tinggi  pula  aktivitas  antioksidan  pada fraksi yang berbeda.
Antioksidan  merupakan  senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa ini  memiliki  berat  molekul  kecil,  tetapi  mampu  menginaktivasi  berkembangnya
reaksi  oksidasi,  dengan  cara  mencegah  terbentuknya  radikal.  Antioksidan  juga merupakan  senyawa  yang  dapat  menghambat  reaksi  oksidasi,  dengan  mengikat
radikal  bebas  dan  molekul  yang  sangat  reaktif  sehingga  kerusakan  sel  dapat dihambat  Winarsi  2007.  Aktivitas  antioksidan  tidak  hanya  bergantung  pada
aktivitas kimia dan antioksidan produk pangan tersebut. 4.3.4  Kerusakan mikrobiologis
1 Aktivitas air a
w
Jumlah  air  bebas  dalam  bahan  pangan  yang  dapat  digunakan  oleh mikroorganisme  dinyatakan  dalam  besaran  aktivitas  air  water
activity.  Nilai aktivitas  air  a
w
marshmallow  selama  penyimpanan  suhu  ruang  disajikan  pada Gambar 14.
Keterangan:  Huruf  superscript  a  adalah  hasil  uji  lanjut  Duncan  terhadap  penambahan  Spirulina yang  menunjukkan  tidak  beda  nyata  P0,05.  Huruf  x,  y  adalah  hasil  uji  lanjut
Duncan terhadap lama penyimpanan yang menunjukkan beda nyata P0,05
Gambar 14 Aktivitas air a
w
marshmallow selama penyimpanan suhu ruang : marshmallow kontrol;        : marshmallow Spirulina.
Lama  penyimpanan  dan  penambahan  Spirulina  tidak  memiliki  interaksi terhadap  aktivitas  air.  Lamanya  penyimpanan  memberikan  pengaruh  yang  nyata
P0,05 terhadap  aktivitas  air,  namun  penambahan  Spirulina  tidak  memberikan pengaruh yang nyata terhadap aktivitas air marshmallow P0,05. Nilai rata-rata
a
w
berkisar  antara  0,652-0,692.  Makanan  semi  basah  yaitu  makanan  yang mempunyai  kadar  air  tidak  terlalu  tinggi  dan  juga  tidak  terlalu  rendah  antara
15-55  basis  basah  dengan  kisaran  a
w
antara  0,65-0,85  Robson  1976. Winarno 2008 menyebutkan pada kisaran a
w
0,6-0,7 memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme  yakni  kapang.  Berdasarkan  penelitian  Kacaniova  dan
Juhaniakova 2011 tentang mikroorganisme pada produk  confectionery, rata-rata
x y
y
mikroorganisme  yang  paling  banyak  muncul  yaitu  yeast  seperti  Saccharomyces cereviceae 5,5x10
2
cfug, dan bakteri coliform 4x10
2
cfug. Syarief  dan  Halid  1993  menyatakan  bahwa  sampel  yang  disimpan  akan
mengalami penambahan ataupun penurunan berat. Hal ini menunjukkan fenomena karakteristik  hidratasi.  Karakterisktik  hidratasi  bahan  pangan  dapat  diartikan
sebagai  karakteristik  fisik  yang  meliputi  interaksi  antara  bahan  pangan  dengan molekul air di udara sekitarnya. Proses yang terjadi selama penyimpanan sampel
di  berbagai  kelembaban  relatif  RH  adalah  proses  absorpsi  dan  desorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan uap air oleh bahan dari lingkungan, sedangkan
desorpsi  adalah  proses  pelepasan  uap  air  bahan  ke  lingkungan.  Peningkatan aktivitas  air  0,40  dan  0,03  pada  produk  marshmallow  kontrol  dan  marshmallow
