PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII B SMP TAMTAMA KEMRANJEN BANYUMAS TAHUN AJARAN 2013 2014

(1)

TAHUN AJARAN 2013/2014

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh Novi Istiqomah

1301409017

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014


(2)

ii

Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jum’at

Tanggal : 24 Januari 2014

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Budiyono, M.S Kusnarto Kurniawan, M.Pd., Kons. NIP. 19631209 198703 1 002 NIP. 19710114 200501 1 002

Penguji Utama

Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd NIP. 19581103 198601 2 001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Dr. Awalya, M.Pd., Kons. Dra. Sinta Saraswati, M.Pd., Kons. NIP. 19600205 199802 1 001 NIP. 19600605 199903 2 001


(3)

iii

hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 7 Januari 2014

Novi Istiqomah NIM. 1301409017


(4)

iv

Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi (Ernest Newman)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak Sukandar dan Ibu Rukiyah, kedua orang tuaku yang selalu memberikan cinta dan doa yang tiada hentinya mengiringi langkahku, 2. Adik-adikku Irvan dan Fikri serta Mbah Putri

atas segala doa dan kasih sayang,

3. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 atas segala bantuan dan motivasinya,


(5)

v

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Layanan Penguasaan Konten terhadap Kebiasaan Belajar pada Siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi ini diajukan dalam rangka diberikan gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, arahan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Drs. Hardjono, M.Pd. yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian.

3. Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Drs. Eko Nusantoro, M.Pd. yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyelesaikan penyusunan skripsi. 4. Penguji Utama Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd yang telah meluangkan waktu,

tenaga, pikiran serta dengan sabar membimbing hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

5. Dosen Pembimbing I Dr. Awalya, M.Pd., Kons. yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta dengan sabar membimbing hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.


(6)

vi

7. Kepala SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Dra. Wiwik Handayani yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian.

8. Guru Bimbingan dan Konseling SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Dra. Sri Imtihanah yang membantu selama pelaksanaan penelitian.

9. Bapak, Ibu, Adik-adik dan Keluarga yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.

10. Faskhau Maulvi Alim yang selalu membantu dan memberikan semangat luar biasa dalam penyusunan skripsi ini.

11. Dinka, Laras, Niken, Priska, Dimas, sahabat dan teman-teman BK angkatan 2009 yang memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 12. Semua pihak yang belum disebutkan atas andil baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Pada akhirnya guna peningkatan kualitas, kritik serta saran yang membangun akan senantiasa penulis terima dengan lapang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Semarang, 7 Januari 2014


(7)

vii

Kebiasaan Belajar pada Siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Awalya, M.Pd., Kons. Pembimbing II: Dra. Sinta Saraswati, M.Pd., Kons.

Kata Kunci:kebiasaan belajar siswa, layanan penguasaan konten.

Kebiasaan belajar siswa dapat diartikan cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan belajar. Kebiasaan belajar siswa kelas VIII B masuk dalam kategori rendah berdasarkan hasil analisis DCM. Rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh layanan penguasaan konten terhadap kebiasaan belajar siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014?

Jenis penelitian adalah eksperimen dan desain penelitian Pre Eksperimen Design dengan One Group Pre-test and Post-test Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Tamtama Kemranjen Banyumas yang jumlahnya 62 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dimana yang menjadi sampel adalah siswa kelas VIII B berjumlah 31 siswa yang memiliki kebiasaan belajar kurang. Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologi. Validitas instrumen menggunakan rumus product moment. Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase dan t-test.

Hasil penelitian menunjukkan gambaran siswa sebelum diberikan layanan penguasaan konten memiliki presentase rata-rata kebiasaan belajar 60,0% (kategori sedang). Setelah memperoleh layanan penguasaan konten meningkat menjadi 78,5% (kategori tinggi). Berdasarkan analisis uji coba diperoleh thitung =

13,877 dan ttabel = 2,042, jadi nilai thitung> ttabel. Berdasarkan perhitungan tersebut

maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kebiasaan belajar siswa sebelum dan setelah diberikan layanan penguasaan konten.

Simpulan yang dapat diambil yaitu layanan penguasaan konten memberikan pengaruh positif terhadap kebiasaan belajar siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas. Dari hasil penelitian tersebut maka saran yang dapat disampaikan kepada kepala sekolah agar memfasilitas guru BK untuk memperdalam dan mengembangkan layanan Bimbingan Konseling khususnya layanan penguasaan konten, serta bagi guru BK agar meningkatkan frekuensi pemberian layanan penguasaan konten terkait kebiasaan belajar siswa.


(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

1.5 Garis Besar Sistematika Penyusunan ... 8

1.5.1 Bagian Awal ... 8

1.5.2 Bagian Isi ... 8

1.5.3 Bagian Akhir ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Kebiasaan Belajar Siswa ... 13

2.2.1 Pengertian Kebiasaan Belajar Siswa ... 13

2.2.2 Pembentukan Kebiasaan Belajar Siswa ... 14

2.2.3 Aspek-Aspek Kebiasaan Belajar ... 15

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar ... 26

2.2.5 Cara-Cara Mengembangkan Kebiasaan Belajar ... 28

2.3 Layanan Penguasaan Konten ... 29

2.3.1 Pengertian Layanan Penguasaan Konten ... 29

2.3.2 Materi Umum Layanan Penguasaan Konten ... 30

2.3.3 Tujuan Layanan Penguasaan Konten ... 32

2.3.4 Fungsi Layanan Penguasaan Konten ... 32

2.3.5 Asas-Asas Layanan Penguasaan Konten ... 34

2.3.6 Komponen Layanan Penguasaan Konten ... 35

2.3.7 Pendekatan Layanan Penguasaan Konten ... 35

2.3.8 Penilaian Layanan Penguasaan Konten ... 37

2.3.9 Operasionalisasi Layanan Penguasaan Konten ... 37

2.4 Pengaruh Layanan Penguasaan Konten terhadap Kebiasaan Belajar Siswa ... 38


(9)

ix

3.1.2 Desain Penelitian ... 45

3.2 Variabel Penelitian ... 54

3.2.1 Identifikasi Variabel ... 54

3.2.2 Hubungan Antarvariabel ... 54

3.2.3 Definisi Operasional ... 55

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 57

3.3.1 Populasi Penelitian ... 57

3.3.2 Sampel Penelitian ... 57

3.4 Metode dan Alat Pengumpul Data ... 59

3.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 59

3.4.2 Alat Pengumpul Data ... 60

3.5 Prosedur Penyusunan Instrumen ... 62

3.6 Uji Instrumen Penelitian ... 65

3.6.1 Validitas Instrumen ... 65

3.6.2 Reliabilitas Instrumen ... 68

3.7 Teknik Analisis Data ... 69

3.7.1 Analisis Deskriptif Presentase ... 70

3.7.2 Analisis Kuantitatif ... 71

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 74

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Kuantitatif ... 74

4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Kualitatif ... 89

4.2 Pembahasan ... 97

4.2.1 Gambaran Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Sebelum Diberikan Layanan Penguasaan Konten ... 97

4.2.2 Gambaran Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Setelah Diberikan Layanan Penguasaan Konten ... 99

4.2.3 Perbedaan Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Sebelum dan Setelah Diberikan Layanan Penguasaan Konten ... 104

4.3 Keterbatasan dalam Penelitian ... 107

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 108

5.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(10)

x

No Tabel Halaman

3.1 Rancangan Materi Layanan Penguasaan Konten ... 48

3.2 Populasi Penelitian ... 57

3.3 Penskoran Kategori Pernyataan Skala Likert ... 61

3.4 Kisi-kisi Skala Kebiasaan Belajar Siswa ... 63

3.5 Kriteria Penilaian Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa ... 71

4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pre TestSkala Kebiasaan Belajar Siswa ... 75

4.2 Hasil Pre TestSkala Kebiasaan Belajar Siswa Per Indikator ... 75

4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Post TestSkala Kebiasaan Belajar Siswa ... 76

4.4 Hasil Post TestKebiasaan Belajar Siswa Per Indikator ... 77

4.5 Hasil Presentase Skor Sebelum dan Setelah Memperoleh Layanan Penguasaan Konten ... 78

4.6 Perbandingan Hasil Perhitungan Pre Testdan Post TestKebiasaan Belajar Siswa ... 79

4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Ketepatan Waktu Menyelesaikan Tugas Akademik ... 80

4.8 Distribusi Frekuensi Indikator Menghindarkan Diri dari Hal-Hal yang Memungkinkan Tertundanya Penyelesaian Tugas ... 81

4.9 Distribusi Frekuensi Indikator Menghilangkan Rangsangan yang Mengganggu Konsentrasi Belajar ... 83

4.10 Distribusi Frekuensi Indikator Penggunaan Cara Belajar yang Efektif dan Efisien ... 84

4.11 Distribusi Frekuensi Indikator Penggunaan Keterampilan Belajar ... 86

4.12 Hasil Uji Normalitas Data ... 88

4.13 Hasil Analisis Uji Beda (T-Test) ... 88


(11)

xi

No Gambar Halaman

3.1 Desain Penelitian Pre Experimentaldengan One Group Pre Test

dan Post Test... 47 3.2 Hubungan Antarvariabel X dan Y ... 55 3.3 Prosedur Penyusunan Instrumen ... 62 4.1 Grafik Peningkatan Kebiasaan Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah

Diberikan Layanan Penguasaan Konten ... 78 4.2 Perbandingan Pre Test Dan Post TestIndikator Ketepatan Waktu

