Pengertian Behaviorisme Kurikulum Al Quran Hadis
keyakinan, perasaan dan sebagainya tidak dapat diamati dan karenanya tidak dapat dipelajari secara ilmiah. Seharusnya
pemeriksaan psikologis hanya berfokus pada hal-hal yang dapat diamati dan dipelajari secara objektif.
3 Belajar melibatkan perubahan perilaku. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan.
Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu
dengan lingkungan yang disengaja. Belajar dianggap sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman
dan latihan.
7
4 Belajar cenderung terjadi ketika stimulus dan respon muncul dalam waktu yang berdekatan.
Supaya hubungan stimulus-respons berkembang, kejadian- kejadian tertentu harus terjadi bersamaan dengan kejadian-
kejadian yang lain. Ketika dua kejadian muncul pada waktu yang kurang lebih bersamaan, dapat kita katakan ada kontiguitas
di antara kejadian-kejadian tersebut.
8
5 Banyak species hewan, termasuk manusia, belajar dengan cara- cara yang sama.
Behavioris terkenal dengan eksperimen mereka terhadap hewan-hewan seperti tikus dan merpati. Mereka berasumsi
bahwa banyak species memiliki proses pembelajaran yang sama. Oleh karena itu, mereka menerapakan perinsip-perinsip belajar
yang diperoleh setelah mengamati suatu species pada suatu pemahaman mengenai bagaimana species-species lain termasuk
manusia belajar. Kutipan berikut ini menunjukan behavioris
7
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011, Cet. VIII hal. 112
8
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000, cet. V h. 29
berpandangan bahwa semua mamalia belajar dengan cara yang sama.
Fenomena yang sederhana dan semi mekanis ini … yang menunjukan proses belajar hewan, adalah dasar-dasar
dari proses pembelajaran manusia. Tentu saja untuk proses belajar manusia akan lebih rumit dan lebih maju, seperti
adanya akuisisi keterampilan memainkan biola, atau pengetahuan hitungan kalkulus, atau penemuan mesin-
mesin. Namun, mustahil untuk memahami pembelajaran kultural manusia yang lebih halus dan jelas tanpa
menggunakan ide-ide yang jelas tentang kekuatan yang memungkinkan terjadinya proses belajar dalam bentuk
paling dasar yang menghubungkan respon jasmani dengan situasi yang dialami dan dirasakan langsung oleh indra.
Lebih jauh, betapapun halusnya, betapa pun rumitnya, dan betapa pun majunya bentuk belajar yang harus dijelaskan,
fakta-fakta sederhana ini
—yakni pemilihan koneksi karena koneksi itu berguna dan memuaskan dan pengabaian
koneksi karena ia tidak berguna atau menjengkelkan, reaksi berganda, situasi pikiran sebagai kondisi, aktivitas kecil-
kecilan dalam mengatasai situasi, dengan berpotensi elemen tertentu dengan menentukan respons, respon
berdasarkan analogi, dan pengalihan ikatan
—akan tetapi menjadi fakta utama, atau bahkan mungkin satu-satunya
fakta, yang diperlukan untuk menjelaskan proses belajar.
9