Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah

(1)

TAJUR CITEUREUP

Skripsi

Diajukan Kepada FITK Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Aa Saprudin

NIM. 109011000113

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Department Islamic Religion, at Faculty of Tarbiyah and teacher’s training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research aims to know application of Behaviorism learning theory in Islamic Junior High School Al Hidayah at Tajur Citeureup especially the result of learning students in Al Quran Hadis lesson. In other wise, it’s wants to know how it describing the Behaviorism learning toward result of learning students in Al Quran Hadis lesson.

The method used in this research is quantitative, correlation product moment, that research watching what just there is a influence an action to behavior, and analyzing neither are there nor are there the roles of actions which were supported by data resulted of post-test and observations. The method used for researching effectiveness of Behaviorism learning application toward the result of learning students in Al Quran Hadis lesson. As becomes sample of research is students of Islamic Junior High School Al Hidayah at Tajur Citeureup Bogor.

Based on it’s result research which writer wrote, the result showed that application of Behaviorism learning method could influence the result learning of students of Al Quran Hadis lesson for law of mim sukun material based on result of mean of post-test of learning 71,27;howover, the score of product moment correlation is significant between the method of Behaviorism learning and the result of learning’s students based on it’s value is 0,720. So the score of is higher than both 5% and 1% significantly.


(6)

vi

Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode berdasarkan pembelajaran Behaviorisme di MTs Al Hidayah terutama hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis. Selain itu, untuk mengetahui bagaimana metode-metode tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif tipe korelasi product moment. Penelitian ini ingin melihat ada atau tidaknya pengaruh dari pelaksanaan metod pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh data yang dihasilkan melalui angket dan post-test serta kegiatan observasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa MTs Al Hidayah Tajur Citeureup Bogor.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan metode pembelajaran Behaviorisme ternyata dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis dengan materi hukum mim sukun yang ditandai dengan perolehan nilai rata-rata post tes sebesar 71,27 sedangkan dari perhitungan korelasi product moment yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara penerapan metode pembelajaran Behaviorisme dengan hasil belajar siswa dilihat dari diperoleh sebesar 0,720, hasil lebih besar dari baik pada taraf signifikan 5% atau 1%..


(7)

vii

sebagai tugas terakhir dalam perkuliahan. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu dilimpah curahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa pencerahan untuk manusia di akhir zaman.

Skripsi yang berjudul, “Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme

Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup”, ini saya susun untuk melengkapi syarat kelulusan yang telah ditentukan oleh Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Nurlena Rifa’i, MA., Ph. D. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag, Sekretaris Marhamah Saleh, Lc, MA serta seluruh staff Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dra. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa membimbing, mengerahkan, dan memberi petunjuk dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Aminudin Ya’qub, MA selaku dosen penasihat akademik.

5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah AL Hidayah Tajur, Yusuf Supriyatna, S.Pd. I yang telah berkenan memberikan izin untuk mengadakan penelitian ini.

7. Guru mata pelajaran Al Quran hadis Bapak Yusuf Hamidullah, S.Ag, serta para Guru dan staff Karyawan yang berpatisipasi dalam mendukung selesainya skripsi ini.


(8)

viii

Khumairoh, dan Akmelia Maulida berikut Bibi, Paman dan segenap keluarga yang selalu memberikan support dengan sangat setia.

10.Para pendidik mulai dari nol sampai saat ini, terima kasih atas ilmu yang telah beliau-beliau ajarkan sehingga saya mampu untuk melewati ini semua.

11.Sahabat jauh dan dekat, Kelas PAI C Angk. 2009, majlis taklim ALMASIH, Rekan seperjuangan, Ade Saprudin, Ajat Sudrajat, Ahmad Kosim Nurseha tidak akan terlupa canda tawa serta duka yang pernah kita lalui bersama, terima kasih untuk kalian yang selalu berbaik hati untuk mendo’akan serta membantu.

12. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, hanya kepada Allah SWT peneliti mohon taufik, hidayah, dan inayah-Nya, serta sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan, baik dari segi moril maupun materil. Semoga sumbangsi, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan termasuk ke dalam amal sholeh dan mendapatkan balasan setimpal dari Allah SWT, Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.

Jakarta, Januari 2015 Peneliti

Aa Saprudin


(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Kajian Teori ... 8

1. Teori Pembelajaran Behaviorisme ... 8

a. Pengertian Behaviorisme ... 8

b. Kurikulum Al Quran Hadis ... 8

c. Konsep Belajar Menurut Teori Behaviorisme ... 9

d. Karakteristik Pembelajaran Behaviorisme ... 12

e. Teori-teori Belajar Kubu Behaviorisme ... 13

f. Keunggulan Pembelajaran Behaviorisme ... 16


(10)

x

d. Mengukur Hasil Belajar ... 27

B. Penelitian Terdahulu ... 28

C. Kerangka Berfikir ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 41

G. Hipotesis Statistik ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Madrasah ... 47

B. Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Terhadap Hasil .. Belajar Siswa ... 50

1. Deskripsi Data ... 50

2. Hasil Uji Instrument Penelitian ... 63

3. Analisis Data ... 65

4. Interpretasi Data ... 68


(11)

xi


(12)

xii

Tabel 3.2 : Kriteria Penilaian Bacaan Al Quran ... 35

Tabel 3.3 : Kisi-kisi instrument angket ... 35

Tabel 3.4 : Hasil uji validitas penerapan metode pembelajaran Behaviorisme .... 38

Tabel 3.5 : Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal ... 40

Tabel 3.6 : Pengukuran Secara Deskriptif ... 43

Tabel 3.7 : Penilaian Analisis Mean Angket Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme dan Hasil Belajar Siswa ... 43

Tabel 3.8 : Interpretasi Data ... 44

Tabel 4.1 : Data Siswa dalam 5 Tahun Terakhir ... 47

Tabel 4.2 :Data pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 48

Tabel 4.3 :Data sarana dan prasarana ... 49

Tabel 4.4 : Guru PAI mengucapkan salam kepada siswa ... 51

Tabel 4.5 : Guru PAI melakukan apersepsi. ... 51

Tabel 4.6 : Guru PAI menyampaikan tujuan pembelajaran ... 51

Tabel 4.7 :Guru PAI menyampaikan pertanyaan yang merangsang siswa untuk berfikir ... 52

Tabel 4.8 : Guru PAI menggunakan metode pembelajaran Behaviorisme ... 52

Tabel 4.9 : Guru PAI memberikan penjelasan metode pembelajaran Behaviorisme ... 52

Tabel 4.10 : Guru PAI Mempersilahkan Siswa Mencatat Hal-hal Penting ... 53

Tabel 4.11 : Guru PAI Menjelaskan materi dengan suara yang sesuai dan tidak terlalu cepat ... 53

Tabel 4.12 : Guru PAI Menciptakan suasana yang nyaman di dalam kelas ... 53

Tabel 4.13 : Guru PAI Menghindari suasana yang tegang di dalam kelas ... 54


(13)

xiii

Tabel 4.18 : Guru PAI membaca dengan keras dan lantang ... 55

Tabel 4.19 : Guru PAI Menunjuk siswa untuk membacakan lebih dahulu, serta diikuti siswa yang lain ... 56

Tabel 4.20 : Guru PAI Memberikan banyak latihan-latihan ... 56

Tabel 4.21 : Guru PAI Melatih bacaan siswa secara terus menerus ... 56

Tabel 4.22 : Guru PAI Mengoreksi bacaan siswa jika terdapat kesalahan secara langsung ... 57

Tabel 4.23 : Guru PAI Memberikan pemodelan bentuk bacaan yang lain ... 57

Tabel 4.24 : Guru PAI Meminta siswa untuk mencari model-model bacaan yang sama ... 58

Tabel 4.25 : Guru PAI Memberikan pertanyaan kepada siswa sesuai hasil pengamatan ... 58

Tabel 4.26 : Guru PAI Memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk mempraktikan ulang ... 58

Tabel 4.27 : Guru PAI Memberikan umpan balik kepada siswa ... 59

Tabel 4.28 : Guru PAI Menyimpulkan materi dari proses pembelajaran metode pembelajaran Behaviorisme ... 59

Tabel 4.29 : Distribusi Frekuensi tentang Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Dari 47 Responden ... 60

Tabel 4.30 : Penilaian Analisis Mean Angket Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme ... 61

Tabel 4.31 :Nilai Test Hasil Belajar Siswa MTs Al Hidayah Tajur Citeureup ... 62

Tabel 4.32 :Uji Validitas Instrumen Penerapan Pembelajaran Behaviorisme ... 64

Tabel 4.33 : Reliability Statistik ... 65 Tabel 4.34 : Perhitungan untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi


(14)

(15)

xv

Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 4 : Profil Madrasah

Lampiran 5 : Daftar siswa kelas VII E MTs Al Hidayah Lampiran 6 : Instrument Soal test

Lampiran 7 : Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 8 : Nilai Hasil Test Mapel Al Quran Hadis Lampiran 9 : Pedoman Angket

Lampiran 10 : Tabel pedoman angka indeks korelasi

Lampiran 11 : Tabel pedoman angka degree of freedom (df)


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal (1) pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Tujuan kompetensi mata pelajaran pendidikan agama islam khususnya Alqur’an Hadist adalah sebagai berikut: Satu, meningkatkan kecintaan siswa terhadap Qur’an Hadis. Dua, membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Qur’an dan Hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. Tiga, meningkatkan kekhusuan siswa dalam beribadah terutama sholat dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca.

