Penelitian  ini  menyimpulkan  bahwa  teknik  LFA  dapat dilakukan dengan  adanya pemantauan EtCO
2
dan absorben yang baik.
17
J-Y  Park  dkk  2005,  melaporkan  tidak  ada  perbedaan  yang  signifikan  terhadap nilai  FiO
2
dan  EtCO
2
pada  teknik  anestesi  inhalasi  dengan  FGF  1  litermenit,  2 litermenit dan 4 litermenit selama 20 menit pengamatan.
18
Avramov  dkk  1998,  mengevaluasi  efek  nilai  FGF  terhadap  kemampuan  untuk mengendalikan  respon  hemodinamik  akut  selama  tindakan  operasi.  Mereka
melaporkan bahwa teknik LFA 1 litermenit lebih efektif dalam mengendalikan respon hemodinamik akut selama tindakan operasi.
19
Dari beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik  LFA memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan teknik HFA. Namun demikian, pada saat
penggunaan  teknik  LFA  direkomendasikan  oleh  banyak  penelitian,  dampaknya terhadap  status  respirasi  dan  hemodinamik  pasien  masih  sedikit  sekali  diteliti.
Penelitian  oleh  Young  dkk,  dilakukan  pada  prosedur  operasi  laparascopic cholecystectomy  yang  memiliki  resiko  untuk  terjadinya  hiperkarbia.  Penelitian
oleh  Taghavi  dkk,  dilakukan  pada  ibu  hamil  dengan  prosedur  operasi  sectio cesarean.  Sedangkan  penelitian  oleh  J-Y  Park  dkk,  hanya  dilakukan  selama  20
menit  pengamatan.  Oleh  karenanya,  peneliti  tertarik  untuk  melakukan  penelitian tentang  perbandingan  SpO
2
dan  EtCO
2
pada  anestesi  umum  intubasi  dengan teknik low flow anesthesia dan high flow anesthesia.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah  tidak  terdapat  perbedaan  nilai  SpO
2
dan  EtCO
2
pada  anestesi  umum intubasi dengan teknik low flow anesthesia dan high flow anesthesia ?
1.3 Hipotesis
Tidak  terdapat  perbedaan  yang  bermakna  nilai  SpO
2
dan  EtCO
2
pada  anestesi umum intubasi dengan teknik low flow anesthesia dan high flow anesthesia.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum
Mengetahui  keamanan  penggunaan  teknik  low  flow  anesthesia  dibandingkan dengan teknik high flow anesthesia dengan penilaian SpO
2
dan EtCO
2
.
1.4.2 Tujuan khusus
1.  Mengetahui nilai SpO
2
dan EtCO
2
pada kelompok yang menggunakan teknik low flow anesthesia.
2.  Mengetahui  nilai  SpO
2
dan  EtCO
2
pada  kelompok  yang  menggunakan  teknik  high flow anesthesia.
3.  Membandingkan nilai SpO
2
dan EtCO
2
selama tindakan anestesi pada kelompok  yang menggunakan teknik low flow anesthesia dengan kelompok yang menggunakan teknik
high flow anesthesia. 4.  Membandingkan  jumlah  zat  anestesi  inhalasi  isoflurane  yang  terpakai  selama
tindakan  anestesi  pada  kelompok  yang  menggunakan  teknik  low  flow  anesthesia dengan kelompok yang menggunakan teknik high flow anesthesia.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Dalam Bidang Akademik
Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menjadi  tambahan  rujukan  dan  khasanah pengetahuan kepada klinisi tentang tingkat keamanan penggunaan teknik low flow
anesthesia dibandingkan dengan teknik high flow anesthesia.
1.5.2 Manfaat Dalam Bidang Pelayanan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pelayanan rumah sakit  dalam  penggunaan  teknik  low  flow  anesthesia  sehingga  dapat  mengurangi
biaya pemakaian zat anestesi inhalasi.
1.5.3 Manfaat Dalam Bidang Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data untuk penelitian  lanjutan dalam  penggunaan  teknik  low  flow  anesthesia  khususnya  pada  operasi  bedah
saraf.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Low Flow Anesthesia dan High Flow Anesthesia
Saat ini penggunaan teknik anestesi aliran rendah low flow anesthesia menghasilkan sistem  rebreathing  yang  adekuat. Penerimaan  dari  metode  ini telah  berkembang  pesat  sejak
pengenalan pertama dari zat anestesi inhalasi baru dan pemasangan monitor gas pada mesin anestesi.  Lebih  lanjut,  pada  penggunaan  teknik  anestesi  aliran  tinggi  high  flow anesthesia
tidak dapat menghasilkan sistem rebreathing yang adekuat.
