arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit. Hal ini tergantung dari segi penilaian yang diilakukan Ibrahim, 2003.
2.4.1 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Umar 2003, belum ada keseragaman mengenai aspek bisnis apa yang harus dikaji dalam rangka studi kelayakan bisnis. Beberapa aspek yang perlu
diteliti adalah :
a. Aspek Pasar
Pengkajian terhadap aspek ini penting dilakukan, karena tidak ada bisnis atau usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang
dan jasa yang dihasilkan. Pada dasarnya, analisis aspek pemasaran pasar bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar,
pertumbuhan permintaan, pangsa pasar dari produk bersangkutan, kondisi persaingan antara produsen dan siklus hidup produk. Umar,
2003.
b. Aspek Teknis
Studi teknis akan mengungkapkan kebutuhan apakah yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan
dilaksanakan. Beberapa hal umum yang perlu diperhatikan adalah mengenai kapasitas produksi, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi dan
tata letak usaha yang paling menguntungkan Umar, 2003.
c. Aspek Manajemen
Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja, siapa saja yeng terlibat,, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi dan pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan Umar, 2003.
d. Aspek Keuangan
Studi aspek keuangan dari suatu kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan. Analisis aspek Keuangan dilakukan dengan mengerjakan serangkaian perhitungan kuantitatif. Analisis yang
dilakukan dalam aspek keuangan mencakup rencana kebutuhan fisisk, indeks harga, rencana anggaran biaya, biaya penyusutan, struktur modal
dan rencana penerimaan, nilai arus tunai cash flow, kemudian dilakukan perhitungan beberapa kriteria investasi, yaitu Net Present
Value NPV, Net Benefit Per Cost BC Ratio, Internal Rate Return IRR dan Payback Period PP Umar, 2003.
2.4.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Manfaat studi kelayakan bisnis Umar, 2003 adalah :
1. Pihak Investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap
keuntungan yang akan diperoleh dan jaminan keselamatan atas modal yang ditanamnya.
2. Pihak Kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji
ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan tersedianya anggunan yang dimiliki perusahaan.
3. Pihak Manajemen Perusahaan. Studi kelayakan bisnis dapat dibuat
oleh pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan sendiri. Terlepas dari siapa yang membuat, pembuatan proposal
merupakan upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang ujung- ujungnya bermuara pada peningkatan usaha untuk meningkatkan laba
perusahaan. Sebagai pihak yang menjadi project leader, sudah tentu pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan ini, misalnya dalam
hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor dan dari kreditor.
4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis
memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah dalam prioritas yang akan dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.
5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam penyusunan studi
kelayakan bisnis perlu dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan terhadap perekonomian nasional.
2.5. Penelitian Terdahulu
Rosiah 2005 meneliti mengenai Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan Mas di Desa Sumurgintung, Kecamatan Pagaden, Kabupaten
Subang, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kegiatan usaha pembenihan ikan mas di Desa Sumurgintung, menganalisis usaha
pembenihan ikan mas, menganalisis kelayakan investasi yang ditanamkan, dan menganalisis sensitivitas terhadap perubahan input dan output produksi, dalam hal
ini adalah harga pupuk dan kapur pertanian. Dalam penelitian ini diterapkan dua skenario, yaitu skenario modal sendiri skenario I dan skenario modal pinjaman
dari bank skenario II. Kelayakan usaha dan sensitivitas dinilai berdasarkan investasi yang terdiri atas NPV, Net BC, dan IRR.
Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa kelompok unit pembenihan rakyat UPR Harapan Jaya I adalah kelompok usaha pembenihan ikan mas yang
berada di Desa Sumurgintung, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan perhitungan hasil analisis usaha per kuartal
memperlihatkan keuntungan sebesar Rp 8.757.3999.92, R-C ratio sebesar 1,41 dan payback period 4,5 tahun. Hal ini berarti usaha pembenihan ikan mas di Desa
Sumurgintung menguntungkan dan modal investasi yang ditanamkan akan dapat diperoleh kembali dalam waktu 4,5 tahun.
Analisis kriteria investasi usaha pembenihan ikan mas di Desa Sumurgintung dengan waktu 5 tahun 15 kuartal pada tingkat suku bunga 8
menunjukan bahwa usaha ini layak dijalankan, dengan nilai NVP sebesar Rp 13.205.659,22, Net BC sebesar 1,13 dan IRR sebesar 9,54. Sedangkan skenario
adanya pinjaman dari lembaga keuangan menurunkan nilai kriteria investasi walaupun masih layak untuk dikembangkan. Pada skenario dengan pinjaman
menunjukan nilai NVP sebesar Rp 2.284.388,04, Net BC sebesar 1,03 dan IRR sebesar 8,27.