Dari ketiga tujuan kompetensi tersebut, poin ketigalah yang paling penting yakni bagaimana siswa dapat melafalkan, membaca, menulis serta manghafal Al Qur’an dengan baik dan benar, karena apabila siswa mampu membaca dan menulis Al Qur’an dengan baik, maka siswa akan lebih mudah menghafalnya yang kemudian akan menumbuhkan kecintaan siswa terhadap Al Qur’an.

Pada kenyataannya masih terdapat guru-guru yang belum sepenuhnya memahami tugasnya sebagai pengajar dan pendidik sehingga mereka kurang memperhatikan segi-segi kognitif, apektif, maupun psikomotorik yang seharusnya dikuasai peserta didik dan jenjang tertentu. Hal ini mungkin dapat dimengerti mengingat cukup banyak masalah yang dihadapi seperti yang dikemukakan oleh Sri Wahyuni Djiwandono bahwa “semua guru dihadapkan pada masalah -masalah, masalah banyaknya siswa dalam kelas, masalah ekonomi dan


(17)

kenakalan anak-anak, masalah tekanan masyarakat yang kurang menghargai peranan guru dan sebagainya.1

Namun, permasalahan yang paling menonjol adalah guru yang tidak memenuhi standar kompetensi terutama pedagogik yang berhubungan langsung dengan kegiatan pembelajaran. Padahal kompetensi yang harus dimiliki siswa di atas, sangat membutuhkan peranan guru yang baik dari segi penguasaan materi maupun teknik pemebelajaran di lapangan. Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Diantaranya pengetahuan tentang teori belajar. Banyak teori yang dikeluarkan oleh para ilmuan dan teoritikus pendidikan atau pengajaran yang mungkin akan terjadi falsifikasi teori yang menuntut kearifan guru untuk menilai dan kemudian mengaplikasikannya.

Seorang guru harus mampu melaksanakan serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi. Termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar dalam kelas. Kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak didik, sejauh perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar. Dengan belajar yang terarah dan terpimpin, anak didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang sesuai dengan apa yang diinginkan, maka perumusan tujuan standar kompetensi Al Qur’an Hadis menentukan hasil-hasil yang seharusnya diperoleh.

Secara umum, permasalahan diatas terjadi karena dua faktor: Pertama faktor yang berasal dari guru yaitu banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun proses evaluasi. Keadaan ini merupakan sebagai akibat dari asumsi para guru yang merasa dirinya

1 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 23


(18)

sudah mengajar dengan baik.2 Faktor yang kedua adalah faktor yang datangnya dari orang tua atau wali murid yakni orang tua di rumah seringkali tidak memperhatikan perkembangan si anak dalam hal belajar. Kebanyakan waktu di rumah lebih banyak digunakan bermain daripada belajar. Padahal pelajaran yang diterima di sekolah belum tentu dapat dicerna dengan baik, sehingga perlu adanya bimbingan tambahan dari orang tua.

Dalam proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar-mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Itu berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa yang berlangsung dalam situasi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kegagalan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran tidak lepas dari adanya peran guru di dalamnya. Hal ini dapat dimengerti karena guru merupakan unsur utama yang melaksanakan kegiatan pokok yaitu proses belajar mengajar. Dan peran tersebut menuntut guru harus mempersiapkan sebaik-baiknya. Hendaknya guru mempunyai catatan pribadi untuk mengamati perkembangan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai oleh semua siswa tanpa terkecuali

Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan. Sesuai dengan empat standar kompetensi guru meliputi kompetensi profesional, pedagogik, sosial dan kompetensi personal. Keprofesionalan guru tidak hanya sebatas mempunyai gelar sarjana kependidikan akan tetapi ia juga harus senantiasa mengembangkan ilmunya sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, guru haruslah memiliki kompetensi pedagogik yakni manguasai berbagai teknik dan metode pendidikan

2

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2008) Cet. VIII h. 20


(19)

maupun pengajaran agar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dimanapun dengan kondisi apapun yang efektif dan efesien. Kompetensi sosial seorang guru dilihat bagaimana guru tersebut dapat berkomunikasi dengan baik sacara verbal maupun non verbal baik komunikasi dengan siswa, guru-guru yang lain, wali siswa maupun masyarakat. Terakhir, guru haruslah mempunyai kompetensi personal yakni memiliki keperibadian yang baik yang dapat dicontoh atau ditiru oleh murid. Atau dapat pula diartikan guru tersebut memiliki kesungguhan dan tekad yang kuat dalam dirinya untuk menjalankan profesinya.

Pelaksanaan pendidikan yang terjadi di dalam kelas oleh guru haruslah efektif dan efesien agar proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan, seorang guru haruslah dapat melakukan pengelolaan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Teori kegiatan belajar mengajar merupakan usaha yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Dalam pembelajaran ada banyak teori yang dapat dipilih dan digunakan guru secara proposional sejalan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Keberhasilan guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari bagaimana guru tersebut mengelola pembelajarannya sehingga siswa mampu mencapai tingkat kemampuan yang optimal, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penguasaan teori pembelajaran merupakan salah satu unsur kompetensi pedagogik yang penting untuk dikuasai guru karena, hal itu diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, seorang guru hendaknya menguasai secara fungsional pendekatan sistem pengajaran, prosedur, metode, teknik pengajaran secara mendalam serta berstruktur bahan ajar dan mampu merencanakan penggunaan fasilitas pengajaran.

Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka diperlukan keterampilan seorang guru dalam mengelola pembelajaran, baik itu


(20)

berupa teori, strategi, model, ataupun metode pembelajaran. Salah satu teori pembelajaran yang terkenal adalah teori pembelajaran Behaviorisme. Teori ini mengkonsentrasikan pada kajian tentang perilaku-perilaku nyata yang bisa diteliti dan bisa diukur.3 Teori ini memandang perilaku sebagian besar orang merupakan hasil dari pengalaman mereka dengan stimulus-stimulus lingkungan. Dalam pembelajaran Al Quran banyak kompetensi yang harus dicapai yang membutuhkan teknik atau metode pembelajaran Behaviorisme seperti metode Iqra’ AL Barqi, Talaqqi dan Qiroati.

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar juga dianggap sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. 4 misalnya jika seorang siswa telah banyak dilatih dan diajarkan dalam membaca Al Quran namun, masih terdapat banyak kesalahan, mungkin frekuensi pengalaman dan latihan yang telah diberikan perlu ditambahkan. Karena bukan tidak mungkin dengan latihan tambahan akan memperbaiki kesalahan siswa sehingga bacaan Quran siswa tersebut menjadi fasih dan lancar.

Kita masih melihat kejadian yang disebutkan di atas yang berlangsung di berbagai lembaga pendidikan untuk semua mata pelajaran tak terkecuali pada mata pelajaran Al Quran Hadis. Akibat dari hal ini hasil belajar siswa tidak mencapai tujuan pembelajaran karena perilaku belajar siswa tidak mencerminkan perilaku belajar yang baik. Berangkat dari masalah inilah penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji masalah tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul:

3 Mark K Smith, dkk, Teori Pembelajaran dan Pengajaran, (Jogjakarta: Mirza Media Pustaka 2009), cet. I h. 77

4Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media 2011), CetVIII h.112


(21)

“EFEKTVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BEHAVIORISME TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL QURAN HADIS DI MTS AL

HIDAYAH TAJUR CITEUREUP”.

