Net Benefit-Cost Net BC Ratio Gross Benefit-cost Gross BC Ratio Payback Period PP. EmberBaskom Serok Waring Cangkul Golok Alat tulis Bolam Kabel listrik Bibit Ikan Mas

besar dari 0 sehingga jika dianalisa dari nilai NPV tersebut usaha ini layak untuk dijalankan NPV0.

b. Internal Rate Return IRR

IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan, usaha ini memiliki nilai IRR sebesar 41,93. Tingkat suku bunga deposito yang berlaku adalah 6,2. Nilai IRR usaha ini berada di atas tingkat suku bunga deposito yang berlaku. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada pengembangan usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, pemilik atau investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada pengembangan usaha ini dari pada ke bank. Nilai IRR diperoleh dengan menggunakan metode coba-coba trial and error. Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Kemudian, nilainya dibandingkan dengan nilai investasi awal. Jika nilai investasi awal lebih kecil, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, apabila nilai investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya hingga mencapai atau ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati Umar, 2003. Perhitungan nilai IRR lebih lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Lampiran 14.

c. Net Benefit-Cost Net BC Ratio

Perhitungan net BC dilakukan dengan cara membagi NPV positif dengan NPV negatif. Untuk usaha ini, perhitungan net BC secara lebih terperinci terdapat pada Lampiran 14, dimana berdasarkan perhitungan tersebut nilai net BC usaha ini adalah 72,17 yang artinya lebih besar dari 1 satu, sehingga bisa disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria net BC usaha ini layak untuk dijalankan.

d. Gross Benefit-cost Gross BC Ratio

Perhitungan gross BC adalah dengan membandingkan jumlah PV dari nilai Gross Benefit dengan jumlah PV dari biaya kotor Firdaus, 2008. Untuk perhitungan Gross BC dapat dilihat pada Lampiran 15, dimana berdasarkan perhitungan tersebut nilai Gross BC adalah 1,26 artinya pengembangan usaha budidaya pendederana ikan mas menguntungkan pada tingkat bunga yang berlaku saat itu. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria Gross BC usaha ini layak untuk dijalankan.

e. Payback Period PP.

Perhitungan Payback Period PP lebih lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai PP pada pengembangan usaha ini adalah 0,2 tahun. Artinya pada pengembangan usaha ini baru dapat menutupi pengeluaran biaya investasi dengan jumlah keuntungan bersih yang telah dideskontokan setelah pengembangan usaha ini berjalan selama 2,4 bulan. Pengembangan usaha ini mampu menutupi biaya investasi awal sebelum umur usaha berakhir, maka pengembangan usaha ini layak untuk diimplementasikan.

f. Profitability Ratio PR.

Perhitungan Profitability Ratio PR lebih lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil sebesar 72,2 yang artinya nilai PR usaha ini berada di atas 0 nol sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria ini, usaha ini layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil penilaian kriteria investasi pengembangan usaha tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara analisis pengambangan usaha budidaya pendederan ikan mas pada perusahaan X layak untuk diimplementasikan pada kondisi dan asumsi yang telah ditetepkan. Tabel 8. Rekapitulasi hasil analisis kelayakan pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas pada perusahaan X NO Kriteria Kelayakan satuan nilai Keterangan 1 NPV Sebelum Pengembangan Usaha 000Rp 128.088 Menurut Khadariah, et al. 1999 jika nilai NPV0, maka usaha layak untuk dijalankan. Nilai NPV sesudah dilakukan pengembangan mempunyai nilai lebih besar dari sebelum dilakukan pengembangan, maka usaha ini perlu dilakukan pengembangan. NPV setelah pengembangan Usaha 000Rp 269.027 2 IRR Sebelum Pengembangan Usaha Th 41,91 Khusus untuk usaha agribisnis, batas minimum IRR adalah sebesar 20 – 35 AIA Associates, 2007. Nilai IRR sesudah dilakukan pengembangan mempunyai nilai lebih besar dari sebelum dilakukan pengembangan, maka usaha ini perlu dilakukan pengembangan. IRR setelah pengembangan Usaha Th 41,93 3 Net BC Sebelum Pengembangan Usaha - 68,41 Menurut Khadariah, et al. 1999 jika nilai Net BC ≥ 1, maka usaha layak untuk dijalankan. Nilai Net BC sesudah dilakukan pengembangan mempunyai nilai lebih besar dari sebelum dilakukan pengembangan, maka usaha ini perlu dilakukan pengembangan. Net BC setelah pengembangan Usaha - 72,17 5 PP Sebelum Pengembangan Usaha Th 0,2 Menurut Husnan dan Muhamad 2000, periode payback periode maksimum yang disyaratkan, sulit ditentukan untuk digunakan sebagai angka pembanding. Periode PP pada usaha ini adalah 2,4 bulan. PP setelah pengembangan Usaha Th 0,2 6 PR Sebelum Pengembangan Usaha - 68,4 Menurut Firdaus 2008, jika Profitability Ratio PR ≥ 0 maka proyek layak untuk dijalankan. Nilai PR setelah dilakukan pengembangan mempunyai nilai lebih besar dari sebelum dilakukan pengembangan, maka usaha ini perlu dilakukan pengembangan. PR setelah pengembangan Usaha - 72,2

