Pneumonia pada anak yang berusia kurang dari 2 bulan Fisiologi Pengeluaraan ASI Volume Produksi ASI

maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati Misnadiarly, 2008.

d. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis . Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia PCP. Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru Djojodibroto, 2009.

2.1.3 Klasifikasi Pneumonia

Klasifikasi pneumonia berdasarkan umur diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Pneumonia pada anak yang berusia kurang dari 2 bulan

a. Pneumonia berat Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusui jika sebelumnya menyusu dengan baik, kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam 38ºC atau lebih atau suhu tubuh yang rendah di bawah 35,5 ºC, pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral pada lidah, serangan apnea , distensi abdomen dan abdomen tegang. Universitas Sumatera Utara b. Bukan pneumonia Anak kurang dari 2 bulan yang nafasnya kurang dari 60 kali per menit dan tidak mengalami tarikan kuat dinding dada bagian bawah ke dalam tidak terdapat tanda pneumonia berat.

B. Pneumonia pada anak usia 2 bulan - 5 tahun

a. Pneumonia sangat berat Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan. b. Pneumonia berat Batuk atau kesulitan bernapas ditandai dengan nafas cepat dan sesak nafas yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam., tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum. c. Pneumonia Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Patokan nafas cepat adalah 50 kali permenit atau lebih untuk anak umur 2 -12 bulan dan untuk anak umur 1-5 tahun adalah 40 kali permenit atau lebih. d. Bukan pneumonia Batuk Pilek Biasa Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau tanpa penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan nafas tidak cepat. e. Pneumonia persisten Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, Universitas Sumatera Utara biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan WHO, 2003.

2.1.4 Gejala dan Tanda Pneumonia

a. Gejala Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat bewarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala Misnadiarly, 2008. b. Tanda Menurut Misnadiarly 2008, tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain : Batuk nonproduktif ; Ingus nasal discharge ; suara napas lemah ; Penggunaan otot bantu napas ; Demam ; Cyanosis kebiru-biruan ; Thorax photo menunjukan infiltrasi melebar ; Sakit kepala; Kekauan dan nyeri otot; Sesak napas; Menggigil; Berkeringat; Lelah; Terkadang kulit menjadi lembab ; Mual dan muntah

2.1.5 Cara Penularan Penyakit Pneumonia

Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu Universitas Sumatera Utara terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita Azwar, 2002.

2.1.6 Diagnosis Pneumonia

Dalam pelaksanaan program P2 ISPA, penentuan klasifikasi pneumonia berat dan pneumonia sekaligus merupakan penegakan diagnosis, sedangkan penentuan klasifikasi bukan pneumonia tidak dianggap sebagai penegakan diagnosis. Jika seorang balita keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi bukan pneumonia maka diagnosis penyakitnya adalah : batuk pilek biasa common cold , pharyngitis, tonsillitis, otitis atau penyakit ISPA non-pneumonia lainnya.Dalam pola tatalaksana penderita pneumonia yang dipakai oleh Program P2 ISPA, diagnosis pneumonia pada balita didasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernapas disertai peningkatan frekuensi napas napas cepat sesuai umur. Adanya napas cepat fast breathing ini ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernapasan. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada usia 2 bulan - 1 tahun dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun - 5 tahun. Diagnosis pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernapas disertai napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam chest indrawing pada anak usia 2 bulan - 5 tahun. Untuk kelompok umur 2 bulan diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat, Universitas Sumatera Utara yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam severe chest indrawing.