Menyelesaikan Tugas Akademik ... 80 4.3 Perbandingan Pre Test dan Post TestIndikator Menghindarkan Diri

dari Hal-Hal yang Memungkinkan Tertundanya Penyelesaian Tugas... 82 4.4 Perbandingan Pre Test dan Post TestIndikator Menghilangkan

Rangsangan yang Mengganggu Konsentrasi Belajar ... 83 4.5 Perbandingan Pre Test dan Post TestIndikator Penggunaan Cara

Belajar yang Efektif dan Efisien ... 85 4.6 Perbandingan Pre Test dan Post TestIndikator Menghindarkan Diri


(12)

xii

1. Daftar Cek Masalah ... 114

2. Pedoman Wawancara dengan Wali Kelas ... 124

3. Kisi-kisi Instrumen Sebelum Try Out ... 125

4. Kisi-Kisi Instrumen Setelah Try Out ... 128

5. Item Valid dan Tidak Valid Skala Kebiasaan Belajar Siswa ... 131

6. Skala Kebiasaan Belajar Sebelum Try Out ... 139

7. Skala Kebiasaan Belajar Setelah Try Out ... 145

8. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ... 150

9. Perhitungan Validitas ... 153

10. Perhitungan Reliabilitas ... 154

11. Hasil Perhitungan Data (Pre Test) ... 155

12. Hasil Perhitungan Data (Post Test) ... 158

13. Hasil Persentase Pre Testdan Post TestPer Indikator ... 161

14. Perhitungan Uji T-test ... 162

15. Daftar Siswa yang Mengikuti Try Out ... 163

16. Daftar Siswa yang Mengikuti Pre Test ... 164

17. Daftar Hadir Siswa yang mengikuti Layanan Penguasaan Konten ... 165

18. Daftar Siswa yang Mengikuti Post Test ... 166

19. Satuan Layanan Penguasaan Konten dan Materi Layanan ... 167

20. Pedoman Observasi Kebiasaan Belajar Siswa ... 237

21. Hasil Analisis Observasi Kebiasaan Belajar Siswa ... 239

22. Pedoman Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Mengenai Kebiasaan Belajar Siswa ... 247

23. Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Mengenai Kebiasaan Belajar Siswa Setelah Diberikan Layanan Penguasaan Konten ... 248

24. Laporan Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten ... 253

25. Deskripsi Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten dan Perkembangan Tiap Pertemuan ... 269

26. Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian ... 277


(13)

1

1.1 Latar Belakang

Setiap orang, baik di sadari ataupun tidak selalu melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan harian yang di mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali akan diwarnai oleh kegiatan belajar. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang. Selain itu, belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi seseorang.

Menurut Muhibbin Syah (2006: 68), “belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Menurut Slameto (2010: 2) “belajar suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk diberikan suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dari beberapa pendapat mengenai belajar maka dapat diartikan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap akibat dari kegiatan meniru, latihan, ganjaran, penguatan dan pengalaman. Perubahan di sini adalah perubahan yang sifatnya positif seperti dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dan perubahan


(14)

yang dapat disebut sebagai hasil belajar adalah perubahan yang bergerak ke arah positif atau ke arah yang lebih baik.

Di dalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar dan konsep diri (Djaali, 2012: 101). Menurut Syamsu Yusuf, L. N (2006 : 116) adalah “Kebiasaan belajar adalah perilaku (kegiatan) belajar yang relatif menetap karena sudah berulang-ulang (rutin) dilakukan, baik cara, strategi belajar, maupun pendekatan yang digunakan dalam belajar”. Sedangkan menurut Djaali (2012: 128) “kebiasaan belajar dapat diartikan cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan”. Seperti yang telah dijelaskan di atas, kebiasaan belajar merupakan perilaku (kegiatan) belajar yang relatif menetap karena sudah berulang-ulang (rutin) dilakukan baik cara, strategi belajar, maupun pendekatan yang digunakan dalam belajar seperti pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.

Menurut Slameto (2010: 76) belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin. Sumadi Suryabrata (2011: 153) merumuskan bahwa cara belajar yang efisien adalah dengan usaha sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi perkembangan individu yang belajar. Yang paling penting siswa mempraktikkan dalam belajar sehari-hari sehingga lama-kelamaan menjadi kebiasaan, baik di dalam maupun di luar kelas.


(15)

Berdasarkan hasil analisis Daftar Cek Masalah yang diberikan kepada siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014 diketahui bahwa siswa memiliki masalah terkait dengan kebiasaan belajar. Dari hasil analisis Daftar Cek Masalah (DCM) diketahui bahwa masalah yang paling banyak dialami siswa adalah belajar tidak teratur waktunya dengan derajat masalah E atau prosentase pemilihan 67,7% atau 21 anak. Berikut ini akan disajikan hasil analisis Daftra Cek Masalah yang telah diberikan kepada siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014 secara rinci: belajar tidak teratur waktunya dengan prosentase 67,7% (21 siswa) dan derajat pemilihan E; sukar mengingat pelajaran yang telah dihafal dengan prosentase 41,9 % (13 siswa) dan derajat pemilihan D; kalau belajar sering mengantuk dengan prosentase 41,9% (13 siswa) dan derajat pemilihan D; sering merasa malas belajar dengan prosentase 41,9% (13 siswa) dan derajat pemilihan D; belajar dengan cara menghafal dengan prosentase 54,8% (17 siswa) dan derajat pemilihan E; belajar dengan membuat ringkasan dengan prosentase 54,8% (17 siswa) dan derajat pemilihan E.

Peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas VIII B untuk menindaklanjuti hasil analisis Daftar Cek Masalah (DCM). Dari hasil wawancara diketahui bahwa siswa kelas VIII B kurang memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas. Selain itu, ketika dilakukan kegiatan secara berkelompok di dalam kelas, siswa kurang aktif dalam mengikutinya. Hal ini tercermin dengan mereka ribut sendiri ketika diskusi kelompok.


(16)

Berdasarkan data awal di atas, sudah seharusnya seorang siswa memiliki kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan belajar siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen tahun ajaran 2013/2014 harus segera di ubah ke arah yang positif, karena apabila tidak segera diperbaiki dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.

Salah satu sistem yang dapat difungsikan dalam upaya pengembangan kebiasaan belajar adalah layanan penguasaan konten atau layanan pembelajaran. Layanan dalam kegiatan bimbingan konseling ini merupakan sebuah opsi yang dapat dijalankan konselor dalam rangka membantu siswa menemukan cara-cara efektif dan sesuai bagi dirinya untuk melangsungkan kegiatan belajar. Penemuan cara-cara yang efektif dalam kegiatan belajar diyakini dapat membantu dalam membentuk persepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar.

Menurut Prayitno (2004: 2) definisi layanan penguasaan konten adalah “layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar”. Jadi di dalam layanan penguasaan konten harus terdapat suatu konten atau kemampuan atau kompetensi tertentu yang dibelajarkan kepada siswa dan diharapkan siswa mampu menguasai konten tersebut secara matang. Konten dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar siswa. Dalam upaya mengembangkan keterampilan belajar, guru dapat melangsungkan layanan tentang cara membuat catatan, membuat ringkasan, membaca efektif, bertanya efektif. Sedangkan dalam pengembangan sikap belajar, guru dapat memberikan pelayanan seperti menemukan motif belajar, mengatur waktu belajar, belajar


(17)

menggunakan sumber belajar. Layanan penguasaan konten dinilai efektif karena layanan ini memiliki fungsi utama sebagai pemeliharaan dan pengembangan (Mugiarso, dkk 2009: 61). Diharapkan setelah mengikuti layanan penguasaan konten, siswa mampu memelihara kebiasaan belajar yang efektif sehingga mampu memberikan dampak yang positif bagi dirinya.

Prosedur pelaksanaan layanan penguasaan konten hampir sama dengan layanan klasikal lainnya dalam bimbingan dan konseling. Layanan klasikal umumnya mengisi tahap inti dengan penyajian materi bahasan dan tanya jawab. Namun berbeda dengan layanan penguasaan konten yang menambahkan kegiatan lanjutan setelah diberikan penyampaian materi dan tanya jawab. Kegiatan lanjutan ini dapat berupa diskusi kelompok, latihan terbatas, survei lapangan, studi kepustakaan, percobaan, atau latihan tindakan. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengubah kebiasaan belajar siswa melalui layanan penguasaan konten. Aspek yang perlu ditingkatkan dalam kebiasaan belajar siswa adalah cara siswa mengerjakan tugas di sekolah (Delay Avoidance) dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar (Works Methods). Misalnya saat peneliti ingin meningkatkan aspek cara siswa mengerjakan tugas di sekolah, peneliti tidak hanya menyampaikan materi tentang pentingnya cara yang efektif mengerjakan tugas di sekolah dan tanya jawab, tetapi juga memberikan latihan terbatas bagaimana cara membuat ringkasan materi pelajaran. Lalu apabila peneliti ingin meningkatkan kebiasaan dalam melaksanakan kebiasaan belajar, dapat diberikan kegiatan lanjutan berupa memberikan latihan mengurangi rasa kantuk saat belajar


(18)

benar agar dapat menerima pelajaran dengan baik, bagaimana cara bertanya kepada guru, dan sebagainya.

