Teknik-Teknik Perbaikan Kualitas LANDASAN TEORI

3.3. Teknik-Teknik Perbaikan Kualitas

Manajemen kualitas sering sekali disebut sebagai The Problem Solving, sehingga manajemen kualitas dapat menggunakan metodologi dalam problem solving tersebut untuk mengadakan perbaikan tersebut. Pakar kualitas W. Edwards Deming mengajukan cara pemecahan masalah melalui Statistical Process Control SPC atau Statistical Quality Control SQC yang dilandasi 7 tujuh alat statistik utama yaitu diagram sebab akibat, check sheet, diagram pareto, control chart, histogram, stratifikasi, dan scatter diagram. Alat-alat ini berguna dalam pengumpulan informasi yang objektif untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. 1. Lembar Pemeriksaan Check Sheet Lembar pemeriksaan check sheet merupakan alat pengumpul dan analisis data. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data bagi tujuan- tujuan tertentu dan menyajikannya dalam bentuk yang komunikatif sehingga dapat dikonversikan menjadi informasi. Contoh check sheet dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Check Sheet Universitas Sumatera Utara 2. Stratifikasi Stratification Stratifikasi merupakan usaha pengelompokan data ke dalam kelompok kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Kegunaan utama stratifikasi adalah: 1. Melihat masalah secara lebih terarah dan mendalam 2. Mempermudah dalam pengambilan kesimpulan 3. Menghindari salah tafsir 4. Membantu untuk membuat check sheet, diagram pareto, dan histogram. Memperbaiki kerusakan adalah pekerjaan yang sulit jika tidak ada stratifikasi data. Kriteria stratifikasi yang efektif adalah: 1. Jenis kerusakan 2. Sebab kerusakan 3. Lokasi kerusakan 4. Material 5. Produk 6. Tanggal membuatnya 7. Kelompok kerja 8. Operator perorangan 9. Supplier bahan dan suku cadang Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2. Stratifikasi Jumlah Kecacatan Produk 3. Diagram Histogram Histogram Diagram Histogram merupakan suatu diagram yang dapat menggambarkan penyebaran atau standar deviasi suatu proses. Data frekuensi yang diperoleh dari pengukuran yang diperoleh menunjukkan suatu puncak pada suatu nilai tertentu. Variasi ciri khas kualitas yang dihasilkan disebut distribusi. Angka yang menggambarkan frekuensi dalam bentuk batang disebut histogram. Alat tersebut terutama digunakan untuk menentukan masalah dengan memeriksa bentuk dispersi, nilai rata-rata, dan sifat dispersi. Contoh histogram dapat dilihat pada Gambar 3.3. GambarGambar 3.3. Histogram Diagram 10 20 30 40 50 x1 x2 x3 x4 T o tal C ac at Jenis Cacat Histogram Data Cacat Jenis… Universitas Sumatera Utara 4. Diagram Pareto Pareto Diagram Diagram pareto merupakan alat yang digunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya untuk menentukan pentingnya atau prioritas kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang akan dianalisis, sehingga perhatian dapat dipusatkan pada sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar terhadap kejadian tersebut. Diagram pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan rangking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan rangking tertinggi. Diagram pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan masalah. Contoh pareto diagram dapat dilihat pada Gambar 3.4. Gambar 3.4. Pareto Diagram Universitas Sumatera Utara 5. Diagram Pencar Scatter Diagram Scatter Diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan korelasi antara pasangan dua macam variabel. Walaupun terdapat hubungan namun tidak berarti bahwa suatu variabel menyebabkan timbulnya variabel yang lain. Scatter Diagram biasanya menjelaskan adanya hubungan antara dua variabel dan menunjukkan keeratan hubungan tersebut. Scatter Diagram juga dapat digunakan untuk mencek apakah suatu variabel dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain. Sebagai contoh hubungan anatar temperatur dengan volume suatu bahan misalnya gas adalah demikian erat sehingga dengan mengukur temperatur dapat memperkirakan volumenya. Dengan demikian daripada mengukur volume secara langsung, akan lebih murah dan lebih aman apabila mengukur temperaturnya. Melalui penggambaran data tersebut dalam scatter diagram, akan dapat dilakukan analisa lebih lanjut, sejauhmana antara faktor x dan y memiliki korelasi, yang dalam hal ini direpresentasikan sebagai nilai r rho, yaitu nilai yang menunjukkan tingkat keeratan hubungan antar faktor tersebut. Dikatakan kedua faktor itu berhubungan sangat erat bila nilai rho mendekati angka + 1. Di samping itu, juga akan dapat disimpulkan kecenderungan arah korelasi tersebut positif atau negatif. Rumus koefisien