Spirulina  selama  penyimpanan  pada  hari  ke-0  hingga  hari  ke-3  menandakan bahwa  telah  terjadi  proses  penyerapan  air  absorpsi  dari  lingkungan  ke  dalam
produk,  sehingga  kadar  air  menjadi  semakin  bertambah.  Brooker  et  al.  1992 menyatakan  bahwa  jika  kelembaban  udara  relatif  lebih  tinggi  dibandingkan
kelembaban  relatif  bahan  maka  bahan  akan  menyerap  air,  sedangkan  selama penyimpanan  hari  ke-3  hingga  hari  ke-6  nilai  aktivitas  air  mengalami
kecenderungan konstan ataupun pengurangan berat bahan. 2 Total mikroba
Kerusakan  produk  pangan  dapat  disebabkan  karena  adanya  serangan mikroorganisme  yang  berpengaruh  terhadap  penurunan  mutu  dan  umur  simpan
suatu  produk  pangan  tersebut.  Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  pertumbuhan mikroorganisme heterotrof adalah ketersediaan nutrien, air, suhu, pH, oksigen dan
potensi  reduksi-oksidasi,  adanya  zat  penghambat  dan  jasad  renik  lainnya Fardiaz  1992.  Pertumbuhan  total  mikroba  pada  marshmallow  selama
penyimpanan  suhu  ruang  disajikan  pada  Gambar  15.  Lama  penyimpanan  dan penambahan  Spirulina tidak  memiliki  interaksi terhadap total  mikroba. Lamanya
penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata P0,05 terhadap total mikroba, namun  penambahan  Spirulina  tidak  memberikan  pengaruh  yang  nyata  P0,05
terhadap total mikroba.
Keterangan:  Huruf  superscript  a  adalah  hasil  uji  lanjut  Duncan  terhadap  penambahan  Spirulina yang  menunjukkan  tidak  beda  nyata  P0,05.  Huruf  x,  y  adalah  hasil  uji  lanjut
Duncan terhadap lama penyimpanan yang menunjukkan beda nyata P0,05
Gambar 15 Total mikroba marshmallow selama penyimpanan suhu ruang : marshmallow kontrol;         : marshmallow Spirulina.
Total  mikroba  selama  penyimpanan  hari  ke-0  pada  marshmallow  kontrol dan marshmallow Spirulina kultur yaitu 0,4x10
3
cfug 2,60 log dan 5,2x10
2
cfug 2,72 log. Total mikroba selama penyimpanan hari ke-3 yaitu 1,3x10
5
cfug 4,11 log  dan  1,7x10
6
cfug  6,23  log.  Total  mikroba  selama  penyimpanan  hari  ke-6 yaitu 1,5x10
5
cfug   5,00 log dan 1,8x10
6
cfug 6,26 log. Selama  penyimpanan  hari  ke-0  sampai  hari  ke-3  terjadi  peningkatan  total
mikroba  pada  marshmallow.  Peningkatan  mikroba  ini  berhubungan  dengan peningkatan  nilai  aktivitas  air.  Penyimpanan  hingga  hari  ke-3  telah  terjadi
penyerapan  air  dari  lingkungan  ke  dalam  produk,  sehingga  kadar  air  semakin bertambah.  Penyimpanan  hari  ke-3  sampai  hari  ke-6  tidak  terjadi  peningkatan
total  mikroba  pada  marshmallow.  Aktivitas  air  dari  hari  ke-3  sampai  hari  ke-6 cenderung  konstan.  Kandungan  air  dalam  bahan  makanan  mempengaruhi  daya
tahan  bahan  makanan  terhadap  serangan  mikroba  yang  dinyatakan  dengan  a
w
Winarno  2008.  Adanya  kenaikan  nilai  a
w
selama  penyimpanan  menandakan bahwa  telah  terjadi  aktivitas  metabolisme  mikroba  dalam  marshmallow  yang
reaksinya  menghasilkan  air.  Menurut  Hui    et  al.  2008,  pertumbuhan  mikroba, oksidasi  lipid,  aktivitas  non  enzimatis,  aktivitas  enzimatis,  dan  tekstur  suatu