Apabilah dilihat dari sensitivitasnya terhadap kenaikan harga pupuk TSP sebesar 11,11, PK sebesar 4,76, Kapur pertanian sebesar 3,7 menunjukan
nilai NVP sebesar Rp 11.230.498,59, Net BC sebesar 1,11 dan IRR sebesar 9,30. Dapat disimpulkan bahwa investasi yang ditanamkan pada usaha
pembenihan ikan mas di Desa Sumurgintung dapat memberikan kelayakan secara finansial, sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan. Pada skenario dengan
pinjaman menurunkan nilai kriteria investasi yang ditunjukan dengan nilai NVP sebesar Rp 309.227,00, Net BC sebesar 1,00 dan IRR sebesar 8,04, tetapi usaha
ini masih layak untuk diimplementasikan.
Wijayanto 2005 melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas Kolam Air Deras Studi Kasus MN Fish
Farm, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Dalam penelitian ini juga diterapkan dua skenario, yaitu skenario modal sendiri skenario I dan skenario sebagian modal
pinjaman dari bank, yaitu sebesar 70 dari total biaya investasi skenario II. Selanjutnya, skenario II dibagi menjadi dua, antara lain dengan menggunakan
tingkat suku bunga 6, yaitu rata-rata suku bunga deposito berjangka dari 10 bank besar di Indonesia dan tingkat suku bunga 15 yaitu suku bunga kredit rata-
rata dari bank komersial di Indonesia. Pada skenario pertama dengan tingkat diskonto 6 diperoleh hasil NVP
sebesar Rp 823.606.812,00, Net BC 3.06, IRR 26, dan payback period 4,5 tahun. Pada skenario II dengan dengan tingkat diskonto 6 diperoleh hasil NVP
sebesar Rp 682.145.459,00, Net BC 4,41, IRR 32, dan payback period 4 tahun 1 bulan. Pada skenario II dengan dengan tingkat diskonto 15 diperoleh hasil
NVP sebesar Rp 324.433.731,00, Net BC 2,62, IRR 22, dan payback period 6 tahun 1 bulan. Apabilah dilihat dari sensitivitasnya, usaha tidak peka terhadap
kenaikan harga input, yaitu benih sebesar 30,4 dan kenaikan harga pakan sebesar 7,91. Dapat disimpulkan bahwa investasi yang ditanamkan pada
pembesaran ikan mas kolam air deras di MN Fish Farm dapat memberikan kelayakan secara finansial, sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan.
Dari dua penelitian yang menggunakan analisis kelayakan tersebut, penulis berpendapat bahwa penelitian dengan menggunakan objek ikan mas dengan
menggunakan tahapan produksi yang berbeda layak untuk di angkat. Penelitian yang dilakukan Rosiah adalah analisis kelayakan finansial usaha ikan mas yang
fokus membahas tahapan produksi pada subsistem pembenihan, sedangkan penelitian yang dilakukan Wijayanto yaitu analisi kelayakan finansial usaha ikan
mas yang fokus membahas tahapan produksi pada subsistem pembesaran. Karena subsistem dalam tahapan produksi budidaya ikan mas terdiri atas sebsistem
pembenihan, subsistem pendederan, dan sebsistem pembesaran maka penulis berinisiatif untuk membahas analisis kelayakan usaha budidaya ikan mas yang
fokus membahas tahapan produksi pada subsitem pendederan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Potensi sumberdaya perikanan, salah satunya dapat dimanfaatkan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang terus berkembang di
masyarakat, kegiatan budidaya dibagi ke dalam beberapa subsistem, yang terdiri atas subsistem pembenihan, subsistem pendederan, dan subsistem pembesaran.
Salah satu perusahaan yang mengembangkan usaha budidaya ikan mas adalah perusahaan X yang terdapat di Desa Jabong, Kecamatan Pagaden, Kabupaten
Subang, Provinsi Jawa Barat. Perusahaan X merupakan usaha budidaya ikan mas pada subsistem pendederan. Usaha budidaya ikan mas pada subsistem pendederan
merupakan usaha yang cukup penting bagi usaha budidaya ikan mas pada subsistem pembesaran. Benih ikan mas hasil pendederan didistribusikan di
lingkup Jawa Barat, Khususnya untuk memenuhi permintaan dari Jatiluhur yang melakukan pembesaran ikan mas.
Dalam rangka mengembangkan komoditas ikan mas sebagai salah satu usaha budidaya, perlu dilakukan pengkajian mengenai kelayakan usaha
pendederan ikan mas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha pendederan ikan mas yang dilakukan mampu memberikan keuntungan serta
menganalisis apakah usaha telah memenuhi kriteria investasi, sehingga layak dikembangkan di masa yang akan datang. Untuk mengetahui apakah usaha
budidaya pendederan ikan mas layak atau tidak layak untuk dikembangkan, maka diperlukan adanya analisis kelayakan bisnis, yang meliputi aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan. Hal-hal yang diteliti dalam aspek pemasaran adalah besarnya pertumbuhan
permintaan dan penawaran ikan mas, pangsa pasar dari ikan mas, dan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi pemasaran, dan promosi.
Setelah aspek pasar diteliti berikutnya adalah aspek teknis yaitu mengenai kebutuhan apakah yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi
akan dilaksanakan. Beberapa hal umum yang perlu diteliti adalah mengenai kapasitas produksi, pemakaian peralatan, lokasi dan tata letak usaha.