Dalam upaya mengubah kebiasaan belajar siswa, maka peneliti menyusun sebuah studi penelitian dengan judul “Pengaruh Layanan Penguasaan Konten terhadap Kebiasaan Belajar pada Siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh layanan penguasaan konten terhadap kebiasaan belajar pada siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas

Tahun Ajaran 2013/2014?”. Dari rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan sub

rumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana kebiasaan belajar siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen

Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014 sebelum diberikan layanan penguasaan

konten?

2) Bagaimana kebiasaan belajar siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen

Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014 setelah diberikan layanan penguasaan

konten?

3) Apakah terdapat perbedaan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII B SMP

Tamtama Kemranjen Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014 sebelum dan


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum diadakannya penelitian ini beradasarkan rumusan masalah di

atas adalah “Layanan penguasaan konten memberikan pengaruh terhadap

kebiasaanbelajar siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014”. Adapun secara lebih rinci tujuan khusus dari penelitian ini

adalah:

1) Mengetahui kebiasaan belajar siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen

Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014 sebelum diberikan layanan penguasaan

konten.

2) Mengetahui kebiasaan belajar siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen

Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014 setelah diberikan layanan penguasaan

konten.

3) Mengetahui perbedaan kebiasaan belajar siswa kelas VIII B SMP Tamtama

Kemranjen Banyumas Tahun Ajaran 2013/2014 sebelum dan setelah

diberikan layanan penguasaan konten.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat diadakannya penelitian ini antara lain:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang memperkaya

kajian teori serta dapat dijadikan bahan pertimbangan pada penelitian-penelitian

selanjutnya mengenai pengaruh layanan penguasaan konten terhadap kebiasaan


(20)

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan, informasi hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pengubahan

kebiasaan belajar siswa.

2) Bagi guru BK, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan alternatif dalam pemberian layanan penguasaan konten untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa pada kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas tahun ajaran 2013/2014.

1.5 Garis Besar Sistematika Penyusunan

Peneliti telah menyusun sistematika penyusunan skripsi untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai skripsi ini. Skripsi ini terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.

1.5.1 Bagian Awal

Terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

1.5.2 Bagian Isi

Bagian isi merupakan bagian pokok skripsi yang terdiri dari 5 bab, yaitu: Bab 1 berisi pendahuluan, terdiri atas (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) garis besar sistematika penyusunan skripsi.


(21)

Bab 2 berisi tinjauan pustaka, terdiri atas (1) penelitian terdahulu, (2) kebiasaan belajar, (3) layanan penguasaan konten, (3) pengaruh layanan penguasaan konten terhadap kebiasaan belajar siswa dan (4) hipotesis penelitian.

Bab 3 berisi metode penelitian, terdiri atas (1) jenis penelitian, (2) desain penelitian, (3) variabel penelitian, (4) definisi operasional variabel, (4) populasi dan sampel penelitian, (5) metode dan alat pengumpulan data, (6) uji instrumen penelitian dan (7) teknik analisis data.

Bab 4 berisi hasil penelitian dan pembahasan, terdiri atas (1) hasil penelitian, (2) pembahasan dan (3) kendala penelitian.

Bab 5 berisi Penutup, terdiri atas (1) simpulan hasil penelitian dan (2) saran-saran peneliti.

1.5.3 Bagian Akhir

Bagian akhir skripsi memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung penelitian ini.


(22)

10

Pada bab ini akan dibahas mengenai penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian, meliputi kebiasaan belajar, layanan penguasaan konten dan pengaruh layanan penguasaan konten terhadap kebiasaan belajar siswa.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian yang sudah dilakukan sebelum-sebelumnya oleh peneliti lain. Penelitian terdahulu diperlukan sebagai rujukan untuk menguatkan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti dan untuk membandingkan antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya.

Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai rujukan antara lain: 1) Jurnal internasional yang dibuat oleh Abid Hussain Ch. (2006) dengan judul

Effect of Guidance Services on Study Attitudes, Study Habits and Academic Achievement of Secondary School Students. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi efektivitas layanan bimbingan dalam peningkatan sikap belajar siswa, kebiasaan belajar dan prestasi akademik. Sepuluh hipotesis nol diuji untuk mengeksplorasi pengaruh layanan bimbingan pada kebiasaan belajar siswa, sikap belajar dan prestasi akademik dalam lima mata pelajaran. Semua hipotesis diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian


(23)

menunjukkan bahwa layanan bimbingan memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap studi siswa, kebiasaan belajar dan prestasi akademik.

2) Jurnal internasional yang dibuat oleh Ozsoy.G, A. Memis, & T.Temur (2009) dengan judul Metacognition, study habits and attitudes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatkan kebiasaan belajar dapat dilakukan dengan cara penggunaan waktu yang efektif, mencatat, pelatihan kebiasaan belajar, guru, keluarga, lingkungan belajar yang tepat, pekerjaan rumah, menggunakan perpustakaan, membaca-mendengarkan dan menulis dapat meningkatkan prestasi belajar.

3) Jurnal yang dibuat oleh Holipah (2012) dengan judul “Penggunaan Layanan Konseling Individual untuk Meningkatkan Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VIII SMP PGRI 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian yang dilakukan terhadap subjek 3 siswa SMP yang memiliki kebiasaan kurang baik ini menunjukkan bahwa kebiasaan belajar siswa SMP dapat ditingkatkan melalui layanan konseling individual.

4) Jurnal yang dibuat oleh Yudhi Rizki Prihantoro (2012) dengan judul “Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Kebiasaan Belajar yang Baik pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian yang dilakukan terhadap subjek 8 siswa yang memiliki kebiasaan kurang baik ini menunjukkan bahwa kebiasaan belajar siswa SMP dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.


(24)

5) Penelitian yang dilakukan oleh Ani Lailatul Farikhah (2010) dengan judul “Upaya mengurangi Kesulitan Belajar melalui Layanan Penguasaan Konten pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cepiring Kendal Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian diketahui gambaran siswa sebelum diberikan layanan penguasaan konten diperoleh persentase skor rata-rata 91%(tinggi). Setelah diberikan layanan penguasaan konten menurun menjadi 43 % termasuk dalam kriteria rendah. Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa layanan penguasaan konten dapat mengurangi kesulitan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cepiring Kendal Tahun Ajaran 2009/2010.

6) Penelitian yang dilakukan Arif Miftakhurahman (2011) dengan judul “Pengaruh Pemberian Layanan Penguasaan Konten Bidang Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Rembang Tahun Ajaran 2010/ 2011”. Hasil uji analisis varian yang diperoleh signifikasi sebesar 0,19. Hal ini berarti 0,05 > 0,019 (signifikan yang dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian layanan penguasaan konten bidang bimbingan belajar terhadap pretasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rembang tahun ajaran 2010/ 2011.

Dari keenam penelitian terdahulu tersebut menunjukan bahwa pemberian layanan penguasaan konten dapat memberikan pengaruh terhadap kebiasaan belajar siswa. Sehingga hasil-hasil penelitian tersebut dapat mendukung penelitian yang akan peneliti laksanakan.


(25)

2.2 Kebiasaan Belajar Siswa

2.2.1 Pengertian Kebiasaan Belajar Siswa

Akan diuraikan mengenai pengertian kebiasaan belajar siswa menurut beberapa ahli, antara lain:

1) Menurut Mappiare (1983: 34) “Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar”. Oleh karena itu, siswa dituntut berlatih dengan ketekunan yang tinggi, merencanakan belajar dengan baik dengan mempunyai jadwal belajar yang baik dan efektif, serta melaksanakannya dengan baik, teratur, dan disiplin diri agar diperoleh hasil belajar yang baik.

2) Menurut Syamsu Yusuf, L. N (2006 : 116) adalah “Kebiasaan belajar adalah perilaku (kegiatan) belajar yang relatif menetap karena sudah berulang-ulang (rutin) dilakukan, baik cara, strategi belajar, maupun pendekatan yang digunakan dalam belajar”.

3) Menurut Muhibin Syah (2006: 120), “kebiasaan belajar termasuk ke dalam manifestasi atau perwujudan perilaku belajar yang sering tampak perubahannya”.

4) Burghardt sebagaimana dikutip oleh Muhibin Syah (2006: 120) mengemukakan kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan/pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.


(26)

5) Menurut Djaali (2012: 128) “kebiasaan belajar dapat diartikan cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan”

Berdasarkan beberapa pengertian kebiasaan belajar di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar adalah perilaku (kegiatan) belajar yang relatif menetap yang dilakukan siswa pada waktu ia menerima pelajaran dari guru, membaca buku dan mengerjakan tugas-tugas sekolah, serta pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut karena sudah berulang-ulang (rutin) dilakukan, baik cara, strategi belajar, maupun pendekatan yang digunakan dalam belajar dalam rangka menambah ilmu pengetahuan baik di sekolah, di rumah maupun bersama teman. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan belajar dalam penelitian ini kebiasaan yang ditunjukkan oleh siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.