1,20,21
Perkembangan  penemuan  zat  anestesi  inhalasi  dengan  kelarutan  dalam  darah  dan jaringan  yang rendah, akan memfasilitasi  kesetimbangan dengan cepat antara  konsentrasi di
dalam alveolus dan konsentrasi di otak, membuatnya cocok untuk teknik low flow anesthesia. Sebagian  besar  mesin  anestesi  modern  telah  dilengkapi  dengan  sistem  circle  rebreathing
yang  menurunkan  kecepatan  FGF.  Manfaat  teknik  rebreathing  lebih  nyata  jika  kecepatan FGF  diturunkan  hingga  kurang  dari  setengah  MV  minute  ventilation  =  udara  yang  keluar
masuk paru dalam 1 menit pasien, biasanya 3 L menit. Teknik FGF rendah mempengaruhi kinetik  gas  pada  sistem  sirkuit  khususnya  jika  FGF  1  Lmenit,  sehingga  diperlukan
pemantauan  konsentrasi  gas  inspirasi  dan  ekspirasi.  Pemantauan  gas  komprehensif  tidak hanya menjamin keamanan pasien, tetapi juga memfasilitasi pemberian gas yang tepat untuk
pasien.
1,21
Low  flow  anesthesia  dapat  didefinisikan  sebagai  suatu  teknik  yang  menyesuaikan FGF  dengan  kebutuhan  oksigen  pasien  sekitar  200  mLmenit  dan  untuk  anestetik  volatil.
Low flow anesthesia menggunakan FGF  setengah MV pasien, biasanya 3 Lmenit. Foldes 1954  menurunkan  FGF  menjadi  1  Lmenit.  Teknik  anestesi  aliran  rendah  tidak  hanya
memberikan pertimbangan ekonomis dan manfaat ekologi, tetapi juga meningkatkan kualitas perawatan  pasien.  Sebanyak  80  gas  anestetik  dibuang  saat  digunakan  FGF  5  Lmenit.
Beberapa  studi  juga  membuktikan  bahwa  penggunaan  teknik  low  flow  anesthesia  dan minimal flow
anesthesia dapat secara dramatis menurunkan biaya tahunan anestetik volatile.
Penurunan  FGF  dari  3  Lmenit  menjadi  1  Lmenit  menghasilkan  penghematan  sekitar  50 konsumsi total anestetik volatil.
1,21,22
Anestesi  aliran  tinggi  juga  menyebabkan  polusi  lingkungan.  Sebagai  contoh,  N
2
O diperkirakan  bertanggung  jawab  terhadap  10  efek  rumah  kaca.
Halothan,  enflurane,  dan isoflurane  mengandung  chlorine,  yang  diyakini  mempunyai  potensi  merusak  lapisan  ozon.
Sedangkan  desflurane  dan  sevoflurane  yang  tidak  mengandung  chlorine  tidak  berpotensi merusak lapisan ozon akan tetapi berkontribusi terhadap tejadinya efek rumah kaca.
3
Gas  yang  dihantarkan  dengan  FGF  tinggi  biasanya  kering  dan  dingin,  sedangkan penurunan FGF membuat gas  yang diresirkulasi hangat dan lembab. Lebih banyak gas  yang
disirkulasi  melalui  CO
2
absorber,  lebih  banyak  panas  dan  kelembaban  yang  dihasilkan melalui  proses  absorpsi  CO
2
.  Menghirup  gas  yang  hangat  dan  lembab  selama  anestesi bermanfaat untuk pasien karena beberapa alasan
3,4,5,6,7,8
: •   Gas yang hangat dapat mempertahankan suhu tubuh. Di beberapa Negara atau di praktek
pediatrik,  di  mana  alat  pertukaran  panas  dan  kelembapan  tidak  digunakan  secara  rutin, konservasi panas dan kelembapan dalam sistem pernapasan dibantu dengan penggunaan
FGF rendah. •   Pencegahan kehilangan panas selama anestesi mencegah kejadian menggigil pascaoperasi
•  Humidifikasi  gas  pernapasan  akan  menurunkan  kehilangan  air  dari  jalan  napas  dan mencegah pengeringan jalan napas dan bronkus selama intubasi endotrakeal.
2.2. Sirkuit Anestesi