4.3.5 Analisis Sensitivitas

Menganalisis perkiraan cash flow di masa datang dari suatu usaha atau rencana usaha selalu dihadapi dengan ketidakpastian. Akibatnya adalah hasil perhitungan akan jauh menyimpang dari kenyataan. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu usaha dalam beroperasi menghasilkan laba Umar, 2003. Untuk itu, penelitian ini menggunakan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas dengan mengubah beberapa faktor penting. Analisis sensitivitas pada pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas dilakukan untuk melihat kepekaan usaha apabila terjadi perubahan harga pada faktor produksi maupun volume penjualan. Analisis ini dilakukan berdasarkan rata-rata tingkat inflasi selama 2011 sebesar 6,16 dan penurunan volume penjualan sebesar 16. Penurunan volume penjualan ini terjadi ketika awal musim hujan. Permintaan benih dari waduk Jatiluhur dapat berkurang sampai 16. Hal ini disebabkan karena terjadinya up welling di waduk Jatiluhur. Tabel 9. Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi dengan tingkat inflasi 6,16 dan penurunan volume penjualan 16 No Krieria Investasi Hasil perhitungan keterangan 1 Net Present Value NPV Rp.6.225.000 Layak 2 Internal Rate of Return IRR 34 Layak 3 Net BC 2,65 Layak Terjadinya inflasi sebesar 6,16 dan diikuti dengan penurunan volume penjualan sebesar 16 masih membuat pengembangan usaha yang dilakukan ini layak untuk dijalankan. Indikator kelayakan yang diperoleh pada perhitungan ini adalah NPV Rp.6.225.000, artinya pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas ini masih memperoleh keuntungan sebesar Rp.6.225.000 selama umur proyek. Net BC 2,65 menunjukan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.1,00 akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp.2,65 selama umur proyek. IRR 34 menunjukan nilai yang lebih tinggi dari nilai suku bunga deposito, sehingga pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas ini masih layak untuk dijalankan. Tabel 10. Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi dengan analisis switching value pada tingkat inflasi 18 dan penurunan penjualan 8,22 No Krieria Investasi Hasil perhitungan 1 Net Present Value NPV Rp.0,0 2 Internal Rate of Return IRR 6,2 3 Net BC 1,00 Dalam pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas ini, juga dilakukan metode switching value terhadap kenaikan harga bahan baku dan penurunan volume penjualan hingga nilai NPV sama dengan nol. Analisis switching value digunakan untuk mencari batas kelayakan suatu usaha. Dalam analisis ini digunakan skenario tingkat inflasi 18, dan penurunan volume penjualan sebesar 8,22. Berdasarkan skenario tersebut, pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas berada pada batas kelayakan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai NPV Rp.0, Net BC 1, dan IRR sama dengan 6,2. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Berdasarkan analisis aspek pasar, pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas pada perusahaan X mempunyai potensi yang besar, karena daerah ini adalah salah satu sentra pendederan ikan mas untuk pemenuhan permintaan benih ikan yang sampai saat ini belum semuanya dapat terpenuhi. Secara teknis pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas di perusahaan X didukung oleh lokasi yang terletak di tepi jalan desa dan merupakan area persawahan yang dilalui oleh sumber air yang cukup besar yang mengalir sepanjang tahun. b. Dilihat dari aspek manajemen, pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas menerapkan fungsi manajemen yang terdiri perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pelaksanaan actuating dan pengendalian controlling. Berdasarkan analisis aspek keuangan, pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas ini layak untuk dijalankan. Indikator kelayakan usaha ini dapat dilihat dari nilai NPV sebessar Rp.269.027.000, IRR 41,93, Net BC 72,17, Payback Period 0,2 tahun, dan PR 72,2 dimana keseluruhan indikator menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. c. Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa, usaha budidaya pendederan ikan mas di Desa Jabong masih layak untuk dijalankan apabila terjadi inflasi sebesar 6,16 persen dan penurunan volume penjualan sebesar 16 persen. Sedangkan hasil analisis sensitivitas dengan metode switching value menunjukan bahwa, usaha budidaya pendederan ikan mas di Desa Jabong diambang batas kelayakan apabila terjadi kenaikan pada harga input produksi sebesar 18 persen dan penurunan volume penjualan sebesar 8,22 persen.

