sudah mendekati lafal yang tepat. Kemudian penguatan ditahan sebentar sampai pelafalan menjadi lebih baik sedikit. Guru
melanjutkan mendorong pelafalan kata yang lebih sulit dan memberi penguatan untuk setiap perbaikan pengucapan.
Dorongan itu kemudian pelan-pelan ditarik. Pelajaran selesai
ketika siswa dapat melafalkan kata-kata tersebut dengan benar. f.
Keunggulan Pembelajaran Behaviorisme
Ada suatu program yang dibuat oleh kaum Behavioris. Meski bersifat komersil program ini sukses untuk mengajarkan
membaca pada anak-anak beresiko, program itu bernama DISTAR tetapi kini berubah nama menjadi SRA reading mastery. Program
ini sangat terstruktur di mana anak-anak diajari sesuai kemampuannya masing-masing.
21
Behaviorisme akan sangat membantu dalam penyelesaian masalah-masalah perilaku yang kronis di kelas. Melalui
pendekatan-pendekatan yang
telah dikembangkan
seperti penerapan analisis perilaku, analisis fungsional, dan dukungan
perilaku positif. Meski memakan waktu, pendekatan Behavioris seringkali efektif ketika pendekatan-pendekatan lain gagal.
g. Metode Pembelajaran Behaviorisme.
Teori pembelajaran Behaviorisme telah memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia pendidikan sehingga banyak metode-
metode pembelajaran yang dihasilkan dari teori ini. Berikut beberapa metode yang berdasarkan teori ini seperti metode Iqra,
demonstrasi, drill, reading aloud dan modelling.
22
1 Metode Iqra’
Metode Iqra’ merupakan suatu metode yang sangat sistematis serta terstruktur dengan baik yang berisi enam level
atau tingkatan yang terkumpul dalam satu buku. Metode ini
21
Margaret, Ibid., h. 151
22
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang, 2011 cet. I h. 112
sangat efektif diaplikasikan terutama bagi pelajar yang memulai belajar membaca Al Quran dari nol karena materi atau
bahan bacaan dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa. Dengan menggunakan metode Iqra’ para siswa dapat dengan
mudah dan cepat membaca Al Quran sehingga metode ini pernah dijadikan proyek oleh Departement Agama RI sebagai
upaya untuk meningkatkan minat baca terhadap kitab suci Al Quran.
2 Metode Reading aloud membaca keras Reading aloud berasal dari bahasa inggris yang terdiri atas
dua kata, yaitu read yang berarti membaca dan aloud yang berarti dengan suara keras. Dalam dunia pendidikan reading
aloud membaca keras diartikan sebagai sebuah strategi belajar dengan cara guru atau siswa membaca dengan suara
yang keras atau lantang.
23
Membaca suatu teks dengan keras atau nada tinggi dapat membantu siswa memfokuskan
perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, strategi ini mempunyai efek pada pemusatan perhatian dan
membuat suatu kelompok yang kohesif menyatu.
24
Metode reading aloud dapat disajikan dengan menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamakan
membaca., yakni guru mula-mula membacakan topic-topik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa tapi kadang-kadang guru
dapat menunjuk langsung siswa untuk membacakan lebih dulu, dan tentu siswa lain memperhatikan dan mengikutinya.
25
3 Metode Drill latihan
23
Mochamad Jawahir, Teknik dan Strategi Pembelajaran, Bandung: Cendekia Press, 2005, h.26
24
Mel Silberman, active learning 101 strategi pembelajaran Aktif , Yogyakarta: Bumimedia,2002, cet II h. 132
25
Tayar yusuf dan Syaiful anwar, metodologi pengajaran agama dan bahasa arab, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995, cet. I h. 163.
Metode drill atau latihan banyak digunakan dalam mempelajari ilmu bahasa asing termasuk ilmu tajwid. Metode
ini sangat efektif digunakan dalam mempelajari keterampilan karena dalam praktiknya, siswa terus menerus dilatih mekipun
banyak melakukan kesalahan sehingga siswa terbiasa melakukan yang benar sampai akhirnya siswa dapat menguasai
keterampilan yang diinginkan. 4 Demonstrasi praktik
Menurut Moh. Roqib, “Metode ini digunakan agar teori yang dipelajari langsung bisa diaplikasikan sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam memahami sesuatu”.
26
Sebagai contoh, seorang guru yang mengajarkan materi tata cara sholat
biasanya setelah mendreskripsikan secara lisan, para siswa langsung diajak ke masjid untuk mendemonstrasikannya agar
pembelajaran dapat langsung diaplikasikan oleh para siswa dalam kehidupan sehari-hari.
5 Metode Modelling pemodelan Metode ini paling efektif digunakan ketika seorang guru
ingin mengajarkan materi yang objeknya tak dapat ditemui atau susah ditemui krna jarak yang jauh dan membutuhkan waktu
atau biaya yang tidak sedikit. Maka guru tersebut cukup memberikan miniatur atau gambar yang mirip dengan objek
yang sedang dipelajari.
2. Hasil Belajar Al Quran Hadis
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu : Hasil dan Belajar. Hasil adalah suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Kemudian belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
26
Roqib, Ibid., h.115
diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu.
27
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada
individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Adapun ruang lingkup hasil belajar dari
mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs adalah sebagai berikut: 1 Membacamenulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid
2 Menterjemahkan makna tafsiran yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat dan Hadis dalam memperkaya khazanah
intelektual 3 Menerapkan isi kandungan ayathadis yang merupakan unsur
pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dibuatnya ruang lingkup di atas maka diharapkan
siswa tingkat MTs memiliki tiga standar kelulusan SKL. Pertama, memahami dan mencintai Al-
qur’an dan Al-Hadis sebagai pedoman hidup umat Islam. Kedua, meningkatkan
pemahaman Al- Qur’an Surat Al-Fatihah, dan surat pendek pilihan
melalui upaya menerapkan cara membacanya, menangkap maknanya, memahami kandungan isinya, dan mengaitkannya
dengan fenomena kehidupan. Ketiga, menghafal dan memahami makna Hadis-Hadis yang terkait dengan tema isi kandungan surat
atau ayat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
28
Menurut Gagne, “hasil belajar adalah terbentuknya konsep,
yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada pada lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk
mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori
”.
29
Proses belajar mengajar siswa bukan hanya merupakan penguasaan pengetahuan semata atau berbagai hal yang pernah
27
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT Refika Aditama, 2011 Cet. V h. 6
28
Sofwan Iskandar, loc. cit. h.1
29
Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar..., h.153