2.2.2 Pembentukan Kebiasaan Belajar Siswa

Pembentukan kebiasaan belajar seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. Siswa yang dibesarkan dalam keluarga yang memiliki kebiasaan belajar yang baik cenderung memiliki kebiasaan belajar yang baik pula. Begitupun lingkungan sekolah yang kondusif akan berpengaruh terhadap kebiasaan belajar. Witherington (1991: 143) menyatakan bahwa kebiasaan dibentuk dengan dua cara, yakni:

Pertama melalui pengulangan suatu kejadian dengan cara yang sama karena cara tersebut lebih mudah dilakukan daripada cara-cara lain sehingga dilakukan secara berulang-ulang. Misalnya cara memakai sepatu dapat dilakukan dengan mendahulukan kaki tertentu. Cara kedua


(27)

membentuk kebiasaan belajar dengan disengaja dan berencana. Cara seperti ini biasa digunakan individu untuk mengubah kebiasaan lama dan mengantikannya dengan kebiasaan baru yang diangap memiliki efek yang lebih baik bagi dirinya.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengubah kebiasaan belajar siswa yang lama dan berupaya menggantinya dengan kebiasaan belajar yang baru yang diasumsikan memiliki efek yang lebih baik bagi diri siswa. Peneliti akan memberikan pelatihan-pelatihan terkait kebiasaan belajar siswa. Dengan pemberian pelatihan terkait kebiasaan belajar tersebut diharapkan siswa dapat menerapkannya dalam kegiatan belajar sehari-hari sehingga memberikan pengaruh positif terhadap diri siswa.

2.2.3 Aspek-Aspek Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar mempunyai dua aspek, seperti yang dikemukakan dalam skala sikap dan kebiasaan yang disusun oleh Brown dan Holtzman sebagaimana dikutip oleh Djaali (2012: 128). Aspek-aspek tersebut mencakup :

1) Cara siswa mengerjakan tugas di sekolah (Delay Avoidance). Delay Avoidance merujuk pada ketepatan waktu menyelesaikan tugas-tugas akademik, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar.

2) Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar (Works Methods). Works Methods merujuk pada penggunaan cara (prosedur) belajar yang efektif dan efisien dan keterampilan belajar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kebiasaan belajar diantaranya cara siswa mengerjakan tugas di sekolah (Delay Avoidance); kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar (Works Methods).


(28)

Aspek-aspek kebiasaan belajar tersebut akan digunakan sebagai kisi-kisi pembuatan instrumen dalam penelitian ini.

Aspek kebiasaan belajar yang pertama yaitu cara siswa mengerjakan tugas di sekolah (Delay Avoidance) merujuk pada ketepatan waktu menyelesaikan tugas-tugas akademik, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar.

1) Ketepatan waktu menyelesaikan tugas-tugas akademik

Seseorang yang sulit untuk melakukan sesuatu dengan batas waktu yang ditentukan, sering mengalami keterlambatan mempersiapkan waktu dengan sangat berlebihan, dan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dikatakan sebagai perilaku prokrastinasi.

Miligram sebagaimana dikutip oleh Ghufron (2010: 153) mengatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku yang meliputi (1) suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas; (2) menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam menyelesaikan tugas; (3) melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai suatu tugas sekolah maupun tugas rumah tangga; (4) menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, panik dan sebagainya.

Prokrastinasi menyebabkan berbagai hal yang dapat merugikan bagi pelakunya. Akibat dari prokrastinasi menurut Solomon dan Rothblum (1984: 503) adalah:

(a) Tugas tidak terselesaikan, tugas terselesaikan tetapi hasilnya tidak memuaskan disebabkan karena individu terburu-buru dalam menyelesaikan tugas tersebut untuk mengejar batas waktu (deadline).


(29)

(b) Menimbulkan kecemasan sepanjang waktu sampai terselesaikannya tugas tersebut.

(c) Tingkat kesalahan yang tinggi karena individu merasa tertekan dengan batas waktu yang semakin sempit disertai dengan peningkatan rasa cemas sehingga individu sulit berkonsentrasi secara maksimal.

(d) Waktu yang terbuang lebih banyak dibandingkan dengan orang lain yang mengerjakan tugas yang sama.

(e) Pada pelajar dapat merusak kinerja akademik seperti kebiasaan buruk dalam belajar, memotivasi belajar rendah serta rasa percaya diri yang rendah.

Menurut Slameto (2010: 87) salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan latihan-latihan. Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tes/ulangan atau ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat/mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku-buku ataupun soal-soal buatan sendiri.

2) Menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas

Seseorang yang sulit untuk melakukan sesuatu dengan batas waktu yang ditentukan, sering mengalami keterlambatan mempersiapkan waktu dengan sangat berlebihan, dan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dikatakan sebagai perilaku prokrastinasi. Individu yang melakukan prokrastinasi lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman atau pekerjaan lain yang sebenarnya tidak begitu penting daripada mengerjakan tugas yang harus diselesaikan dengan cepat.

Prokrastinasi dapat dikatakan hanya sebagai penundaan atau kecenderungan menunda-nunda memulai suatu pekerjaan. Namun prokrastinasi juga dapat dikatakan penghindaran tugas yang diakibatkan karena perasaan tidak senang terhadap tugas dan takut gagal dalam mengerjakan tugas.


(30)

Ferrari, dkk., (1995: 82) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu berupa:

(a) Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi.

(b) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas.

(c) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

(d) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan

3) Menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar Slameto (2010: 86) mengemukakan bahwa konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap suatu hal atau pelajaran itu pada dasarnya ada pada setiap orang, hanya besar atau kecilnya kemampuan itu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan orang tersebut, lingkungan dan latihan/pengalaman. Pemusatan pikiran merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi bukan bakat/pembawaan. Pemusatan pikiran dapat dicapai dengan mengabaikan atau tidak memikirkan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya, jadi hanya memikirkan suatu hal yang dihadapi/dipelajari serta yang ada hubungannya saja.

Konsentrasi besar pengaruhnya terhadap belajar. Jika seseorang mengalami kesulitan berkonsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga, waktu dan biaya saja. Seseorang yang dapat belajar dengan


(31)

baik adalah orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata lain ia harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran.

Menurut Slameto (2010: 87), dalam kenyataannya seseorang sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi. Hal ini disebabkan karena:

(a) Kurang berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari (b) Terganggu oleh keadaan lingkungan (bising, keadaan yang

semrawut, cuaca buruk, dan lain-lain)

(c) Pikiran kacau dengan banyak urusan/masalah-masalah kesehatan (jiwa dan raga) yang terganggu (badan lemah) (d) Bosan terhadap pelajaran/sekolah.

Aspek kebiasaan belajar yang kedua adalah kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar (Works Methods). Works Methods merujuk pada penggunaan cara (prosedur) belajar yang efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.

1) Penggunaan cara belajar yang efektif dan efisien

Menurut Slameto (2010: 76) belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin. Menurut Slameto (2010: 76) cara belajar yang efektif dan efisien memperhatikan hal seperti berikut ini:

(a) Keadaan jasmani

Belajar memerlukan tenaga. Karena itu untuk mencapai hasil yang baik diperlukan keadaan jasmani yang sehat. Siswa yang sakit, kurang makan, kurang tidur atau kurang baik alat inderanya tidak dapat belajar dengan efektif. Kekurangan itu harus ditiadakan lebih dahulu. Kemungkinan diperlukan bantuan dokter. (b) Keadaan emosional dan sosial

Siswa yang merasa jiwanya tertekan, yang selalu dalam keadaan takut akan kegagalan, yang mengalami goncangan karena emosi-emosi yang kuat tidak dapat belajar efektif. Demikian pula bila


(32)

seorang siswa tidak disukai oleh temannya akan menemui kesulitan belajar.

(c) Keadaan lingkungan

Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh perangsang-perangsang dari sekitar. Untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran, jangan sampai belajar sambil mendengarkan. Akan tetapi keadaan yang terlampau menyenangkan seperti kursi yang terlampau empuk dapat merugikan. Sebelum memulai pelajaran harus disediakan segala sesuatu yang diperlukan. Buku-buku, kitab tulis, kertas, pensil dan lain-lain harus telah tersedia rapi, sehingga belajar tak terputus-putus karena mencari-cari buku atau meruncingkan pensil dan lain-lain. Meja tulis harus bersih dan jangan penu dengan barang-barang yang tak diperlukan. (d) Memulai belajar

Pada permulaan belajar sering dirasakan keterlambatan, keengganan belajar. Kalau perasaan itu kuat, belajar itu sering diundurkan, malahan tidak dikerjakan. Keterlambatan itu dapat diatasi dengan suatu “perintah” kepada diri sendiri untuk memulai pekerjaan itu tepat pada waktunya, misalnya: pukul delapan tepat tidak kurang atau lewat satu menit pun. Dalam hal ini kita seakan-akan membagi diri dalam dua bagian, yaitu yang satu memberi perintah dan yang satu mematuhi perintah.

(e) Pupuk sikap optimistis

Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi akan meningkat dan karena itu memupuk sikap yang optimis. Kalau hari ini diselesaikan 40 halaman, mungkin besok dapat kita baca lebih banyak. Lakukan segala sesuatu dengan sesempurna-sesempurnanya, pekerjaan yang baik memupuk suasana kerja yang menggembirakan, misalnya tulisan yang rapi, pensil yang runcing, buku-buku yang tersusun baik dan lain-lain.

(f) Buatlah waktu dalam belajar

Biasanya orang dapat bekerja dengan penuh perhatian selama 40 menit, orang yang ingin belajar atau bekerja sungguh-sungguh. Harus bertekad, jangan meninggalkan tempat duduknya selama 40 menit, apapun yang terjadi. Selama 40 menit itu curahkan perhatian kepada tugas kita. Kemudian kita adakan istirahat 5 menit persisi tidak lebih atau kurang, lalu bekerja lagi selama 40 menit dan seterusnya. Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk memerintah diri kita. Menyeleweng dari waktu itu berarti kegagalan.