2.2 Karakteristik Balita

2.2.1 Umur

Istilah umur adalah lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama Nuswantari, 1998. Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan Hoetomo, 2005. Bayi lebih mudah terkena pneumonia dibandingkan dengan anak balita. Anak berumur kurang dari 1 tahun mengalami batuk pilek 30 lebih besar dari kelompok anak berumur antara 2 sampai 3 tahun. Mudahnya usia di bawah 1 tahun mendapatkan resiko pneumonia, disebabkan imunitas yang belum sempurna dan lubang saluran pernapasan yang relatif masih sempit. Prevalensi infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah pneumonia lebih tinggi pada umur yang lebih muda. Ini terlihat dari hasil SDKI tahun 1997 yang menunjukkan prevalensi pneumonia paling tinggi terdapat pada kelompok umur 6-11 bulan yaitu 12 Djaja, 2000. Menurut hasil penelitian oleh Sulaeman 2011, menyatakan bahwa usia anak berhubungan dengan kejadian pneumonia balita. Anak yang berusia lebih Universitas Sumatera Utara muda, beresiko untuk menderita pneumonia 2,48 kali lebih besar dengan anak yang berusia lebih tua. 2.2.2 Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir Hungu, 2007. Berdasarkan hasil SDKI tahun 1997 menunjukkan adanya perbedaan prevalensi 2 minggu pada balita dengan batuk dan napas cepat yang merupakan cirri khas pneumonia antara anak laki-laki dengan perempuan, dimana prevalensi untuk anak laki-laki adalah 9,4 sedangkan untuk anak perempuan 8,5 Depkes RI, 1997. 2.2.3 Berat Badan Lahir Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir . Kosim, 2008 Berat badan lahir bayi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu: 1. Berat badan lahir rendah jika berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. 2. Berat badan lahir normal bila berat antara 2500 – 4000 gram 3. Bayi besar bila berat badan lahir lebih dari 4000 gram Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Umur Ibu Hamil Umur ibu hamil yang masih muda, perkembangan organ - organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaanya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan Setianingrum, 2005. 2. Umur kehamilan Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin , semakin tua kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur kehamilan 28 minggu berat janin ± 1000 gram, sedangkan pada kehamilan 37 – 42 minggu berat janin di perkirakan mencapai 2500 – 3500 gram Wiknjosastro, 2005. Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat dikelompokan : a. Bayi kurang bulan BKB, yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi 37 minggu 259 hari. b. Bayi cukup bulan BCB, bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37- 42 minggu 259 - 293 hari c. Bayi lebih bulan BLB, bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi 42 minggu 294 hari Universitas Sumatera Utara 3. Status Gizi Hamil Status gizi pada trimester pertama akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan pembentukan organ – organ tubuh organogenesis. Pada trimester II dan III kebutuhan janin terhadap zat – zat atus gizi semakin meningkat jika tidak terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi kemampuannya dalam mensintesis zat – zat yang dibutuhkan oleh janin. 4. Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan Depkes RI, 2000 dalam Setianingrum, 2005. 5. Kehamilan ganda Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan persalinan premature dengan BBLR. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim Datta, 2004. Universitas Sumatera Utara 6. Penyakit Saat Kehamilan Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes mellitus DM, cacar air, dan penyakit infeksi TORCH. 7. Faktor Kebiasaan Ibu Kebiasaan ibu sebelum selama hamil yang buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomaly plasenta karena plasenta tidak mendapat nutrisi yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar makanan ke janin. Selain itu, aktifitas yang berlebihan juga dapat merupakan faktor pencetus terjadinya masalah berat badan lahir rendah. Berat badan lahir rendah ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena bayi rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran pernapasan bagian bawah Ngastiyah, 1997. Menurut Sulistyowati 2000 bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi berat badan lebih dari 2500 gram saat lahir selama satu tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab terbesar kematian akibat infeksi pada bayi yang baru lahir dengan berat badan rendah, bila dibandingkan dengan bayi yang beratnya diatas 2500 gram.

2.2.4 ASI Ekslusif

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam- garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai Universitas Sumatera Utara makanan utama bayi Soetjiningsih, 1997. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan Depkes RI, 2004. Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tambahan makan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan, setelah bayi berusia 6 bulan, ia harus mulai dikenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai berusia dua tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun Roesli, 2000.

A. Fisiologi Pengeluaraan ASI

Saat bayi menghisap payudara, hisapan ini menstimulasi ujung syaraf payudara. Syaraf memerintahkan otak untuk mengeluarkan dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin merangsang alveoli untuk lebih banyak ASI Sementara itu, hormon oksitosin menyebabkan sel-sel otot di sekitar alveoli mengerut, mendorong ASI masuk ke saluran penyimpanan sehingga bayi dapat menghisapnya. Semakin sering dan semakin lama bayi menghisap, semakin banyak ASI yang dihasilkan. Pengeluaran ASI juga disebut sebagai reflex let down yang mekanisme kerjanya dikontrol oleh reflek neurohormonal Roesli,2000

B. Volume Produksi ASI

Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar –kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, Universitas Sumatera Utara air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI semakin efektif dan terus- menerus meningakat pada 10-14 hari setelah melahirkan. Kondisi tersebut berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan volume pengeluaran air susu mulai menurun. Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, dan harus mendapatkan makanan tambahan Prasetyono, 2009.

C. Klasifikasi ASI