korelai r antara dua variabel adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Korelasi memiliki kecenderungan positif bila setiap pertambahan faktor x menyebabkan pertambahan faktor y, sebaliknya kecenderungan negatif bila setiap pertambahan menyebabkan pengurangan faktor y. Korelasi memiliki kecenderungan positif bila setiap pertambahan faktor x menyebabkan pertambahan faktor y, sebaliknya kecenderungan negatif bila setiap pertambahan menyebabkan pengurangan faktor y. Contoh gambar untuk scatter diagram dapat dilihat pada Gambar 3.5. Gambar 3.5. Scatter Diagram 6. Peta Kontrol Control Chart Peta kontrol pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart, oleh karena itu peta kontrol ini juga sering disebut dengan peta kendali Shewhart. Maksud dari peta kontrol ini adalah untuk menghilangkan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus dan umum. Pada dasarnya setiap peta kontrol memiliki: 1. Garis tengah Central Line, yang dinotasikan sebagai CL. 2. Sepasang batas kontrol Control Limits. Satu batas kontrol ditempatkan di atas CL yang dikenal dengan batas kontrol atas Upper Control Limit, yang dinotasikan sebagai UCL. Sedangkan yang satu lagi batas kontrolnya ditempatkan Scatter Diagram 5 10 15 20 20 40 60 80 100 Subs group C oun t O f N onc onf or m it ie s Jumlah Cacat Universitas Sumatera Utara di bawah CL yang dikenal dengan batas kontrol bawah Lower Control Limit, yang dinotasikan sebagai LCL. 3. Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari proses. Jika nilai yang diplot di peta kontrol masih berada dalam batas kontrol, maka proses yang berlangsung dianggap terkontrol. Sedangkan jika nilai diplot berada di luar batas kontrol, maka proses dianggap di luar kontrol sehingga perlu diambil tindakan perbaikan. Batas kontrol adalah suatu batas atas dan batas bawah dari suatu proses yang selalu berfluktuasi, dimana dengan mudah dapat diidentifikasi apakah suatu proses dapat dikatakan terkendali atau tidak. Contoh dari peta kontrol dapat dilihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6. Control Chart Peta kontrol dapat digunakan untuk tiga tujuan yaitu: 1. Untuk membantu mengidentifikasi sebab khusus variasi dan menciptakan status pengendalian statistik. Universitas Sumatera Utara 2. Untuk mengawasi proses dan menandakan kapan proses tersebut keluar dari batasan pengendalian. 3. Untuk menentukan kapabilitas proses. Dalam membuat peta kendali pertama-tama yang harus dilakukan adalah menentukan jenis data yang akan diolah dalam peta kendali. Jenis data yang akan diolah terdiri dari data variabel variables data dan data atribut attributes data. Data variabel merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis dan data atribut merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan. 6.1. Peta Kontrol P Peta kontrol P adalah peta kontrol untuk mengamati proporsi atau perbandingan antara produk yang cacat dengan total produksi. Dengan demikian, peta kontrol P digunakan untuk mengendalikan proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi kualitas atau proporsi dari produk yang cacat yang dihasilkan dalam suatu proses. Proporsi yang tidak memenuhi syarat didefinisikan sebagai rasio banyaknya item yang tidak memenuhi syarat dalam suatu kelompok terhadap total banyaknya item dalam kelompok itu. Item-item itu dapat mempunyai beberapa karakteristik kualitas yang diperiksa atau diuji secara simultan oleh pemeriksa. Jika item-item itu tidak memenuhi standar pada satu atau lebih karakteristik kualitas yang diperiksa, item -item itu digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat. Pembuatan peta kontrol P, dapat dilakukan mengikuti langkah-langkah berikut: a. Tentukan ukuran contoh yang cukup besar. Universitas Sumatera Utara b. Hitung nilai proporsi cacat dan simpangan baku. c. Hitung batas-batas kontrol 3-Sigma. ̅ ̅ √ ̅ ̅ ̅ √ ̅ ̅ Untuk peta kontrol atribut ini, ketika nilai LCL bernilai positif maka nilai LCL diubah menjadi nol LCL= 0. Hal ini dikarenakan jika nilai proporsi dari suatu subgrup berada di bawah nilai LCL maka akan dianggap out of control diluar batas kendali, sedangkan dalam pengertian pengendalian kualitas suatu proses produksi dikatakan memiliki kualitas baik apabila proporsi kecacatannya mendekati nol. Untuk menghindari masalah seperti itu, maka batas kendali LCL yang positif ini dibuat menjadi nol. Demikian juga untuk nilai LCL yang bernilai negatif dibuat menjadi nol LCL= 0, karena dalam kenyataan tidak ada proporsi kecacatan yang bernilai negatif. d. Plot atau tebarkan data proporsi persentase yang cacat dan lakukan pengamatan apakah data itu berada dalam pengendalian statistikal. 