Perwujudan belajar yang efektif dan efisien salah satunya dengan melakukan kegiatan pembelajaran kelompok (Cooperative Learning). Menurut Wina Sanjaya (2008 : 129) belajar kelompok dilakukan secara


(33)

beregu. Sekelompok siswa diajar oleh orang atau beberapa orang guru. Bentuk pembelajarannya dapat berupa kelompok besar atau pembelajaran klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual, setiap individu dianggap sama. Menurut Wina Sanjaya (2011 : 242) Pembelajaran kelompok merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

Wina Sanjaya (2011 : 242) mengemukakan dua alasan pentingnya pembelajaran kelompok digunakan dalam pendidikan, pertama beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

2) Penggunaan keterampilan belajar

Di bawah ini akan dipaparkan mengenai strategi atau keterampilan belajar sebagai upaya meningkatkan kebiasaan belajar siswa dalam Sunawan (2010: 39-70):


(34)

a) Strategi Menghafal

Setiap hari kita selalu mengingat sesuatu, tetapi kita juga sering lupa terhadap sesuatu yang ingin kita ingat. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengingat:

(1) Latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang. Metode ini dapat dilaksanakan dengan: (1) kartu belajar dan (2) latihan-latihan soal.

(2) Menggunakan strategi mnemonik. Mnemonik mengacu pada penataan materi pelajaran yang hendak diingat ke dalam suatu kumpulan-kumpulan yang bermakna. Terdapat beberapa cara yang dapat dilaksanakan untuk mengingat berkaitan dengan metode mnemonik ini, yaitu dengan (1) singkatan dan (2) cerita.

b) Strategi Membaca

Banyak para siswa atau bahkan mahasiswa mengeluhkan bahwa kegiatan membaca yang mereka lakukan tidak banyak membantuk meningkatkan pengetahuan mereka. Membaca dirasa sesuatu yang menjenuhkan dan tidak menantang. Salah satu penyebabnya adalah karena membaca dianggap melihat tulisan dari buku dan tidak ada strategi khusus dalam membaca. Paparan ini membahas strategi dalam membaca.

Proses membaca buku teks dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu mempreview, membaca, menguji diri sendiri (self test), dan mereview. Ada beberapa proses yang perlu dilaksanakan pada setiap tahapan membaca.


(35)

c) Strategi Mengikuti Perkuliahan/Kelas dan Mencatat

Mengikuti perkuliahan dan mencatat merupakan satu kesatuan aktivitas. Selama mengikuti perkuliahan, peserta didik berusaha memahami informasi yang disampaikan pendidik. Supaya informasi yang diterima dapat diingat kembali atau dilacak setelah perkuliahan selesai maka diperlukan catatan. Paparan ini menjelaskan tentang pelaksanaan kedua strategi tersebut.

(1) Strategi Mengikuti Perkuliahan/Kelas

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan aktif selama mengikuti perkuliahan: (1) persiapkan berbagai alat tulis, buku catatan, dan buku teks untuk mendukung transfer pengetahuan. Jangan sampai pendukung tersebut ketinggalan, (2) mendengarkan aktif sangat dipengaruhi oleh sikap terhadap perkuliahan atau kelas, (3) mendengarkan aktif dilaksanakan secara bertujuan, (4) mendengarkan perkuliahan merupakan tanggung jawab peserta kuliah atau peserta didik.

(2) Strategi Mencatat

Mencatat yang dimaksud di sini adalah mencatat untuk merekam isi perkuliahan atau materi kelas dalam bentuk catatan tertulis. Seorang pencatat yang baik adalah seorang pendengar yang baik pula. Tidak mungkin diperoleh catatan kuliah yang komprehensif ketika tidak mendengarkan secara aktif. Di sinilah keterkaitan antara mendengarkan aktif dengan mencatat. Oleh karena itu, sebelum mengikuti perkuliahan diharapkan telah dikenali terlebih dahulu apa yang hendak dipelajari dalam pertemuan kelas/kuliah dan menyiapkan berbagai perlengkapan untuk mencatat.


(36)

d) Strategi Pengorganisasian Pengetahuan

Strategi pengorganisasian merupakan strategi yang digunakan untuk menata atau mengorganisir pengetahuan. Strategi pengorganisasian ini dilakukan setelah mengikuti kegiatan perkuliahan atau kelas, umumnya dilakukan setelah diperoleh sekumpulan materi kuliah/pelajaran secara lengkap dan kemudian diorganisir menjadi satu sehingga dapat dilihat kesalingterkaitan antar satu konsep dengan konsep yang lain yang diperoleh dari beberapa kali pertemuan. Dengan demikian pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari kelas dapat dilihat sebagai sesuatu yang bermakna. Pengorganisasian pengetahuan umumnya dilakukan dengan menggunakan peta konsep.

Peta konsep merupakan suatu gambaran dari informasi yang diperoleh dari suatu bacaan atau penjelasan dari guru maupun orang lain. Pembuatan peta konsep dimulai dari suatu fokus yang berupa topik utama dari suatu materi. Fokus tersebut kemudian diperluas kepada beberapa aspek atau informasi penting lainnya yang dikembangkan dari materi. Jumlah aspek ini dibuat sesuai dengan jumlah poin yang terdapat dalam materi. Contoh bentuk peta konsep dapat digambarkan sebagai berikut.

e) Strategi Menghadapi Ujian

Ada tiga hal yang dapat dilakukan dalam rangka menghadapi ujian, yaitu memprediksi soal ujian, menghadapi kecemasan dalam ujian, dan strategi mengerjakan tes. Berikut ini penjelasan masing-masing bagian strategi menghadapi tes.


(37)

(1) Memprediksi soal tes

Sumber informasi yang dapat digunakan dalam rangka memprediksi soal tes diantaranya catatan kuliah dan tugas bacaan, dosen atau guru, isi perkuliahan atau diskusi kelas, dan tukar-menukar informasi dengan teman. (2) Menghadapi kecemasan tes

Ada tiga hal yang bisa dilakukan dalam menghadapi kecemasan, yaitu (1) melakukan persiapan tes seoptimal mungkin, mulai dari membaca buku teks, melengkapi catatan, belajar secara sistematis, malakukan review pelajaran secara periodik, memprediksi soal dan melakukan latihan soal, (2) mengembangkan sikap positif dan meningkatkan efikasi diri dalam menghadapi ujian, (3) melakukan proses rileksasi.

(3) Strategi menghadapi ujian

Ada enam langkah yang perlu dilakukan dalam mengerjakan ujian, yaitu (1) mengikuti instruksi, (2) mempreview soal ujian, (3) merencanakan pendekatan, (4) menerapkan rencana ke dalam tindakan, (5) mereview jawaban ujian, (6) mengevaluasi hasil.

f) Peningkatan Kesadaran Metakognitif

Memilih strategi dalam belajar didasari oleh kesadaran berpikir tentang cara berpikirnya dan kesadaran tentang cara pelajarnya. Kesadaran ini secara ilmiah dikenal dengan istilah metakognitif. Kesadaran metakognitif ini mencakup pemahaman tentang karakteristik pengetahuan yang akan dipelajari, pengetahuan dan keterampilan tentang strategi belajar, serta pengetahuan tentang diri sendiri.


(38)

g) Strategi Menyusun Jadwal Belajar

Penyusunan jadwal belajar dilaksanakan dalam lima tahapan, yaitu: (1) Mengembangkan tujuan

(2) Mengembangkan rencana tindakan yang selaras dengan usaha pencapaian tujuan.

(3) Memantau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dalam tahap kedua secara terus-menerus.

(4) Mengembangkan solusi yang strategis atas setiap masalah yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan atau rencana tindakan..

(5) Evaluasi hasil.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar

Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi 2 golongan saja yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

1. Faktor intern, meliputi:

a. Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan, cacat tubuh

b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan,

c. Faktor kelelahan 2. Faktor ekstern

a. Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pengajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.


(39)

c. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Suryabrata (2011: 233) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Faktor-faktor yang berasal dari luar pelajar

a. Faktor-faktor nonsosial, misalnya keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi atau siang atau malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga).

b. Faktor-faktor sosial. Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu seseorang sedang belajar banyak mengganggu belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu terdengar banyak anak lain bercakap-cakap di dalam kelas; atau seseorang sedang belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik ke luar masuk kamar belajar. Kecuali kehadiran yang langsung seperti yang dikemukakan, mungkin juga orang lain itu tidak hadir langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan representasi dari seseorang, suara nyanyian lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial yang dikemukakan di atas pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi belajar.

2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar

a. Faktor-faktor fisiologis, dibedakan menjadi tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatarbelakangi aktifitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar; keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukanan, yaitu (1) nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan yang akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dsb; (2) beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakit-penyakit seperti pilek influensa, sakit gigi, batuk biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan; akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam itu mengganggu aktifitas belajar.


(40)

2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi pancaindera. Berfungsinya panca indera merupakan syarat belajar dapat berlangsung dengan baik. Pancaindera yang memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga agar pancaindera anak didiknya dapat berfungsi dengan baik.

b. Faktor-faktor psikologis.