2. Saran

a. Meningkatkan dan menjaga kontinyuitas produksi, karena pasar masih sangat luas dan belum terpenuhi baik di Kabupaten Subang maupun di luar Kabupaten Subang, dengan menambah jumlah kolam produksi. b. Pakan sebagai komponen biaya paling besar sebisa mungkin harus ditekan. Untuk penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menganalisis kelayakan usaha dengan membuat pakan sendiri. Biaya pakan bisa ditekan, bahkan bisa dijadikan sebagai usaha sampingan guna menyediakan pakan untuk usaha-usaha ikan mas di sekitar lokasi. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2009. Produk Domestik Bruto PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Subsektor Tahun 2008-2009. Bapan Pusat Staistik, Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2010. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2010. Dinas Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang. 2003. Pemetaan Potensi Kelautan dan perikanan Kabupaten Subang. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, Subang. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta. 2010. Purwakarta Belum Mampu Penuhi Kebutuhan Benih Ikan. [12 Juni 2011]. http:www.antarajawabarat.comlihatberita25340purwakarta-belum- mampu-penuhi-kebutuhan-benih-ikan Edi, A. 2012. Budidaya Ikan Mas. [26 Februari 2012]. http:ediaswanto.wordpress.com Firdaus. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara, Jakarta. Forum Masyarakat Petani Ikan Desa Jabong. 2007. Program Pengembangan Kegiatan Perikanan, Subang. Husnan, S dan Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta. Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Asdi Mahasatya, Jakarta. Kadariah., et al. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek : Analisis Ekonomis. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta. Khairuman., D. Sudenda., B. Gunadi. 2008. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Laporan Inflasi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Inflasi Tahunan. [20 Februari 2012]. http:www.bi.go.idwebidMoneterInflasiData+Inflasi Nilai Rata-rata Suku Bunga Deposito Jangka Waktu 12 Bulan Per Juli 2011. [28 Oktober 2011]. www.seputarforex.com Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Cetakan 3. Ghalia Indonesia, Jakarta. Pemerintah Kabupaten Subang. [12 Juni 2011]. http:www . Subang.go.id Prawirosentono, S. 2002. Pengantar Bisnis Modern. PT Bumi Aksara, Jakarta. Rosiah, E. 2005. Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan Mas di Desa Sumurgintung, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Solihin. 2007. Memahami Bussines Plan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Suseno, D. 2004. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya, Jakarta. Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wijayanto, E. 2005. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas Kolam Air Deras Studi Kasus MN Fish Farm, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi pada Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. LAMPIRAN Lampiran 1. Nilai rata-rata suku bunga deposito jangka waktu 12 bulan per Juli 2011. No Nama Bank Suku Bunga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bank Mandiri BNI BRI BCA BII Bank Permata Bank Bukopin Bank Mega Bank Danamon Bank Cimb Niaga Tbk 6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20 Sumber: www.seputarforex.com Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011. No. Bulan Tingkat Inflasi 1. Januari 7,02 2. Februari 6,84 3. Maret 6,65 4. April 6,16 5. Mei 5,98 6. Juni 5,54 7. Juli 4,61 8. Agustus 4,79 9. September 4,61 10. Oktober 4,42 11. November 4,15 12. Desember 3,79 Rata-rata Tingkat Inflasi 6,61 Sumber: http:www.bi.go.idwebidMoneterInflasiData+Inflasi Lampiran 3. Rencana kebutuhan fisik sebelum pengembangan budidaya pendederan ikan mas di perusahaan X RENCANA KEBUTUHAN FISIK SEBELUM PENGEMBANGAN BUDIDAYA PENDEDERAN IKAN MAS NO ITEM TAHUN ANALISA PROYEK JUM- STN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 LAH A. BANGUNAN a. Sewa Kolam Pendederan Unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

B. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

a. EmberBaskom

Unit 1 1 1 1 1 5

b. Serok

Unit 1 1 1 1 1 5

c. Waring

Unit 2 2 2 2 2 10

d. Cangkul

Bh 1 1 2

e. Golok

Bh 1 1 2

f. Alat tulis

Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

g. Bolam

Bh 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

h. Kabel listrik

M 30 30 60

C. BAHAN BAKU

a. Bibit Ikan Mas

Kg 800 800 800 800 800 800 800 800 800 800 8,000

b. Pakan Ikan