B. Identifikasi Masalah

1. Belum lancarnya siswa melafalkan bacaan Al Quran Hadis 2. Rendahnya hasil belajar Al Quran hadis siswa di dalam kelas

3. Belum efektifnya metode pembelajaran Behaviorisme di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan peneliti dalam masalah biaya, waktu, tenaga dan kemampuan akademik, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini hanya dibatasi pada efektivitas penerapan metode pembelajaran rumpun teori Behaviorisme terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis di Madrasah Tsanawiyah Al Hidayah, khususnya di kelas VII pada materi QS. Al Bayyinah teori yang lahir dari aliran Behaviorisme dibatasi hanya pada teori operant conditioning karya B.F. Skinner dengan menerapkan tiga metode pembelajaran yakni

modelling, reading aloud, serta drill.

D. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana metode pembelajaran Behaviorisme diterapkan dalam

pembelajaran untuk mencapai kompetensi Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah?

2. Bagaimana rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah?

3. Bagaimana hubungan pembelajaran behaviorisme terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis?


(22)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui aplikasi dari metode pembelajaran Behaviorisme di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup.

3. Untuk menggambarkan penerapan pembelajaran Behaviorisme terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al-Hidayah Tajur Citeureup.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan lembaga pendidikan dan menambah hazanah ilmu pengetahuan. Adapun secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para pendidik tentang teori pembelajaran yang tepat dan efisien.


(23)

8

BAB II

A. Kajian Teori

1. Teori Pembelajaran Behaviorisme

a. Pengertian Behaviorisme

Behaviorisme berasal dari kata behaviour dalam bahasa Inggris yang berarti perilaku. Dalam bahasa Indonesia kata ini mendapat imbuhan isme di akhir yang memberikan makna suatu system atau aliran. Menurut Ridwan Abdullah Sani, “Behaviorisme adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”,1 sedangkan menurut Jeanne Ellis Ormrod “Behaviorisme adalah suatu teori yang sangat menekankan pada perilaku yang dapat diamati dan diukur”.2 Jadi, behaviorisme adalah suatu aliran dalam psikologi yang mengkonsentrasikan pada perubahan perilaku-perilaku manusia yang dapat diamati dan diukur sebagai hasil dari suatu pengalaman. Aliran ini berbasis pada faham empirisme dalam pendidikan

b. Kurikulum Al Quran Hadis

Pada dasarnya kurikulum Al Quran Hadis ini masih terkait dengan standar isi dalam Permendiknas Nomor 22.3 Penyusunan kurikulum Al Quran Hadis ini dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:

1) Kurikulum Al Quran Hadis yang tertuang dalam Permen 22 pada jenjang sebelumnya (SD/MI)

2) Kebutuhan siswa pada usia MTs yang pada dasarnya mulai dikenakan hukum sebagai mukallaf (diwajibkan menunaikan ibadah mahdzoh terlebih sholat).

Kurikulum Al Quran Hadis MTs ini merupakan kelanjutan dan

1

Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), cet. I h. 4

2

Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Ter. dari Educational Psychology Developing Learners oleh Wahyu Indianti, dkk. (Jakarta: Erlangga, 2008) Cet. VI h. 269

3


(24)

kesinambungan dengan kurikulum AlQuran Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca Al-Qur’an-Hadis, pemahaman surat-surat pendek dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. adapun tujuan dari mata pelajaran Al Quran Hadis adalah: satu, meningkatkan kecintaan siswa terhadap Qur’an dan Hadis. Dua membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Qur’an dan Hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. Tiga, meningkatkan kekhusyukan siswa dalam beribadah terlebih sholat, dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca

c. Konsep Belajar Menurut Teori Behaviorisme

Sedikitnya ada 5 konsep belajar menurut aliran Behaviorisme. 1) Perilaku orang sebagian besar merupakan hasil dari pengalaman

mereka dengan stimulus-stimulus lingkungan.

Banyak tokoh behavioris yang menganut faham empirisme percaya, seseorang lahir bagaikan “kertas kosong” (atau dalam bahasa latin tabula rasa) tanpa memiliki bakat atau potensi bawaan untuk berperilaku dengan cara tertentu. Setelah sekian lama lingkungan akan menulis dan membentuk pada kertas kosong ini secara perlahan dan masing-masing individu akan memiliki karakteristik yang unik yang berbeda satu dengan yang lain tergantung pada lingkungan tempat ia tinggal.3 Hal ini sesuai dengan Al Quran yang berbunyi

ْ ه

ْ

ْ م ك ج ر خ أ

ْْ م

ْ م أْ ط بْ

ْ

ْ تْ ك

ْ مْ

ْ ل

ْ تْ ع

ْ ْ

ْ ْ

ْ ش

ْ أي

ْ

ْ ج

ْ ع

ْ ْ

ْ لْ ك

ْ مْ

ْ سلا

ْ

ْ عْ

ْ

ْ لا

ْ ب

ْ ص

ْ ر

ْ

ْ

ْ لا

ْ فْ

ْ دْ

ْْ ل

ْ عْ

ْ ك

ْ مْ

ْ ت

ْ ش

ْ ك

ْ ر

ْ ْ

ْ ٗ

ْ.ْ ح لا(

٨٧

)

ْ

Artinya: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu

dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi

3Ibid.


(25)

kamu pendengaran penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)4

Perilaku, karakteristik dan watak seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai lingkungan seperti lingkungan orang-orang terdekat, teman sebaya serta orang-orang tua. Namun yang paling banyak mempengaruhi yakni lingkungan orang tua karena waktu yang paling banyak dihabiskan oleh siswa yaitu bersama orang tua sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.

ْ ع

ْ ْ

ْ بأ

ْ هْ

ْ ر

ْ ي

ْ ر

ْ ْ

ْ ر

ْ ض

ْ ْ

ْ ه

ْ

ْ ع

ْ ْ ه

ْْ ق

ْ

ْ قْ:

ْ ْ

ْ لا

ْ ب

ْ ْ

ْ ص

ْ ْ

ْ ه

ْ

ْ ع

ْ ْ ي

ْ ه

ْ

ْ

ْ س

ْ ْ م

ْ كْ.

ْ ْ

ْ م

ْ ْ ل

ْ ْ د

ْْ ي

ْ ْ ل

ْ دْ

ْ ع

ْ

ْ

ْ لا

ْ ف

) ر بلاْ ا ر(ْ ه ا ر ص يْ أْ ه ا د يْ ا ب فْ ر ط

ْ

Artinya: dari Abu Hurairah radliallahu „anhu berkata: Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu manjadi Yahudi, atau Nashrani.” (HR. Bukhori).5

Sebagai guru haruslah ingat dampak signifikan dari lingkungan masa lalu dan masa kini siswa terhadap perilaku mereka untuk itu dapat menggunakan perinsip dasar ini: dengan mengubah lingkungan kelas, seorang guru juga dapat mengubah perilaku siswa.

2) Belajar dapat digambarkan dalam kerangka asosiasi di antara peristiwa-peristiwa yang dapat diamati.

Teori ini memandang pikiran bagaikan sebuah “kotak hitam” dalam arti bahwa respon terhadap pengaruh lingkungan dapat diukur secara kuantitatif, serta mengabaikan kemungkinan proses pemikiran yang terjadi dalam pikiran secara total.6 Maka fenomena yang terjadi dalam diri seseorang seperti pikiran

4

Hasbi Ashiddiqi, dkk Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Quran, 1971), Cet IV hal. 413

5

Ahmad Al Hasyim, Mukhtar Al Ahadis Annabawiyah, (tt.p. Daarul Kitab Al Islami, 1999), hal. 118

6

Mark K. Smith, Teori Pembelajaran dan Pengajaran, (Jogjakarta: PT Mirza Media Pustaka, 2009), Cet. I hal. 76


(26)

keyakinan, perasaan dan sebagainya tidak dapat diamati dan karenanya tidak dapat dipelajari secara ilmiah. Seharusnya pemeriksaan psikologis hanya berfokus pada hal-hal yang dapat diamati dan dipelajari secara objektif.

3) Belajar melibatkan perubahan perilaku.

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disengaja. Belajar dianggap sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.7

4) Belajar cenderung terjadi ketika stimulus dan respon muncul dalam waktu yang berdekatan.

Supaya hubungan stimulus-respons berkembang, kejadian tertentu harus terjadi bersamaan dengan kejadian-kejadian yang lain. Ketika dua kejadian-kejadian muncul pada waktu yang kurang lebih bersamaan, dapat kita katakan ada kontiguitas di antara kejadian-kejadian tersebut.8

5) Banyak species hewan, termasuk manusia, belajar dengan cara-cara yang sama.

Behavioris terkenal dengan eksperimen mereka terhadap hewan-hewan seperti tikus dan merpati. Mereka berasumsi bahwa banyak species memiliki proses pembelajaran yang sama. Oleh karena itu, mereka menerapakan perinsip-perinsip belajar yang diperoleh setelah mengamati suatu species pada suatu pemahaman mengenai bagaimana species-species lain (termasuk manusia) belajar. Kutipan berikut ini menunjukan behavioris

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), Cet. VIII hal. 112

8

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), cet. V h. 29


(27)

berpandangan bahwa semua mamalia belajar dengan cara yang sama.