6.2. Peta Kontrol U Peta kontrol U mengukur banyaknya ketidaksesuaian per unit pemeriksaan dalam kelompok atau periode pengamatan. Peta kontrol U serupa dengan peta kontrol Universitas Sumatera Utara C, kecuali bahwa banyaknya ketidaksesuaian dinyatakan dalam basis per unit item. Pembuatan peta kontrol U, dapat dilakukan mengikuti langkah-langkah berikut: a. Menentukan ukuran contoh selama periode pengamatan. b. Melakukan pengamatan untuk beberapa periode waktu. c. Menghitung nilai rata-rata banyaknya ketidaksesuaian yang ditemukan per unit, yaitu = total banyaknya ketidaksesuaian dibagi dengan banyaknya unit item yang diperiksa. U d. Menentukan nilai simpangan baku, yaitu : √ ̅ ⁄ e. Menghitung batas-batas kontrol 3-Sigma. ̅ ̅ √ ̅ ̅ √ ̅ f. Plot atau tebarkan data banyaknya titik spesifik yang tidak sesuai per unit item yang diperiksa dan lakukan pengamatan apakah data itu berada dalam pengendalian statistikal. 7. Diagram Sebab dan Akibat Cause and Effect Diagram Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Diagram ini digunakan untuk menganalisis persoalan dan faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Dengan demikian, diagram tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab suatu persoalan. Berkaitan dengan proses statistikal, diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor Universitas Sumatera Utara penyebab sebab dan karakteristik kualitas akibat yang disebabkan oleh faktor- faktor penyebab itu. Diagram sebab akibat sering juga disebut Ishikawa Diagram karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1943. Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan seperti: a. Untuk menyimpulkan sebab-sebab variasi dalam proses. b. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari masalah. c. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi masalah. d. Untuk memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang dikumpulkan. e. Membantu dalam penyelidikan fakta lebih lanjut. Langkah – langkah dalam pembuatan diagram sebab akibat, yaitu: a. Menentukan dahulu apa yang menjadi masalah atau penyimpangan yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. Teknik menentukan masalah bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti digram pareto, distribusi frekuensi dan peta kontrol. b. Tuliskan pernyatan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat. Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari kertas, kemudian gambarkan tulang belakang anak panah dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak. c. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama yang menimbulkan masalah sebagai tulang besar yang ditulis hanyalah kemungkinan yang bersifat garis besar. Universitas Sumatera Utara d. Jabarkan secara lebih rinci penyebab sekunder, dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang lalu tulang-tulang berukuran kecil sebagai penyebab-penyebab tersier. e. Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-faktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap masalah utama. f. Periksa apakah tiap item dalam diagram mempunyai hubungan sebab dan akibat secara signifikan. Contoh dari diagram sebab dan akibat dapat dilihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7. Cause and Effect Diagram

3.4. FMEA Failure Mode and Effect Analysis

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Statistiqal Quality Control (SQC) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Dalam Perbaikan Kualitas Produk di PT. Tirta Sibayakindo

40 207 145

Usulan Perbaikan Mutu Produk Kertas Rokok (Cigarette Paper) Dengan Metode Statistical Quality Control (Sqc) Dan Failure Mode Effect Analysis (Fmea) Pada Pt. Pusaka Prima Mandiri

10 100 125

Usulan Perbaikan Kualitas Produk Genteng dengan Metode Six Sigma (DMAIC) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).

11 66 166

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

6 88 125

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 9 125

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 1 11

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 1

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 1

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Usulan Perbaikan Mutu Produk Kertas Rokok (Cigarette Paper) Dengan Metode Statistical Quality Control (Sqc) Dan Failure Mode Effect Analysis (Fmea) Pada Pt. Pusaka Prima Mandiri

0 1 24

Usulan Perbaikan Mutu Produk Kertas Rokok (Cigarette Paper) Dengan Metode Statistical Quality Control (Sqc) Dan Failure Mode Effect Analysis (Fmea) Pada Pt. Pusaka Prima Mandiri

0 0 15