N. Frendsen menyatakan bahwa hal-hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut: (1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, (2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju, (3) adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman, (4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi, (5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, (6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan belajar yaitu faktor intern dan faktor ektern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah (kelemahan fisik, panca indra dan kecacatan lainnya), faktor psikologis (minat, motivasi dan cita-cita; pengendalian diri dan emosi) dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

2.2.5 Cara-Cara Mengembangkan Kebiasaan Belajar

Purwanto (2007: 120) mengemukakan cara-cara untuk membiasakan belajar yang efektif dan efisien sebagai berikut:

1) Memiliki dahulu tujuan belajar yang pasti 2) Usahakan adanya tempat belajar yang memadai

3) Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan mental

4) Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar

5) Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur 6) Carilah kalimat-kalimat atau inti pengertian dari tiap paragraf


(41)

7) Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati (silent recitation)

8) Lakukan metode keseluruhan bilamana mungkin; 9) Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat

10) Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi 11) Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari

lebih lanjut

12) Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan usahakan/cobalah untuk menentukan jawabannya

13) Pusatkan perhatian yang sungguh-sungguh pada waktu belajar 14) Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik dan bahan

ilustrasi lainnya

15) Biasakan membuat rangkuman dan kesimpulan

16) Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar itu 17) Pelajari baik-baik pernyataan (statement) yang dikemukakan

oleh pengarang dan tentanglah jika diragukan kebenarannya 18) Telitilah beberapa pendapat pengarang

19) Belajarlah menggunakan kamus dengan sebaik-baiknya

20) Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk memperbaiki kelamahan-kelemahannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, cara-cara untuk membiasakan belajar yang efektif dan efisien banyak sekali bentuknya. Dengan berbagai macam cara tersebut, peneliti dapat menentukan materi apa saja yang akan diberikan dalam pemberian layanan penguasaan konten. Dengan pemberian materi layanan penguasaan konten terkait cara-cara untuk membiasakan belajar yang efektif dan efisien diharapkan siswa dapat berlatih dan menerapkannya dalam kegiatan belajar mereka sehari-hari.

2.3 Layanan Penguasaan Konten

2.3.1 Pengertian Layanan Penguasaan Konten

Menurut Prayitno (2004: 2) definisi layanan penguasaan konten adalah “layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar”.


(42)

Jadi di dalam layanan penguasaan konten harus terdapat suatu konten atau kemampuan atau kompetensi tertentu yang dibelajarkan kepada siswa dan diharapkan siswa mampu menguasai konten tersebut secara matang. Layanan ini dapat diberikan dalam format individu ataupun kelompok. Melengkapi dari pengertian di atas, Sukardi (2008: 46) mendefinisikan layanan penguasaan konten sebagai berikut:

Layanan pembelajaran (penguasaan konten) adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dakam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan penguasaan konten adalah suatu layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk memahamkan, mengembangkan, dan membelajarkan siswa terhadap suatu konten tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Layanan penguasaan konten dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan dan konseling kepada individu yang bertujuan agar siswa untuk menguasai kemampuan-kemampuan atau kompetensi-kompetensi terkait kebiasaan belajar siswa ataupun mengurangi kebiasaan belajar siswa yang kurang baik.

2.3.2 Materi Umum Layanan Pembelajaran/Layanan Penguasaan Konten Menurut Prayitno (1997: 86), materi yang dapat diangkat melalui layanan pembelajaran/layanan penguasaan konten ada berbagai macam, yaitu meliputi:

1. Pengembangan siswa yang mengalami masalah belajar: tentang kemampuan, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar.

2. Pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik. 3. Pengembangan keterampilan belajar: membaca, mencatat,


(43)

4. Pengajaran perbaikan 5. Program pengayaan.

Menurut Prayitno (1997: 87) materi layanan pembelajaran/layanan penguasaan konten juga meliputi beberapa bidang bimbingan seperti layanan pembelajaran dalam bimbingan pribadi, layanan pembelajaran dalam bimbingan sosial, pembelajaran dalam bimbingan belajar, pembelajaran dalam bimbingan karier.

Layanan pembelajaran/layanan penguasaan konten dalam bidang belajar menurut Prayitno (1997: 88) meliputi kegiatan pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan belajar, program pengajaran perbaikan, dan program pengayaan.

1. Peningkatan motivasi belajar siswa, antara lain dengan: a. Memperjelas tujuan-tujuan belajar

b. Menyesuaikan pelajaran dengan kemampuan, bakat dan minat c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang,

merangsang, dan menyenangkan d. Pemberian hadiah (penguatan)

e. Menciptakan hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan siswa, serta antara siswa dan siswa

f. Menghindarkan siswa dari tekanan dan suasana yang tidak menentu (seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, menjengkelkan)

g. Melengkapi sumber dan sarana belajar h. Mempelajari hasil belajar yang diperoleh

2. Peningkatan keterampilan belajar, antara lain dengan: a. Membuat catatan waktu guru mengajar

b. Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca

c. Membuat laporan (laporan peninjauan, diskusi, pelaksanaan kegiatan tertentu)

d. Mengembangankan cara menjawab/memecahkan soal-soal ulangan/ujian

e. Menyusun makalah f. Membaca efektif

g. Berbahasa efektif (lisan dan tulisan) h. Bertanya efektif


(44)

3. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, antara lain dengan:

a. Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar b. Memelihara kondisi kesehatan

c. Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun rumah; membuat jadwal belajar

d. Memilih tempat yang baik

e. Belajar dengan menggunakan sumber-sumber belajar yang kaya (seperti buku teks, kamus, dan berbagai referensi lain, bahan/hasil percobaan/penelitian)

f. Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui (kepada guru, teman, dan siapapun juga)

g. Mengembangkan motivasi dan sikap positif terhadap materi yang dipelajari

4. Pengajaran perbaikan (Guru Pembimbing bekerja sama dengan Guru Mata Pelajaran/Guru Praktik).

5. Program pengayaan Guru Pembimbing bekerja sama dengan Guru Mata Pelajaran/Guru Praktik).

6. Pengembangan dan pemanfaatan lingkungan sekitar (lingkunagn fisik, sosial dan budaya) untuk belajar.

Dalam pelaksaan layanan penguasaan konten, peneliti memberikan pelatihan/penugasan terkait kebiasaan belajar berpedoman pada teori di atas. Materi penugasan yang akan diberikan terkait kebiasaan belajar antara lain strategi mendengarkan aktif, membuat jadwal kegiatan, mengembangkan motivasu belajar, menghilangkan rasa kantuk saat belajar, strategi belajar kelompok, strategi menghafal menggunakan kartu kecil, strategi membaca, dan strategi pengorganisasian pengetahuan menggunakan peta konsep.

2.3.3 Tujuan Layanan Penguasaan Konten

Tujuan layanan penguasaan konten menurut Prayitno (2004: 2) dikelompokkan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dan akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum layanan penguasaan konten adalah dikuasainya suatu konten tertentu. Penguasaan konten ini perlu bagi individu atau


(45)

klien untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap,menguasai cara-cara kebiasaan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah-masalahnya. 2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penguasaan konten dapat dilihat pertama dari kepentingan individu atau klien mempelajarinya, dan kedua isi konten itu sendiri.

Pendapat lain mengenai tujuan layanan penguasaan konten menurut Mugiharso (2009: 61) adalah:

Untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya.

Melihat definisi beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan layanan penguasaan konten adalah untuk memahamkan, mengembangkan, dan membelajarkan siswa terhadap suatu konten tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Tujuan layanan penguasaan konten dalam penelitian ini adalah untuk memahamkan, mengembangkan, dan membelajarkan siswa terhadap suatu konten atau keterampilan terkait kebiasaan belajar siswa.

2.3.4 Fungsi Layanan Penguasaan Konten

Secara umum fungsi layanan penguasaan konten adalah fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan. Menurut Prayitno (2004: 215) fungsi pemeliharaan dan pengembangan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada dalam diri individu (siswa), baik hal itu merupakan bawaan maupun hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Sejalan dengan pendapat tersebut Mugiarso (2009: 61) menjelaskan fungsi pengembangan dan


(46)

pemeliharaan berarti bahwa layanan yang diberikan dapat membantu para klien dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi layanan penguasaan konten adalah memelihara dan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Penelitian ini akan mengembangkan kebiasaan belajar siswa, apabila siswa sudah memiliki kebiasaan belajar yang baik maka perlu dipelihara.

2.3.5 Asas-Asas Layanan Penguasaan Konten

Menurut Prayitno (2004: 6) layanan penguasaan konten pada umumnya bersifat terbuka. Asas yang paling diutamakan adalah asas kegiatan, dalam arti peserta layanan diharapkan benar-benar aktif mengikuti dan menjalani semua kegiatan yang ada di dalam proses layanan. Asas kegiatan ini dilandasi oleh asas kesukarelaan dan keterbukaan dari peserta layanan. Peserta yang secara aktif telah mengikuti kegiatan pemberian layanan, tentunya telah secara suka rela mengikuti pemberian layanan. Keterbukaan dari peserta layanan juga dibutuhkan agar pelaksanaan layanan berjalan dengan lancar agar pemecahan masalah dapat ditemukan. Dengan ketiga asas tersebut proses layanan akan berjalan lancar dengan keterlibatan penuh peserta lainnya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan layanan penguasaan konten terdapat asas kegiatan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan.


(47)

2.3.6 Komponen Layanan Penguasaan Konten

Prayitno (2004: 4) menjelaskan bahwa komponen layanan penguasaan konten adalah konselor, individu atau konseli, dan konten yang menjadi isi layanan.