Fenomena yang sederhana dan semi mekanis ini … yang menunjukan proses belajar hewan, adalah dasar-dasar dari proses pembelajaran manusia. Tentu saja untuk proses belajar manusia akan lebih rumit dan lebih maju, seperti adanya akuisisi keterampilan memainkan biola, atau pengetahuan hitungan kalkulus, atau penemuan mesin-mesin. Namun, mustahil untuk memahami pembelajaran kultural manusia yang lebih halus dan jelas tanpa menggunakan ide-ide yang jelas tentang kekuatan yang memungkinkan terjadinya proses belajar dalam bentuk paling dasar yang menghubungkan respon jasmani dengan situasi yang dialami dan dirasakan langsung oleh indra. Lebih jauh, betapapun halusnya, betapa pun rumitnya, dan betapa pun majunya bentuk belajar yang harus dijelaskan, fakta-fakta sederhana ini—yakni pemilihan koneksi karena koneksi itu berguna dan memuaskan dan pengabaian koneksi karena ia tidak berguna atau menjengkelkan, reaksi berganda, situasi pikiran sebagai kondisi, aktivitas kecil-kecilan dalam mengatasai situasi, dengan berpotensi elemen tertentu dengan menentukan respons, respon berdasarkan analogi, dan pengalihan ikatan—akan tetapi menjadi fakta utama, atau bahkan mungkin satu-satunya fakta, yang diperlukan untuk menjelaskan proses belajar.9

d. Karakteristik Pembelajaran Behaviorisme

Ciri-ciri implementasi dari teori ini adalah: 1) Mementingkan pengaruh lingkungan 2) Mementingkan bagian-bagian

3) Mementingkan peranan reaksi

4) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respons

5) Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya

6) Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar

7) Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan

8) Mementingkan sebab-sebab pada waktu yang lalu

9) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

9

B.R. Hergenhahn, Teori Belajar, Ter. dari Theories of Learning, oleh Tri Wibowo B.S. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet. X h. 63


(28)

10)Menggunakan teknik coba-coba (trial and error) dalam penyelesaian masalah.10

e. Teori-teori Belajar Kubu Behaviorisme

1) Ivan Pavlov (1849-1936)

Bagi kalangan akademisi nama “paplov sangat terkenal dengan karyanya tentang pengkondisian klasik (classical conditioning) atau substitusi stimulus. Menurutnya, tingkah laku merupakan rangkaian reflex berkondisi, dengan kata lain reflex-repleks terjadi setelah adanya proses kondisi.11

Classical conditioning merupakan teori hasil pengembangan dari teori asosiasi. Berawal dari percobaan Pavlov terhadap anjing yang mengeluarkan air liur. Dalam percobaannya bel dibunyikan sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali-kali ternyata, air liur tetap keluar setelah bel dibunyikan meskipun tidak dikeluarkan makanan.12

2) Edward Lee Thorndike (1874-1949)

Thorndike lahir pada tahun 1874 di Williamsburg, Massachusetts, putra kedua dari seorang pendeta Methodis. Ia dikenal rajin dalam melakukan riset terbukti dalam autobioghrafinya dia melaporkan bahwa sampai usia 60 tahun dia menghabiskan 20 jam sehari untuk membaca dan mendalami buku atau jurnal ilmiah. Namun, teorinya yang paling terkenal adalah connectionism yaitu asosiasi antara kesan indrawi dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan/kaitan atau koneksi.13

Teori koneksionisme adalah teori yang paling awal berkembang pada rumpun psikologi Behaviorisme. Teori ini

10

Ridwan, op. cit., h. 7-8

11

Zikri Neni Iska, Psikologi, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. I h. 21

12

R. Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. X h. 17

13


(29)

ditemukan dan dikembangkan atas dasar eksperimen thorndike pada kucing untuk mengetahui fenomena belajar.

Sebuah sangkar berbentuk kotak, berjeruji yang dilengkapi peralatan seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali. Kemudian seekor kucing lapar ditempatkan di dalam kotak. Peralatan tersebut diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing memperoleh makanan yang tersedia di depan pintu kotak tersebut.14

3) Jhon Broadus Watson (1878-1958)

Jhon B. Watson adalah seorang pendiri aliran psikologi Behaviorisme. Lahir pada tanggal 9 Januari 1878 di Greenville Amerika Serikat. bukunya yang paling berpengaruh adalah

Pshychology as the Behaviorist Views it (1913).15

Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (S) dan respon (R), namun S-R harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Tingkah laku adalah tindakan yang dapat dilihat dan diamati dengan cara yang objektif. Belajar adalah proses membentuk hubungan S-R, dan kekuatan hubungan R tergantung pada frekuensi ulangan adanya S-R. oleh sebab itu, diperlukan latihan (drill) dalam pembelajaran.16

4) Burhus Frederic Skinner (1904-1990)

Berdasarkan hasil survey American Psychological Association (1968) Skinner adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam psikologi kontemporer yang telah memberikan kontribusi pada metodologi penelitian psikologi terutama dalam menyempurnakan gagasan Ivan Pavlov.17 Karya tulisnya yang paling terbaru berjudul About

14

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2015) cet. XV h. 103

15

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2004), cet. I h. 46

16

Ridwan,op. cit., h. 6

17Richard I. Evans, B. F. Skinner the Man and His Ideas, (New York: E. P. Dutton, 1968) hal. 11


(30)

Behaviorism. Tema pokok yang menghiasi karya-karyanya adalah bahwa penggunaan konsekuensi menyenangkan maupun tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku yang disebut pengkondisian operant (operant conditioning).18

Teori operant conditioning merupakan teori yang telah mencapai tahap penyempurnaan dari sekian teori pada rumpun psikologi Behaviorisme. Teori ini dirintis oleh Skinner hasil penelitiannya terhadap tikus dan merpati yang ditempatkan dalam sebuah kotak hasil modifikasi yang disebut kotak Skinner. Hasil eksperimennya membuahkan prinsip pembelajaran terpenting yaitu perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi langsungnya. Dalam arti konsekuensi menyenangkan akan memperkuat serta menambah frekuensi suatu perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak

menyenangkan akan memperlemah bahkan akan

menghilangkan frekuensi suatu perilaku.19

Menurut Skinner, dalam pengajaran pertama sekali dilakukan oleh seorang guru adalah menentukan kerangka utama perilaku yang tepat dan yang ingin dibentuk, kemudian perilaku itu didorong melalui petunjuk yang bersifat intruksional, lalu perlahan dorongan itu dihilangkan.20 Sebagai contoh dalam pembelajaran di kelas, jika seorang guru ingin mengajarkan hukum dalam ilmu tajwid yang baru, biasanya guru tersebut memberikan contoh dalam bentuk sederhana, mengucapkan kata lalu siswa diajak untuk mengulangi kata-kata itu. Penguatan diberikan pada awal untuk pelafalan yang

18

Muhibbin, op. cit., h. 109

19

Robert E. Slavin Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Ter. dari Educational Psychology: Theory and Practice, oleh Marianto Samosir, (Jakarta: PT Indeks 2011), cet. IX h. 181

20

Margaret E. Gredler, Learning and Intruction: Teori dan Aplikasi, Ter. dari Learning and Intruction: Theory into Practice oleh Tri Wibowo B.S, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), cet. I h. 147


(31)

sudah mendekati lafal yang tepat. Kemudian penguatan ditahan sebentar sampai pelafalan menjadi lebih baik sedikit. Guru melanjutkan mendorong pelafalan kata yang lebih sulit dan memberi penguatan untuk setiap perbaikan pengucapan. Dorongan itu kemudian pelan-pelan ditarik. Pelajaran selesai ketika siswa dapat melafalkan kata-kata tersebut dengan benar.

f. Keunggulan Pembelajaran Behaviorisme

Ada suatu program yang dibuat oleh kaum Behavioris. Meski bersifat komersil program ini sukses untuk mengajarkan membaca pada anak-anak beresiko, program itu bernama DISTAR tetapi kini berubah nama menjadi SRA reading mastery. Program ini sangat terstruktur di mana anak-anak diajari sesuai kemampuannya masing-masing.21

Behaviorisme akan sangat membantu dalam penyelesaian masalah-masalah perilaku yang kronis di kelas. Melalui pendekatan-pendekatan yang telah dikembangkan seperti penerapan analisis perilaku, analisis fungsional, dan dukungan perilaku positif. Meski memakan waktu, pendekatan Behavioris seringkali efektif ketika pendekatan-pendekatan lain gagal.

g. Metode Pembelajaran Behaviorisme.