produk pangan sangat tergantung pada aktivitas air a
w
. Aktivitas air a
w
sangat berpengaruh  dalam  menentukan  mutu  dan  umur  simpan  produk  pangan  kering
selama penyimpanan Belitz et al. 2009. Aktivitas air a
w
berkaitan erat dengan kadar air, yang umumnya dapat menggambarkan pertumbuhan bakteri, jamur, dan
mikroba lainnya Herawati 2008. Pada umumnya semakin tinggi aktivitas air a
w
x y
y
semakin  banyak  bakteri  yang  tumbuh,  sedangkan  jamur  sebaliknya  tidak menyukai aktivitas air a
w
yang terlalu tinggi. Nilai total mikroba dari hari ke-3 melebihi batas maksimum standar jumlah
total  mikroba  pada  permen  lunak  yaitu  5x10
4
cfug  yang  telah  ditentukan  oleh BSN  2008.  Hal  ini  diduga  karena  adanya  kontaminasi  dalam  pembuatan
marshmallow.  Nilai  SPC  dipengaruhi  oleh  faktor  ekstrinsik,  yaitu  kondisi lingkungan  dan  cara  penanganan  dan  penyimpanan  produk.  Cara  penanganan,
pengolahan, dan penyimpanan yang tidak higiene terhadap bahan mentah maupun produk  olahan,  dapat  menyebabkan  kontaminasi  bahan  mentah  atau  produk
olahan  dengan  mikroba  yang  berasal  dari  lingkungan  pengolahan  dan penyimpanan Damongilala 2009.
4.3.5  Informasi gizi marshmallow Kecukupan  gizi  adalah  rata-rata  asupan  gizi  harian  yang  cukup  untuk
memenuhi  kebutuhan  gizi  bagi  hampir  semua  97,5  orang  sehat  dalam kelompok  umur,  jenis  kelamin  dan  fisiologis  tertentu  Lubis  2006.  Kebutuhan
gizi mengacu pada kebutuhan perhari untuk konsumen umum dari BPOM 2007 yaitu kebutuhan energi minimal adalah 2000 kkal, karbohidrat total 300 g, protein
60  g,  dan  lemak  total  62  g.  Perhitungan  angka  kecukupan  gizi  marshmallow Spirulina  dan  marshmallow  kontrol  ini  berdasarkan  pada  komposisi  gizi  dari
bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan marshmallow. Informasi nilai gizi marshmallow dapat dilihat pada Tabel 8. Marshmallow kontrol dan marshmallow
Spirulina  menyumbangkan  karbohidrat  8,99  dan  9,26  dari  angka  kecukupan gizi  yang  dibutuhkan  manusia.  Protein  dalam  marshmallow  Spirulina
menyumbangkan  9,17  dan  lemak  yang  terkandung  dalam  marshmallow Spirulina  menyumbangkan  0,05  dari  angka  kecukupan  gizi  yang  diperlukan
manusia.  Konsumsi marshmallow Spirulina dengan takaran saji 40 gram 20 pcs dapat  menyumbangkan  energi  133,39  kkal.  Marshmallow  Spirulina  per  sajian
mengandung  protein  5,50  gram,  dengan  mengkonsumsi  marshmallow  40  gram maka  akan  menyumbangkan  gizi  protein  yang  cukup  signifikan  terhadap  angka
kecukupan gizi protein.
Tabel 8 Informasi gizi marshmallow kontrol dan marshmallow Spirulina
Takaran saji per sajian kemasan  40 g Nutrisi
Marshmallow kontrol Marshmallow Spirulina
Jumlah per sajian g AKG
Jumlah per sajian g AKG
Karbohidrat 26,97
8,99 27,77
9,26 Protein
5,39 8,98
5,50 9,17
Lemak 0,01
0,02 0,03
0,05 Energi total
129,58 kkal 133,39 kkal
Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal
4.4  Saran Penyajian