1) Konselor

Konselor adalah tenaga ahli pelayanan konseling, penyelenggara layanan penguasaan konten dengan menggunakan berbagai modus dan media layanannya. Konselor menguasai konten yang menjadi isi layanan penguasaan konten yang diselenggarakan. 2) Individu atau Konseli

Konselor menyelenggarkan layanan penguasaan konten terhadap seseorang atau sejumlah individu yang memerlukan penguasaan atas konten yang menjadi isi layanan. Individu penerima layanan penguasaan konten dapat merupakan peserta didik (siswa di sekolah), konseli yang secara khusus memerlukan bantuan konselor, atau siapapun yang memerlukan penguasaan konten tertentu demi pemenuhan tuntutan perkembangan dan/atau kehidupannya.

3) Konten

Konten merupakan isi layanan penguasaan konten, yaitu satu unit materi yang menjadi pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh konselor dan diikuti atau dijalani oleh individu peserta layanan. Konten penguasaan konten dapat diangkat dari bidang pelayanan konseling, yaitu bidang-bidang: a) Pengembangan kehidupan pribadi; b) Pengembangan kemampuan hubungan sosial; c) Pengembangan kegiatan belajar; d) Pengembangan dan perencanaan karir; e) Pengembangkan kehidupan berkeluarga; f) Pengembangan kehidupan beragama.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen layanan penguasaan konten adalah konselor, individu atau konseli dan konten.

2.3.7 Pendekatan Layanan Penguasaan Konten

Prayitno (2004: 8) menjelaskan bahwa layanan penguasaan konten pada umumnya diselenggarakan secara langsung (bersifat direktif) dan tatap muka, dengan format klasikal, kelompok, atau individual. Penyelenggara layanan


(48)

(konselor) secara aktif menyajikan bahan, memberikan contoh, merangsang, mendorong, dan menggerakkan peserta untuk berpartisipasi aktif mengikuti dan menjalani materi dan kegiatan layanan. Dalam hal ini konselor menengakkan dua nilai proses pembelajaran, yaitu:

1) High-touch, yaitu sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang mengenai aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan peserta layanan (terutama aspek-aspek-aspek-aspek afektif, semangat, sikap, nilai dan moral) melalui implementasi oleh konselor berupa (a) Kewibawaan, yang didasarkan pada kualitas kepribadian dan keilmuan konselor, bukan atas dasar rasa takut atau adanya sanksi atau hukuman (b) Kasih sayang dan kelembutan (c) Keteladanan (d) Pemberian penguatan (e) Tindakan tegas yang mendidik, bukan berupa hukuman.

2) High-tech, yaitu teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas penguasaan konten, melalui implementasi oleh konselor berupa (a) Materi pembelajaran (dalam hal ini konten) (b) Metode pembelajaran (c) Alat bantu pembelajaran (d) Lingkungan pembelajaran (e) Penilaian hasil pembelajaran.

Ketika memberikan layanan penguasaan konten, konselor harus menguasai betul mengenai konten yang akan diberikan karena hal itu akan mempengaruhi pandangan siswa atau penerima layanan mengenai wibawa seorang konselor. Selain itu, konselor juga diharapkan agar mampu menghidupkan suasana kelas saat layanan itu diberikan agar penguasaan konten dapat berlangsung secara dinamis. Setelah konten dikuasai, konselor selanjutnya mengiplementasikannya dalam kegiatan lanjutan.


(49)

2.3.8 Penilaian Layanan Penguasaan Konten

Secara umum penilaian terhadap hasil layanan penguasaan konten diorientasikan kepada diperolehnya UCA (undertanding, comfort, action).Secara khusus, penilaian hasil layanan penguasaan konten ditekankan kepada penguasaan peserta atau konseli atas aspek-aspek konten yang dipelajari. Penilaian hasil layanan diselenggarakan dalam tiga tahap, yaitu:

1) Penilain segera (laiseg), penilaian yang diadakan segera menjelang diakhirinya setiap kegiatan layanan.

2) Penilaian jangka pendek (laijapen), penilaian yang diadakan beberapa waktu (satu minggu sampai satu bulan) setelah kegiatan layanan.

3) Penilaian jangka panjang (laijapang), penilaian yang diadakan setelah satu bulan atau lebih pasca layanan.

Laijapen dan laijapeng dapat mencakup penilaian terhadap konten untuk sejumlah sesi layanan penguasaan konten, khususnya untuk rangkaian konten-konten yang berkelanjutan. Format penilaian dapat tertulis ataupun lisan.

2.3.9 Operasionalisasi Layanan Penguasaan Konten

Prayitno (2004: 15) menjelaskan bahwa layanan penguasaan konten terfokus kepada dikuasainya konten oleh para peserta yang diberikan layanan. Untuk itu layanan ini perlu direncanakan, dilaksanakan serta dievaluasi secara tertib dan akurat.

1) Perencanaan

a) Menetapkan subjek atau peserta layanan

b) Menetapkan dan menyiapkan konten yang akan dipelajari secara lebih kaya


(50)

d) Menetapkan dan menyiapkan fasilitas layanan, termasuk media dengan perangkat keras dan lemahnya

e) Menyiapkan kelengkapan administrasi 2) Pelaksanaan

a) Melaksanakan kegiatan layanan melalui pengorganisasian proses pembelajaran penguasaan konten. (Jika diperlukan dapat didahului oleh diagnosis kesulitan belajar subjek peserta layanan)

b) Mengimplementasikan high-touch dan high-tech dalam proses pembelajaran

3) Evaluasi

a) Menetapkan materi evaluasi b) Menetapkan prosedur evaluasi c) Menyusun instrumen evaluasi d) Mengaplikasikan instrumen evaluasi e) Mengolah hasil aplikasi instrumen 4) Analisis Hasil Evaluasi

a) Menetapkan norma/standar evaluasi b) Melakukan analisis

c) Menafsirkan hasil evaluasi 5) Tindak Lanjut

a) Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut

b) Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada peserta layanan dan pihak-pihak terkait

c) Melaksanakan rencana tindak lanjut 6) Laporan

a) Menyusun laporan pelaksanaan layanan penguasaan konten

b) Menyampaikan laporan kepada pihak terkait c) Mendokumentasikan laporan layanan

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi layanan penguasaan konten yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan.

2.4 Pengaruh Layanan Penguasaan Konten terhadap Kebiasaan

Belajar Siswa

Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara ajeg dari waktu-kewaktu dalam rangka menambah ilmu pengetahuan baik di


(51)

sekolah, di rumah maupun bersama teman. Kebiasaan belajar bukan bakat alamiah atau bawaan dari lahir. Setiap orang dapat membentuk sendiri kebiasaan itu. Kebiasaan belajar yang baik timbul di dalam diri kita jika kita berniat melakukannya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, dia harus mengetahui metode, teknik, kemahiran atau cara-cara belajar yang efisien. Kemudian pengetahuan itu dipraktekkan setiap hari sampai menjadi kebiasaan dalam belajar.

Menurut Djaali (2012: 128) “kebiasaan belajar dapat diartikan cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan”. Sejalan dengan pendapat Sumadi Suryabrata (2011: 153) yang merumuskan bahwa cara belajar yang efisien adalah dengan usaha sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi perkembangan individu yang belajar. Hal yang paling penting siswa mempraktikan dalam belajar sehari-hari sehingga lama-kelamaan menjadi kebiasaan, baik di dalam maupun di luar kelas.

Salah satu sistem yang dapat difungsikan dalam upaya pengembangan kebiasaan belajar adalah layanan penguasaan konten. Layanan dalam kegiatan bimbingan konseling ini merupakan sebuah opsi yang dapat dijalankan konselor dalam rangka membantu siswa menemukan cara-cara efektif dan sesuai bagi dirinya untuk melangsungkan kegiatan belajar. Penemuan cara-cara yang efektif dalam kegiatan belajar diyakini dapat membantu dalam membentuk persepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar.

Pengertian layanan penguasaan konten menurut Sukardi (2008: 46) “Layanan pembelajaran (penguasaan konten) adalah layanan bimbingan dan


(52)

konseling yang memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dakam kehidupan sehari-hari”. Peneliti dapat melangsungkan layanan seperti membuat catatan, membuat ringkasan, membaca efektif, bertanya efektif dalam upaya mengembangkan keterampilan belajar, sedangkan dalam pengembangan sikap belajar peneliti dapat memberikan pelayanan seperti menemukan motif belajar, mengatur waktu belajar, belajar menggunakan sumber belajar.

Menurut Prayitno (2004: 2) definisi layanan penguasaan konten adalah “layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar”. Jadi di dalam layanan penguasaan konten harus terdapat suatu konten atau kemampuan atau kompetensi tertentu yang dibelajarkan kepada siswa dan diharapkan siswa mampu menguasai konten tersebut secara matang.Konten dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar siswa. Menurut Mugiarso (2009: 61) layanan penguasaan konten dinilai efektif karena layanan ini memiliki fungsi utama sebagai pemeliharaan dan pengembangan. Setelah mengikuti layanan penguasaan konten diharapkan siswa mampu memelihara kebiasaan belajar yang efektif sehingga mampu memberikan dampak yang positif pada peningkatan prestasi belajar di sekolah.

Layanan pembelajaran/layanan penguasaan konten dalam bidang belajar menurut Prayitno (1997: 88) meliputi kegiatan pengembangan motivasi, sikap dan


(53)

kebiasaan belajar yang baik, keterampilan belajar, program pengajaran perbaikan, dan program pengayaan.