Teori pembelajaran Behaviorisme telah memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia pendidikan sehingga banyak metode-metode pembelajaran yang dihasilkan dari teori ini. Berikut beberapa metode yang berdasarkan teori ini seperti metode Iqra, demonstrasi, drill, reading aloud dan modelling.22

1) Metode Iqra’

Metode Iqra’ merupakan suatu metode yang sangat sistematis serta terstruktur dengan baik yang berisi enam level atau tingkatan yang terkumpul dalam satu buku. Metode ini

21

Margaret, Ibid., h. 151

22

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang, 2011) cet. I h. 112


(32)

sangat efektif diaplikasikan terutama bagi pelajar yang memulai belajar membaca Al Quran dari nol karena materi atau bahan bacaan dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa. Dengan menggunakan metode Iqra’ para siswa dapat dengan mudah dan cepat membaca Al Quran sehingga metode ini pernah dijadikan proyek oleh Departement Agama RI sebagai upaya untuk meningkatkan minat baca terhadap kitab suci Al Quran.

2) Metode Reading aloud (membaca keras)

Reading aloud berasal dari bahasa inggris yang terdiri atas dua kata, yaitu read yang berarti membaca dan aloud yang berarti dengan (suara) keras. Dalam dunia pendidikan reading aloud (membaca keras) diartikan sebagai sebuah strategi belajar dengan cara guru atau siswa membaca dengan suara yang keras atau lantang.23 Membaca suatu teks dengan keras atau nada tinggi dapat membantu siswa memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, strategi ini mempunyai efek pada pemusatan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif (menyatu).24

Metode reading aloud dapat disajikan dengan menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamakan membaca., yakni guru mula-mula membacakan topic-topik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa tapi kadang-kadang guru dapat menunjuk langsung siswa untuk membacakan lebih dulu, dan tentu siswa lain memperhatikan dan mengikutinya.25

3) Metode Drill (latihan)

23

Mochamad Jawahir, Teknik dan Strategi Pembelajaran, (Bandung: Cendekia Press, 2005), h.26

24

Mel Silberman, active learning 101 strategi pembelajaran Aktif , (Yogyakarta: Bumimedia,2002), cet II h. 132

25

Tayar yusuf dan Syaiful anwar, metodologi pengajaran agama dan bahasa arab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), cet. I h. 163.


(33)

Metode drill atau latihan banyak digunakan dalam mempelajari ilmu bahasa asing termasuk ilmu tajwid. Metode ini sangat efektif digunakan dalam mempelajari keterampilan karena dalam praktiknya, siswa terus menerus dilatih mekipun banyak melakukan kesalahan sehingga siswa terbiasa melakukan yang benar sampai akhirnya siswa dapat menguasai keterampilan yang diinginkan.

4) Demonstrasi (praktik)

Menurut Moh. Roqib, “Metode ini digunakan agar teori yang dipelajari langsung bisa diaplikasikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami sesuatu”.26

Sebagai contoh, seorang guru yang mengajarkan materi tata cara sholat biasanya setelah mendreskripsikan secara lisan, para siswa langsung diajak ke masjid untuk mendemonstrasikannya agar pembelajaran dapat langsung diaplikasikan oleh para siswa dalam kehidupan sehari-hari.

5) Metode Modelling (pemodelan)

Metode ini paling efektif digunakan ketika seorang guru ingin mengajarkan materi yang objeknya tak dapat ditemui atau susah ditemui krna jarak yang jauh dan membutuhkan waktu atau biaya yang tidak sedikit. Maka guru tersebut cukup memberikan miniatur atau gambar yang mirip dengan objek yang sedang dipelajari.

2. Hasil Belajar Al Quran Hadis

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu : Hasil dan Belajar. Hasil adalah suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Kemudian belajar adalah perubahan yang terjadi dalam

26


(34)

diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu.27 Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Adapun ruang lingkup hasil belajar dari mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs adalah sebagai berikut: 1) Membaca/menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid 2) Menterjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat dan Hadis dalam memperkaya khazanah intelektual

3) Menerapkan isi kandungan ayat/hadis yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan dibuatnya ruang lingkup di atas maka diharapkan siswa tingkat MTs memiliki tiga standar kelulusan (SKL).

Pertama, memahami dan mencintai Al-qur’an dan Al-Hadis sebagai pedoman hidup umat Islam. Kedua, meningkatkan pemahaman Al-Qur’an Surat Al-Fatihah, dan surat pendek pilihan melalui upaya menerapkan cara membacanya, menangkap maknanya, memahami kandungan isinya, dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan. Ketiga, menghafal dan memahami makna Hadis-Hadis yang terkait dengan tema isi kandungan surat atau ayat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.28

Menurut Gagne, “hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada pada lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori”.29

Proses belajar mengajar siswa bukan hanya merupakan penguasaan pengetahuan semata atau berbagai hal yang pernah

27

Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011 ) Cet. V h. 6

28

Sofwan Iskandar, loc. cit. h.1


(35)

diajarkan atau dilatih, tetapi juga meliputi perubahan tingkah laku seperti yang dinyatakan S. Nasution, “Bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan individu yang belajar, perubahan itu tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan, kebiasaan diri pribadi individu yang belajar”.30

Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa tergantung pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Oleh sebab itu perlu dilkukan penilaian terhadap suatu kegiatan belajar mengajar.

Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yakni 1) Keterampilan dan kebiasaan 2) Pengetahuan dan pengertian 3) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima ketegori hasil belajar, yakni 1) Informasi verbal 2) Keterempilan intelektual 3) Strategi kognitif, 4) Sikap dan ) Keterampilan motoris.31

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk. Dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke dalam enam jenjang kemampuan, yakni pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Kemampuan afektif siswa meliputi perilaku sosial, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru dan sebagainya. Hasil belajar psikomotorik (aplikatif) merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu

30 S. Nasution, Didaktik Dasar-dasar Pengajaran, (Bandung: Demmars, 2003), h.25 31 Nana, Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, h.22


(36)

sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.32

Pada dasarnya, kegiatan evaluasi atau hasil belajar itu seperti kegiatan belajar itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi, idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya. Informasi dan data kemajuan akademik yang diperoleh guru dari evaluasi (khusus evaluasi formal) sebaiknya dijadikan feed back (umpan balik) untuk melakukan penindak lanjutan proses belajar mengajar. Hasil kegiatan evaluasi sebaiknya dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki atau meningkatkan penyelenggaraan proses belajar mengajar pada masa yang akan datang.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar yang bermakna bagi dirinya akan tahan lama, membentuk sikap kepribadian yang baik, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain dan mampu mengembangkan kreatifitasnya. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat mengikuti perkembangan zaman, ilmu dan teknologi.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dikelompokan menjadi tiga bagian besar yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Muhibbin Syah memaparkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:33

1) Faktor Internal

Faktor ini merupakan faktor yang muncul dari dalam individu itu sendiri, yang terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis.

32

Smith, op. cit., h. 95

33


(37)

a) Faktor Jasmani

Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmaniyah individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan dengan faktor biologis di antaranya adalah kondisi kesehatan fisik yang sehat dengan asupan gizi dan vitamin yang cukup. dan kondisi kesehatan non fisik.

b) Faktor Rohani

Faktor rohani dapat pula dikatakan sebagai kondisi psikologis. Kondisi psikologis ini dapat mempengaruhi keberhasilan belajar meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Sikap mental yang positif dalam proses belajar di antaranya seperti, tidak mudah putus asa atau frusterasi dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan, tidak terpengaruh untuk lebih mementingkan kesenangan daripada belajar, mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar, berani bertanya, dan selalu percaya pada diri sendiri. Baik kondisi kesehatan jasmani maupun rohani, keduanya sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.

Faktor psikologis lain, selain sikap mental yang positif adalah sebagai berikut:

(1) Inteljensi.

Intelejensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilaan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai intelejensi jauh di bawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Tetapi perlu diingat bahwa intelejensi bukan hanya satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar,


(38)

melainkan hanya salah satu faktor dari sekian banyak faktor.

(2) Minat (kemauan).

Minat dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan minat merupakan motor penggerak utama yang menentukaan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya.

(3) Bakat.

Bakat memang salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar sesorang dalam suatu bidang tertentu. Perlu diketahui bahwa bakat itu bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang tertentu.

(4) Daya ingat.

