Konsep Belajar Menurut Teori Behaviorisme

berpandangan bahwa semua mamalia belajar dengan cara yang sama. Fenomena yang sederhana dan semi mekanis ini … yang menunjukan proses belajar hewan, adalah dasar-dasar dari proses pembelajaran manusia. Tentu saja untuk proses belajar manusia akan lebih rumit dan lebih maju, seperti adanya akuisisi keterampilan memainkan biola, atau pengetahuan hitungan kalkulus, atau penemuan mesin- mesin. Namun, mustahil untuk memahami pembelajaran kultural manusia yang lebih halus dan jelas tanpa menggunakan ide-ide yang jelas tentang kekuatan yang memungkinkan terjadinya proses belajar dalam bentuk paling dasar yang menghubungkan respon jasmani dengan situasi yang dialami dan dirasakan langsung oleh indra. Lebih jauh, betapapun halusnya, betapa pun rumitnya, dan betapa pun majunya bentuk belajar yang harus dijelaskan, fakta-fakta sederhana ini —yakni pemilihan koneksi karena koneksi itu berguna dan memuaskan dan pengabaian koneksi karena ia tidak berguna atau menjengkelkan, reaksi berganda, situasi pikiran sebagai kondisi, aktivitas kecil- kecilan dalam mengatasai situasi, dengan berpotensi elemen tertentu dengan menentukan respons, respon berdasarkan analogi, dan pengalihan ikatan —akan tetapi menjadi fakta utama, atau bahkan mungkin satu-satunya fakta, yang diperlukan untuk menjelaskan proses belajar. 9

d. Karakteristik Pembelajaran Behaviorisme

Ciri-ciri implementasi dari teori ini adalah: 1 Mementingkan pengaruh lingkungan 2 Mementingkan bagian-bagian 3 Mementingkan peranan reaksi 4 Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respons 5 Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya 6 Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar 7 Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan 8 Mementingkan sebab-sebab pada waktu yang lalu 9 Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan 9 B.R. Hergenhahn, Teori Belajar, Ter. dari Theories of Learning, oleh Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, cet. X h. 63 10 Menggunakan teknik coba-coba trial and error dalam penyelesaian masalah. 10

e. Teori-teori Belajar Kubu Behaviorisme

1 Ivan Pavlov 1849-1936 Bagi kalangan akademisi nama “paplov sangat terkenal dengan karyanya tentang pengkondisian klasik classical conditioning atau substitusi stimulus. Menurutnya, tingkah laku merupakan rangkaian reflex berkondisi, dengan kata lain reflex-repleks terjadi setelah adanya proses kondisi. 11 Classical conditioning merupakan teori hasil pengembangan dari teori asosiasi. Berawal dari percobaan Pavlov terhadap anjing yang mengeluarkan air liur. Dalam percobaannya bel dibunyikan sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali-kali ternyata, air liur tetap keluar setelah bel dibunyikan meskipun tidak dikeluarkan makanan. 12 2 Edward Lee Thorndike 1874-1949 Thorndike lahir pada tahun 1874 di Williamsburg, Massachusetts, putra kedua dari seorang pendeta Methodis. Ia dikenal rajin dalam melakukan riset terbukti dalam autobioghrafinya dia melaporkan bahwa sampai usia 60 tahun dia menghabiskan 20 jam sehari untuk membaca dan mendalami buku atau jurnal ilmiah. Namun, teorinya yang paling terkenal adalah connectionism yaitu asosiasi antara kesan indrawi dan impuls dengan tindakan sebagai ikatankaitan atau koneksi. 13 Teori koneksionisme adalah teori yang paling awal berkembang pada rumpun psikologi Behaviorisme. Teori ini 10 Ridwan, op. cit., h. 7-8 11 Zikri Neni Iska, Psikologi , Jakarta: Kizi Brother’s, 2006, cet. I h. 21 12 R. Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, cet. X h. 17 13 Hergenhahn, op. cit., h. 60 ditemukan dan dikembangkan atas dasar eksperimen thorndike pada kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Sebuah sangkar berbentuk kotak, berjeruji yang dilengkapi peralatan seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali. Kemudian seekor kucing lapar ditempatkan di dalam kotak. Peralatan tersebut diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing memperoleh makanan yang tersedia di depan pintu kotak tersebut. 14 3 Jhon Broadus Watson 1878-1958 Jhon B. Watson adalah seorang pendiri aliran psikologi Behaviorisme. Lahir pada tanggal 9 Januari 1878 di Greenville Amerika Serikat. bukunya yang paling berpengaruh adalah Pshychology as the Behaviorist Views it 1913. 15 Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus S dan respon R, namun S-R harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati observable dan dapat diukur. Tingkah laku adalah tindakan yang dapat dilihat dan diamati dengan cara yang objektif. Belajar adalah proses membentuk hubungan S-R, dan kekuatan hubungan S-R tergantung pada frekuensi ulangan adanya S- R. oleh sebab itu, diperlukan latihan drill dalam pembelajaran. 16 4 Burhus Frederic Skinner 1904-1990 Berdasarkan hasil survey American Psychological Association 1968 Skinner adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam psikologi kontemporer yang telah memberikan kontribusi pada metodologi penelitian psikologi terutama dalam menyempurnakan gagasan Ivan Pavlov. 17 Karya tulisnya yang paling terbaru berjudul About 14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2015 cet. XV h. 103 15 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: PT Mizan Publika, 2004, cet. I h. 46 16 Ridwan,op. cit., h. 6 17 Richard I. Evans, B. F. Skinner the Man and His Ideas, New York: E. P. Dutton, 1968 hal. 11 Behaviorism. Tema pokok yang menghiasi karya-karyanya adalah bahwa penggunaan konsekuensi menyenangkan maupun tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku yang disebut pengkondisian operant operant conditioning. 18 Teori operant conditioning merupakan teori yang telah mencapai tahap penyempurnaan dari sekian teori pada rumpun psikologi Behaviorisme. Teori ini dirintis oleh Skinner hasil penelitiannya terhadap tikus dan merpati yang ditempatkan dalam sebuah kotak hasil modifikasi yang disebut kotak Skinner. Hasil eksperimennya membuahkan prinsip pembelajaran terpenting yaitu perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi langsungnya. Dalam arti konsekuensi menyenangkan akan memperkuat serta menambah frekuensi suatu perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah bahkan akan menghilangkan frekuensi suatu perilaku. 19 Menurut Skinner, dalam pengajaran pertama sekali dilakukan oleh seorang guru adalah menentukan kerangka utama perilaku yang tepat dan yang ingin dibentuk, kemudian perilaku itu didorong melalui petunjuk yang bersifat intruksional, lalu perlahan dorongan itu dihilangkan. 20 Sebagai contoh dalam pembelajaran di kelas, jika seorang guru ingin mengajarkan hukum dalam ilmu tajwid yang baru, biasanya guru tersebut memberikan contoh dalam bentuk sederhana, mengucapkan kata lalu siswa diajak untuk mengulangi kata- kata itu. Penguatan diberikan pada awal untuk pelafalan yang 18 Muhibbin, op. cit., h. 109 19 Robert E. Slavin Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Ter. dari Educational Psychology: Theory and Practice, oleh Marianto Samosir, Jakarta: PT Indeks 2011, cet. IX h. 181 20 Margaret E. Gredler, Learning and Intruction: Teori dan Aplikasi, Ter. dari Learning and Intruction: Theory into Practice oleh Tri Wibowo B.S, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, cet. I h. 147