1. Peningkatan keterampilan belajar, antara lain dengan: a. Membuat catatan waktu guru mengajar

b. Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca

c. Membuat laporan (laporan peninjauan, diskusi, pelaksanaan kegiatan tertentu)

d. Mengembangankan cara menjawab/memecahkan soal-soal ulangan/ujian

e. Menyusun makalah f. Membaca efektif

g. Berbahasa efektif (lisan dan tulisan) h. Bertanya efektif

2. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, antara lain dengan:

a. Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar b. Memelihara kondisi kesehatan

c. Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun rumah; membuat jadwal belajar

d. Memilih tempat yang baik

e. Belajar dengan menggunakan sumber-sumber belajar yang kaya (seperti buku teks, kamus, dan berbagai referensi lain, bahan/hasil percobaan/penelitian)

f. Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui (kepada guru, teman, dan siapapun juga)

g. Mengembangkan motivasi dan sikap positif terhadap materi yang dipelajari

Prosedur pelaksanaan layanan penguasaan konten hampir sama dengan layanan klasikal lainnya dalam bimbingan dan konseling. Layanan klasikal umumnya mengisi tahap inti dengan penyajian materi bahasan dan tanya jawab. Berbeda dengan layanan penguasaan konten yang menambahkan kegiatan lanjutan setelah diberikan penyampaian materi dan tanya jawab. Kegiatan lanjutan ini dapat berupa diskusi kelompok, latihan terbatas, survei lapangan, studi kepustakaan, percobaan, atau latihan tindakan. Peneliti berusaha mengetahui pengaruh pemberian layanan penguasaan konten terhadap kebiasaan belajar


(1)

274

Pelaksanaan tahap ini berjalan lancar, siswa terlihat memper-hatikan materi yang disampaikan oleh peneliti. Siswa juga lebih aktif menjawab ketika peneliti mengajukan pertanyaan.

Pada kegiatan penugasan, secara keseluruhan siswa aktif dalam kegiatan kelompok. Selama penugasan berlangsung terlihat siswa antusias dalam melakukan aktifitas kelompok. Namun ada siswa yang pasif dan kurang bersemangat dalam melakukan aktifitas di kelompok-nya. Peneliti menegur siswa tersebut agar lebih aktif dalam kegiatan kelompok.

Pada kegiatan diskusi, peneliti memilih salah satu siswa dari kelompok 1 untuk menyam-paikan materi apa yang dia dapat dari juru bicara kelompok 2. Setelah itu peneliti menanyakan kepada juru bicara dan anggota kelompok 2 apakah materi yang disampaikan oleh anggota kelom-pok 1 sudah sesuai dengan materi yang disampaikan oleh anggota kelompok 2. Secara keseluruhan kegiatan layann ini berjalan dengan lancar.

materi.

8. Menghilangkan rang-sangan yang menggang-gu konsentrasi belajar. Ada 5 siswa yang aktif menjawab ketika peneliti mengajukan pertanyaan. 9. Penggunaan cara belajar

yang efektif dan efisien. Selama penugasan ber-langsung terlihat siswa antusias dalam melaku-kan aktifitas kelompok. Namun ada 4 siswa yang pasif dan kurang berse-mangat dalam melaku-kan aktifitas di kelom-poknya.

10. Penggunaan keterampil-an belajar. Siswa mampu menyam-paikan ulang informasi/ materi yang dia dapat dari juru bicara kelom-pok lain.

PERTEMUAN 7

Hari/tgl: Rabu, 4 Des 2013 Waktu: 40 menit Materi: Strategi membaca

Pelaksanaan layanan penguasaan konten ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu menjelaskan materi, penugasan dan diskusi mengenai strategi membaca yang telah dilaksanakan.

Pada penjelasan materi peneliti melakukan apersepsi dengan menanyakan apa yang siswa ketahui tentang membaca. Siswa mengeluarkan pendapat mengenai apa yang mereka ketahui tentang membaca. Pelak-sanaan tahap ini berjalan lancar, siswa terlihat memperhatikan materi yang disampaikan oleh

6. Ketepatan waktu me-nyelesaikan tugas akademik.

Ada 4 siswa yang belum tepat waktu menyelesai-kan penugasan.

7. Menghindakan diri dari hal-hal yang memung-kinkan tertundanya penyelesaian tugas. Siswa serius dalam mempraktikan strategi membaca bersama dengan temannya.


(2)

peneliti. Siswa juga lebih aktif menjawab ketika peneliti mengajukan pertanyaan. Hampir tidak ada siswa yang mengobrol sendiri ketika penenliti menjelas-kan seperti pertemuan sebelum-nya.

Pada kegiatan penugasan, kegiatan layanan strategi mem-baca berjalan lancar. Hampir tidak ada siswa yang menggang-gu temannya dalam penugasan. Peneliti menjelaskan kembali kepada siswa yang bertanya dan masih mengalami kesulitan dalam penugasan.

Pada kegiatan diskusi, peneliti mempersilahkan se-pasang siswa untuk mengung-kapkan bagaimana kegiatan mereka dalam menghafal materi tersebut. Pada awalnya mereka belum paham dan sedikit kebingungan dalam melaksa-nakan penugasan. Tetapi setelah berusaha memahami cara penugasan tersebut akhirnya mereka paham dan dapat melaksanakan penugasan terkait strategi menghafal.

8. Menghilangkan rang-sangan yang menggang-gu konsentrasi belajar. Tidak ada siswa yang mengganggu temannya dalam penugasan.

9. Penggunaan cara belajar yang efektif dan efisien. Ada 7 siswa juga aktif bertanya apabila mene-mui kesulitan dalam penugasan.

10. Penggunaan keterampil-an belajar. Siswa paham dan dapat melaksanakan penu-gasan terkait strategi menghafal.

PERTEMUAN 8

Hari/tgl: Jum’at, 6 Des 2013 Waktu: 40 menit Materi: Strategi pengorganisasian pendidikan

Pelaksanaan layanan penguasaan konten ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu menjelaskan materi, penugasan dan diskusi mengenai strategi pengor-ganisasian pengetahuan dengan membuat peta konsep yang telah dilaksanakan.

Pada penjelasan materi berjalan lancar, siswa terlihat memperhatikan materi yang di-sampaikan oleh peneliti. Siswa juga lebih aktif menjawab ketika peneliti mengajukan pertanyaan.

Kegiatan selanjutnya ada-lah penugasan. Seteada-lah men-jelaskan mengenai cara membuat peta konsep, peneliti

mem-6. Ketepatan waktu me-nyelesaikan tugas akademik.

Ada 3 siswa yg belum menyelesaikan penugas-an membuat peta konsep tepat waktu.

7. Menghindakan diri dari hal-hal yang memung-kinkan tertundanya pe-nyelesaian tugas. Siswa serius dalam me-ngerjakan penugasan dan mengerjaknnya sesuai kemampuan diri masing-masing.


(3)

276

persilakan siswa untuk membuat peta konsep. Pada kegiatan penugasan, ada siswa yang terlihat masih belum paham dalam membuat peta konsep sehingga peneliti menjelaskan kembali kepada siswa yang masih belum paham. Kegiatan layanan membuat peta konsep berjalan lancar.

Pada kegiatan diskusi, pe-neliti dan siswa hanya sekilas membahas karena ketersediaan waktu yang kurang. Peneliti mempersilahkan siswa yang sudah selesai untuk menunjukkan pete konsep yang telah dibuatnya di depan kelas.

8. Menghilangkan rang-sangan yang menggang-gu konsentrasi belajar. Tidak ada siswa yang mengobrol dan serius mengerjakan penugasan. 9. Penggunaan cara belajar yang efektif dan efisien. Ada 9 siswa bertanya ke peneliti apabila me-nemui kesulitan. 10. Penggunaan

keterampilan belajar. Siswa menggunakan

keterampilan-keterampilan yang peneliti ajarkan untuk menyelesaikan penugasan.


(4)

DOKUMENTASI FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Ruang Kelas VIII B Pelaksanaan Tryout

Pre Test Pelaksanaan

Layanan Penguasaan Konten

Pelaksanaan Pelaksanaan

Layanan Penguasaan Konten Layanan Penguasaan Konten


(5)

278

Kegiatan Berpasangan Kegiatan Membuat Jadwal Belajar

Kegiatan Penugasan Hasil Kegiatan Penugasan


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TEKNIK MIND MAPPING TERHADAP KEEFEKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS XI AP SMK YPE SAMPANG, CILACAP TAHUN AJARAN 2014 2015

2 11 184

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MANAJEMEN WAKTU MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK KONTRAK PERILAKU PADA SISWA KELAS VIII B SMP N 21 SEMARANG TAHUN AJARAN 2013 2014

78 383 244

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN METODE KEGIATAN KELOMPOK DAN DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 5 SEMARANG TAHUN AJARAN 2013 2014

0 9 234

MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL RENDAH MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 SEMARANG TAHUN AJARAN 2013 2014

1 28 245

PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TERHADAP KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARANGRAYUNG PURWODADI TAHUN AJARAN 2015 2016

9 68 166

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR POSITIF SISWA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 1 22

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BERPIKIR KREATIF SISWA SMP NEGERI 3 SALAPIAN LANGKAT TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 13

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII SMP PUTERI SION TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 2 24

PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK PSIKODRAMA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 WARUREJA KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2014 2015 -

0 0 67

SKRIPSI MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN BERBASIS AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP 1 DAWE TAHUN 2013 2014

0 0 24