Bagaimana daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Dalam proses mengingat mempunyai tahapan-tahapan yaitu; pertama, memasukan kesan, kedua menyimpan kesan, dan ketiga memproduksi kesan atau mengeluarkan kembali kesan. Karena daya ingat dapat diartikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan, dan kesan itu sendiri adalah suatu gambaran yang tertinggal di dalam jiwa atau pikiran setelah melakukan pengamatan.

(5) Daya konsentrasi.

Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk mempokuskan pikiran perasaan, kemauan, dan segenap panca indra ke sat objek di dalam aktifitas tertentu dengan disertai usaha untuk tidak memperdulikan objek-objek lain yang tidak ada


(39)

hubungannya dengan aktivitas itu. Sangat perlu diketahui bahwa kemampuan untuk melakukan konsentrasi itu memerlukan kemampuan dalam menguasi diri (daya penguasaan diri). Dengan daya penguasaan diri inilah seseorang dapat menguasai pikiran, perasaan, kemauan, dan segenpa pancaindranya untuk dikonsentrasikan

2) Faktor Ekternal

Faktor ekternal bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor ekternsl meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan faktor waktu.

a) faktor lingkungan keluarga

faktor rumah atau lingkungan keluarga ini merupakan lingkungan pertama danutama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja faktor utama dan utama dalam mencapai keberhasilan belajar seseorang. Kondisi lingkunga keluarga yang sangat menentukan keberhaslan seseorang diantaranya adalah adanya hubungan yang harmonis diantara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian besar dari orang tua terhadap proses belajar dan pendidikan anak-anaknya.

b) Faktor lingkungan sekolah

Satu hal yang mutlak harus ada di lingkungan sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisiten serta menyeluruh dari pemimpin sekolah, para guru, para siswa, sampai kariyawan sekolah


(40)

lainnya. Dengan cara inilah proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.

c) Faktor lingkungan masyarakat.

Lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah adanya lembaga-lembaga nonformal yang menyediakan kursus-kursus tembahan, sanggar majlis taklim, organisasi kemasyarakatan yang positif

d) Faktor waktu

Waktu memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorng, tergantung bagaimana seseorang dapat memaneg atau mengatur waktu sebaik mungkin.

3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning)

Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi, gaya ataupun metode belajar yang digunakan oleh siswa tersebut guna mempelajari berbagai materi pelajaran yang disampaikan di sekolah.

c. Indikator Hasil Belajar

Pada perinsipnya mengungkapkan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psiko yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu khususnya ranah rasa muruid sangat sulit. Hal ini disebabkan oleh perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). “oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa baik yang berdimensi cipta, rasa, maupun karsa.”34

34


(41)

1) Ranah cipta (kognitif)

Jenis prestasi pada ranah cipta (kognitif) ini mencakup enam aspek, yaitu pengamatan, ingatan, pemahaman, penerapan, analisis (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti) Dn sintesis.

Indikator pada aspek pengmatan ini ada tiga yaitu dapat menunjukan, dapat membandingkan, dan dapat mendefinisikan denga lisan sendiri. Indikator aspek penerapan ada dua yaitu dapat memberikan contoh dan dapat menggunakan secara tepat. Indikator aspek analisis ada dua, dapat menguraiakan dan dapat mengkelasifikasikan/ memilah-milah. Indikator aspek sintesis ada tiga yaitu dapat menghubungkan, dapat menyimpulkan, dan dapat membut perinsip umum.

2) Ranah rasa (afektif)

Jenis prestasi pada ranah rasa (afektif) mencakup lima aspek yaitu penerimaan, indikatornya menunjukan sikap menerima dan menunjukan sikap menolak. Aspek sambutan ada dua indikator yaitu kesediaan berpartisipasi atau terlibat dan kesediaan memanfaatkan aspek-apresiasi (sikap menghargai) indikatornya yaitu menganggap penting dan bermanfaat, menganggap indah dan harmonis dan mengagumi.

Aspek internalisasi, indikatornya ada dua yaitu mengkui, meyakini, dan mengingkari. Dan aspek karakteristik (penghayatan) indikator aspek ini ada dua yaitu melembagakan atau meniadakan dan menjelmakan dalam pribadidan perilaku sehari-hari

3) Ranah karsa (psikomotorik)

Jenis prestasi pada ranah karsa (psikomotorik) mencakup dua aspek yaitu keterampilan bergerak dan bertindak. Indikator pada aspek ini adalah mengkoodinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. Sedangkan aspek kecakapan


(42)

ekspresi verbal dan non verbal, indikatornya ada dua yaitu mengucapkan dan membuat mimikdan gerakan jasmani.

Setelah mengetahui indikator belajar tersebut guru perlu pula mengetahui bagaimana kita menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dlam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa.

Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya mengungkapkan hasil belajar . Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut adalah “(1) norma skala angka dari 0 sampai 10, (2) norma skala angka dari 0 sampai 100.”35

d. Mengukur Hasil Belajar

Pengukuran merupakan alat atau metode yang digunakan untuk mencari dan menggali data dari para peserta didik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.36

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan bagaimana pengajar guru dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Guru harus mengetahui sejauh mana siswa telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dinyatakan dengan nilai

35

Anas, Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hal.35

36


(43)

Berbagai jenis penilaian kelas antara lain adalah tes tertulis. Penilian kinerja (peforment assessment), peniaian portopolio, penilaian proyek, penilaian hasil kerja, penilaian sikap, dan penilaian diri (self assessment), jenis penilaian tergantung pada kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.

Berkaitan dengan penelitian ini, pengukuran hasil belajar Al Quran Hadis siswa pada materi hukum mim sukun melibatkan aspek kognitif siswa yakni tes lisan.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian menggunakan metode berdasarkan teori behaviorisme, pernah dilakukan oleh Risdyain (2009). Berdasarkan penelitiannya di sekolah SMPIT Bekasi terdapat peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata kelas yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 6,55 meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 35 %. Sedangkan peningkatan prestasi belajar antara siklus II dengan siklus I adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 6,55 meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 30%.

Metode-metode berdasarkan teori Behaviorisme ini juga pernah dilaksanakan oleh Dini Indriastuti “pengaruh pelaksanaan metode drill terhadap peningkatan prestasi belajar Al Quran siswa kelas VII SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2012”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pelaksanaan metode drill terhadap peningkatan prestasi belajar siswa memberikan pengaruh yang baik hasil ini bisa dilihat dari r0 (0,440) adalah lebih besar dari r0 () pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf 1%.

Nuzulia Apriliani, NIM 107011000064, penerapan metode Reading aloud (membaca keras) dalam meningkatkan kemampuan membaca Al Quran di SMP Negeri 10 Tambun Selatan (penelitian tindakan kelas di kelas VIIA SMP Negeri 10 Tambun Selatan). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan metode reading aloud (membaca keras) ternyata dapat meningkatkan kemampuan membaca Al Quran siswa yang


(44)

ditandai dengan perolehan nilai rata-rata post tes pada akhir siklus III yaitu pada aspek kelancaran dalam membaca Al Quran sebanyak 31 (65, 40%) siswa, pada aspek makhorijul huruf sebanyak 36 (78,20%) siswa dan pada aspek pelafalan tajwid sebanyak 39 (84, 70%) siswa dan pada tes akhir siklus III dari perhitungan korelasi product moment yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan membaca al-Quran dengan pemahaman teoritik tajwid siswa.

C. Kerangka Berfikir

Pendidikan adalah proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan. Oleh sebab itu peranan guru benar-benar ditantang dengan terlaksananya pendidikan yang efektif bagi munculnya anak-anak bangsa yang kreatif. Pendidikan di sekolah diharapkan dapat berfungsi meningkatkan kreatifitas siswa. Guru harus dapat menguasai berbagai teknik dan model mengajar, mampu mengelola pembelajaran dan peka terhadap perkembangan anak.

Pekerjaan di sekolah adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan potensi anak yang sedang mengalami perkembangan, maka seorang guru harus benar-benar ahli dalam tugasnya. Mengingat begitu beratnya beban yang harus dipikul, sehingga seringkali dalam melaksanakan tugasnya guru menghadapi banyak problema. Di antara problema yang sering terjadi adalah problema dalam kegiatan belajar-mengajar.

Tugas guru terutama ketika akan mengajar diantaranya membuat program semester dan tahunan, membuat satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran. Tidak hanya ketika mengajar bahkan ketika berada dalam kelas, seorang guru dihadapkan pada tugas seperti memberikan motivasi dan apersepsi, melaksanakan proses belajar mengajar serta membimbing siswa dalam pembelajaran. Tugas guru yang lainnya yaitu mengadakan penelitian, mengadakan analisis hasil belajar atau perubahan perilaku,


(45)

melaksanakan program perbaikan dan mencatat kemajuan hasil belajar siswa.

Dalam kegiatan belajar-mengajar, seorang guru dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya sulitnya dalam mengatur siswa, fasilitas yang belum memadai, keadaan kelas yang selalu ribut dan sebagainya. Proses belajar mengajar akan berjalan lebih baik apabila diantara guru dan siswa memiliki hubungan timbal balik dalam suasana yang menyenangkan. Untuk itu, teori pembelajaran yang baik perlu dilakukan agar dapat meningkatkan hasil belajar atau prestasi.

Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri. Keduanya mempunyai hubungan yang saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dalam suasana yang wajar, menyenangkan tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar.

Untuk mewujudkan hasil belajar yang memuaskan perlu diterapkan berbagai metode atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dari teori-teori belajar, selain itu diisi dengan aktivitas-aktivitas yang bermakna dan dapat menunjang hasil belajar yang produktif dan berkelanjutan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat meningkat.

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tak dapat dilihat. Itu berarti kita tidak dapat menyaksikan proses perubahan yang terjadi dalam diri seorang yang belajar. Kita hanya dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak.37

Berbagai teknik pengajaran berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya metode yang baik dalam belajar akan

37

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2011), Cet. V, hal.


(46)

menunjukan hasil/respon yang baik. Hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya timbul dari dirinya sendiri tetapi lingkungan belajar termasuk guru juga dapat menentukannya.

Siswa akan dapat belajar di kelas bila didukung oleh tenaga pengajar yang berkualitas. Sebagai seorang pengajar, guru harus dapat membawa pembelajaran menjadi sesuatu pengalaman yang berkesan bagi siswa. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menerapkan metode yang berdasarkan teori Behaviorisme terhadap pembelajaran agar dari awal sampai akhir semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa menjadi berguna baginya.

Penerapan metode pembelajaran dalam kelas ini dapat menjadikan pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif, karena serangkaian kegiatan pembelajaran di kelas, telah direncanakan dan diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara terkontrol untuk membangkitkan perubahan hasil belajar yang baik. Apabila di kelas diterapakan metode pembelajaran secara tepat, maka pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan tentunya hasil belajar siswa akan memuaskan, tidak hanya memuaskan bagi siswanya sendiri tetapi pihak sekolah pun akan merasa puas karena telah berhasil melakukan kegiatan belajar mengajar dengan benar.

Dengan demikian diduga terdapat hubungan metode pembelajaran behaviorisme dengan hasil belajar siswa. Semakin baik metode ini dilakukan oleh guru, maka akan semakin meningkatkan hasil belajar siswa. Sebaliknya, bila semakin kurang baik teori ini diterapkan maka akan semakin membuat hasil belajar siswa menjadi rendah.


(47)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah MTs Al Hidayah Tajur Citeureup Bogor. Penelitian ini telah diawali pra survei pada Agustus 2014. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai dari awal bulan September sampai dengan akhir September 2014. Pembuatan instrument

dilaksanakan pada awal Agustus dengan tujuan digunakan untuk pelaksanaan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif, metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Metode kuantitatif yang digunakan adalah korelasi yaitu hubungan antara dua variabel atau lebih.1 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara dua variabel (Bivariate Correlation), yaitu metode pembelajaran Behaviorisme dan hasil belajar Al Quran Hadis siswa.

Kemampuan membaca Al-Qur’an siswa dijadikan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini, sedangkan variabel terikatnya adalah metode pembelajaran Behaviorisme. Apabila dapat dibuktikan adanya hubungan positif yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran Behaviorisme mempunyai peranan yang bermakna dalam menentukan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto, “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.2Nurul Zuriah, mengemukakan bahwa “po

pulasi merupakan

1

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. XXI, h. 179.

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. XIV h. 173


(48)

seluruh data yang menjadi perhatian peneliti”.3

Jadi populasi penelitian dapat disimpulkan sebagai suatu subjek penelitian yang mengenainya dapat diperoleh dari data yang dipermasalahkan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang dikelompokan kedalam tujuh kelas dan kondisi seluruh kelas VII ini relatif sama. mengingat hal ini maka peneliti mengadakan pengundian untuk menentukan kelas yang akan dilaksanakan penelitian. Setelah diadakan pengundian maka kelas VII E dengan jumlah siswa 47 anak terpilih menjadi sampel penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

1. Observasi

“Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.”4

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang profil sekolah dan bentuk kegiatan siswa.

2. Test

Menurut Nana Sudjana, “tes merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)”.5

Test ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan informasi melalui bentuk soal tertulis secara langsung dengan responden. Test ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa mengenai kemampuan membaca Al Quran pada materi hukum mim sukun .

3

Nurul Zuriyah, Metodologi Pendidikan Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), cet. II h. 116

4

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h. 231.

5


(49)

3. Angket

“Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau mengenai masalah yang akan diteliti.”6 Peneliti memberikan pertanyaan dan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawab dengan menggunakan skala Likert. Skala ini dipergunakan apabila kita menginginkan data tentang pendapat responden mengenai masalah yang diteliti. Caranya dengan menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yang ditetapkan.

E. Instument Penelitian

Adapun instrument yang digunakan oleh peneliti adalah tes membaca Al Quran. Tugas ini digunakan pada saat test dilaksanakan yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan akhir siswa setelah diberi perlakuan. Berikut pedoman penilaian hukum bacaan mim sukun siswa kelas VII MTs Al Hidayah Tajur Citereup Bogor yang telah dikonsultasikan kepada dosen ahli yaitu Dra. Djunaidatul Munawwaroh, MA; yang mengacu dari Sofyan Iskandar sebagai berikut.7

Tabel 3.1

Kisi-kisi Pedoman Komponen Penilaian Membaca Al Quran.

No Aspek yang Dinilai Skor

1 Kelancaran bacaan Al Quran 25

2 kefasihahan dalam pelafalan Al Quran 25

3 Kebenaran bacaan Al Quran sesuai hukum ilmu tajwid 25

4 Keindahan atau lagam bacaan Al Quran 25

Jumlah skor 100

6

Ibid, h. 128.

7


(50)

Adapun kriteria penilaian pembacaan Al Quran dari kisi-kisi di atas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Bacaan Al Quran

Indikator Skor Kriteria

Menyebutkan macam-macam hukum bacaan mim sukun

18-25 Sangat baik 13-18 Baik 7-12 Cukup

0-6 Kurang

Menyebutkan huruf idqam mutamasilain, ikhfa syafawi, dan izhar syafawi

18-25 Sangat baik 13-18 Baik 7-12 Cukup 0-6 Kurang Menunjukan hukum bacaan mim sukun

(idqam mutamasilain, ikhfa syafawi, dan izhar syafawi dalam Q.S. Al Bayyinah dan Al Kafirun)

18-25 Sangat baik 13-18 Baik 7-12 Cukup 0-6 Kurang Membaca kalimat atau ayat yang

mengandung hukum bacaan mim sukun dalam Q.S. Al Bayyinah dan AL Kafirun

18-25 Sangat baik 13-18 Baik 7-12 Cukup 0-6 Kurang Untuk angket, yaitu membuat beberapa pertanyaan atau test tertulis yang diajukan kepada responden untuk memilih salah satu jawaban pertanyaan yang sesuai

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrument Angket

No Variabel Dimensi Indikator No. Butir Jml

1 Penerapan metode pembelajaran Behaviorisme Pendahuluan Inti Eksplorasi Memberi salam Melakukan apersepsi Menyampaikan tujuan pembelajaran Merangsang siswa untuk berfikir

Merangsang siswa agar tertarik dengan penerapan metode pembelajaran Behaviorisme Menciptakan 1 2 3 4 5, 6 7 1 1 1 1 2 1


(51)

Elaborasi

Konfirmasi

Penutup

suasana nyaman Membacakan topik-topik bacaan

Mengajak siswa

untuk membaca

dengan keras dan lantang

Menunjuk siswa untuk membacakan lebih dahulu, serta diikuti siswa yang lain

Memberikan banyak latihan-latihan Melatih bacaan siswa secara terus menerus

Mengoreksi bacaan siswa jika terdapat kesalahan secara langsung

Memberikan

pemodelan bentuk bacaan yang lain

Meminta siswa

untuk mencari

model-model bacaan yang sama

Memberikan

pertanyaan kepada siswa sesuai hasil pengamatan

Memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk mempraktikan ulang

Memberikan umpan balik kepada siswa Melakukan evaluasi Memberikan

pertanyaan Menyimpulkan materi dari proses pembelajaran

8, 9, 10 11

11, 12

13,14, 15, 16, 17 18, 19 20, 21 22, 23 24 25 26 27 28 29, 30 3 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 2


(52)

metode pembelajaran Behaviorisme 2 Hasil belajar

Siswa

Data hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis dengan materi hukum mim sukun kemampuan membaca Al Quran

Selanjutnya instrument yang baik menurut Suharsimi Arikunto”harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliable”.8

Adapun untuk menguji valid dan reliabelnya sebuah

instrument, dilakukan dengan cara menguji coba instrument hal ini dilaksanakan dengan tujuan instrument tersebut telah valid dan reliabel.

1) Uji Validitas

Salah satu ciri instrumen itu baik adalah apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur atau disebut valid. Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan diukur.9 Dalam penelitian ini validitas tes diukur dengan rumus korelasi pearson product moment. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

= n ∑ X Y –(∑ X) (∑ Y)

√{n∑X² - (∑X)²} {n∑Y² - (∑Y)²}

Keterangan :

: koefisien korelasi n : jumlah subyek X : skor setiap item Y : skor total

∑XY : hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden

8

Suharsimi, op. cit., h. 211

9Ibid


(53)

∑X : jumlah skor X ∑Y : jumlah skor Y

∑X² : jumlah kuadrat seluruh skor X ∑Y² : jumlah kuadrat seluruh skor Y

Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka r hitung dibandingkan dengan r tabel pearson product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung> r tabel maka soal tersebut valid, dan jika r hitung< r tabel maka soal tersebut tidak valid.

Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian

Peneliti melakukan uji coba skala penelitian penerapan metode pembelajaran Behaviorisme 47 responden. Hasil uji coba dari 30 item menunjukkan bahwa terdapat 5 item yang tidak valid, yaitu nomor 10, 18, 21, 22 dan 29. Item yang tidak valid tidak dipakai dalam penelitian. Jumlah item yang dipakai dalam skala bimbingan orang tua adalah 25.

Untuk mengetahui hasil uji validitas variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme

Variabel Indikator Valid Tidak

valid Penerapan

metode pembelajaran Behaviorisme

Memberi salam Melakukan apersepsi

Menyampaikan tujuan

pembelajaran

Merangsang siswa untuk berfikir Merangsang siswa agar tertarik dengan penerapan metode pembelajaran Behaviorisme Menciptakan suasana nyaman Membacakan topik-topik bacaan Mengajak siswa untuk me mbaca dengan keras dan lantang

1 2 3

4 5, 6

7 8, 9,

11


(54)

Menunjuk siswa untuk membacakan lebih dahulu, serta diikuti siswa yang lain

Memberikan banyak latihan-latihan

Melatih bacaan siswa secara terus menerus

Mengoreksi bacaan siswa jika terdapat kesalahan secara langsung

Memberikan pemodelan bentuk bacaan yang lain

Meminta siswa untuk mencari model-model bacaan yang sama Memberikan pertanyaan kepada siswa sesuai hasil pengamatan Memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk mempraktikan ulang Memberikan umpan balik kepada siswa

Melakukan evaluasi Memberikan pertanyaan

Menyimpulkan materi dari proses pembelajaran metode pembelajaran Behaviorisme 12, 13 13, 14 15, 16, 17 19 20 22 24 25 26 27 28 30 18 21 22 29

Jumlah 25 5

2) Uji Reliabilitas

Setelah item-item tersebut diketahui validitasnya maka kemudian dihitung reliabilitasnya. Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan untuk


(1)

Nama Nilai

Responden 1 75

Responden 2 80

Responden 3 60

Responden 4 83

Responden 5 71

Responden 6 77

Responden 7 90

Responden 8 95

Responden 9 70

Responden 10 70

Responden 11 85

Responden 12 65

Responden 13 60

Responden 14 60

Responden 15 80

Responden 16 80

Responden 17 83

Responden 18 55

Responden 19 55

Responden 20 80

Responden 21 57

Responden 22 55

Responden 23 60

Responden 24 70

Responden 25 65

Responden 26 70

Responden 27 72

Responden 28 70

Responden 29 70

Responden 30 83

Responden 31 85

Responden 32 75

Responden 33 65

Responden 34 70

Responden 35 70

Responden 36 60

Responden 37 80

Responden 38 70

Responden 39 72

Responden 40 60

Responden 41 65

Responden 42 70

Responden 43 75

Responden 44 70

Responden 45 72

Responden 46 85


(2)

Lampiran 9

ANGKET

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BEHAVIORISME

Nama Siswa : ………..

Kelas : ………..

1. Sebelum proses belajar dimulai, guru PAI memberi salam kepada siswa a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

2. Sebelum memulai pembelajaran, guru PAI kalian menanyakan materi sebelumnya

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Sebelum pembelajaran dimulai, guru PAI kalian menyampaikan tujuan pembelajaran

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4. Dalam menerapkan metode pembelajaran, guru PAI kalian memberi pertanyaan yang merangsang siswa untuk berfikir

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Dalam proses pembelajaran, guru PAI kalian menjelaskan metode pembelajaran behaviorisme

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

6. Dalam proses pembelajaran, guru PAI kalian menggunakan metode pembelajaran behaviorisme dalam mengajar

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Dalam proses pembelajaran, guru PAI Mempersilahkan siswa mencatat hal-hal penting

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Guru PAI Menjelaskan materi dengan suara yang sesuai dan tidak terlalu cepat

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Guru PAI menciptakan suasana yang nyaman di dalam kelas

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 10. Guru PAI menghindari suasana yang tegang di dalam kelas

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

11. Guru PAI mampu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti siswa


(3)

12. Guru PAI memberikan pertanyaan sesuai hasil pengamatan a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Guru PAI membacakan topik-topik bacaan

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14. Guru PAI mengajak siswa untuk membaca keras dan lantang

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 15. Guru PAI membaca keras dan lantang

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

16. Guru PAI menunjuk siswa untuk membaca terlebih dahulu serta diikuti oleh siswa lain

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Guru PAI memberikan banyak latihan-latihan

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 18. Guru PAI melatih bacaan siswa secara terus-menerus

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 19. Guru PAI mengoreksi bacaan siswa secara langsung

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 20. Guru PAI memberikan pemodelan bentuk bacaan lain

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

21. Guru PAI meminta siswa untuk mencari model-model bacaan yang sama a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

22. Guru PAI memberikan pertanyaan kepada siswa sesuai hasil pengamatan a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

23. Guru PAI memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk memperaktikan ulang

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 24. Guru PAI memberikan umpan balik kepada siswa

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

25. Guru PAI menyimpulkan materi dari proses pembelajaran Behaviorisme a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah


(4)

Lampiran 10

Besarnya “r”

Product Moment ( ) Interpretasi

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan.

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedangataucukup.

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi tinggi.

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat tinggi.


(5)

(6)

Lampiran 12

Subjek X Y XY

1 71 75 5325 5041 5625

2 84 80 6720 7056 6400

3 53 60 3180 2809 3600

4 85 83 7055 7225 6889

5 62 71 4402 3844 5041

6 61 77 4697 3721 5929

7 91 90 8190 8281 8100

8 97 95 9215 9409 9025

9 76 70 5320 5776 4900

10 66 70 4620 4356 4900

11 96 85 8160 9216 7225

12 61 65 3965 3721 4225

13 53 60 3180 2809 3600

14 69 60 4140 4761 3600

15 86 80 6880 7396 6400

16 75 80 6000 5625 6400

17 78 83 6474 6084 6889

18 44 55 2420 1936 3025

19 42 55 2310 1764 3025

20 85 80 6800 7225 6400

21 61 57 3477 3721 3249

22 44 55 2420 1936 3025

23 62 60 3720 3844 3600

24 56 70 3920 3136 4900

25 57 65 3705 3249 4225

26 62 70 4340 3844 4900

27 65 72 4680 4225 5184

28 61 70 4270 3721 4900

29 60 70 4200 3600 4900

30 80 83 6640 6400 6889

31 78 85 6630 6084 7225

32 86 75 6450 7396 5625

33 73 65 4745 5329 4225

34 78 70 5460 6084 4900

35 80 70 5600 6400 4900

36 77 60 4620 5929 3600

37 85 80 6800 7225 6400

38 85 70 5950 7225 4900

39 81 72 5832 6561 5184

40 81 60 4860 6561 3600

41 84 65 5460 7056 4225

42 80 70 5600 6400 4900

43 96 75 7200 9216 5625

44 85 70 5950 7225 4900

45 70 72 5040 4900 5184

46 94 85 7990 8836 7225

47 70 60 4200 4900 3600

N = 47 ΣX =3426 ΣY = 3350

ΣXY =