5 Menurut Djaali 2012: 128 “kebiasaan belajar dapat diartikan cara atau
teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk
menyelesaikan kegiatan” Berdasarkan beberapa pengertian kebiasaan belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa kebiasaan belajar adalah perilaku kegiatan belajar yang relatif menetap yang dilakukan siswa pada waktu ia menerima pelajaran dari guru,
membaca buku dan mengerjakan tugas-tugas sekolah, serta pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut karena sudah berulang-ulang
rutin dilakukan, baik cara, strategi belajar, maupun pendekatan yang digunakan dalam belajar dalam rangka menambah ilmu pengetahuan baik di sekolah, di
rumah maupun bersama teman. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan belajar dalam penelitian ini kebiasaan yang ditunjukkan oleh siswa dalam melaksanakan
kegiatan belajar.
2.2.2 Pembentukan Kebiasaan Belajar Siswa
Pembentukan kebiasaan belajar seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
Siswa yang dibesarkan dalam keluarga yang memiliki kebiasaan belajar yang baik cenderung memiliki kebiasaan belajar yang baik pula. Begitupun lingkungan
sekolah yang kondusif akan berpengaruh terhadap kebiasaan belajar. Witherington 1991: 143 menyatakan bahwa kebiasaan dibentuk dengan dua cara, yakni:
Pertama melalui pengulangan suatu kejadian dengan cara yang sama karena cara tersebut lebih mudah dilakukan daripada cara-cara lain
sehingga dilakukan secara berulang-ulang. Misalnya cara memakai sepatu dapat dilakukan dengan mendahulukan kaki tertentu. Cara kedua
membentuk kebiasaan belajar dengan disengaja dan berencana. Cara seperti ini biasa digunakan individu untuk mengubah kebiasaan lama
dan mengantikannya dengan kebiasaan baru yang diangap memiliki efek yang lebih baik bagi dirinya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengubah kebiasaan belajar siswa yang lama dan berupaya menggantinya dengan kebiasaan belajar yang baru yang
diasumsikan memiliki efek yang lebih baik bagi diri siswa. Peneliti akan memberikan pelatihan-pelatihan terkait kebiasaan belajar siswa. Dengan
pemberian pelatihan terkait kebiasaan belajar tersebut diharapkan siswa dapat menerapkannya dalam kegiatan belajar sehari-hari sehingga memberikan
pengaruh positif terhadap diri siswa.
2.2.3 Aspek-Aspek Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar mempunyai dua aspek, seperti yang dikemukakan dalam skala sikap dan kebiasaan yang disusun oleh Brown dan Holtzman sebagaimana
dikutip oleh Djaali 2012: 128. Aspek-aspek tersebut mencakup : 1
Cara siswa mengerjakan tugas di sekolah Delay Avoidance. Delay Avoidance merujuk pada ketepatan waktu menyelesaikan
tugas-tugas akademik, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan
tertundanya penyelesaian
tugas, dan
menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar.
2 Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar Works
Methods. Works Methods merujuk pada penggunaan cara prosedur belajar yang efektif dan efisien dan keterampilan
belajar.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kebiasaan belajar diantaranya cara siswa mengerjakan tugas di sekolah Delay
Avoidance; kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar Works Methods.
Aspek-aspek kebiasaan belajar tersebut akan digunakan sebagai kisi-kisi pembuatan instrumen dalam penelitian ini.
Aspek kebiasaan belajar yang pertama yaitu cara siswa mengerjakan tugas di sekolah Delay Avoidance merujuk pada ketepatan waktu menyelesaikan
tugas-tugas akademik, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan
mengganggu konsentrasi dalam belajar. 1 Ketepatan waktu menyelesaikan tugas-tugas akademik
Seseorang yang sulit untuk melakukan sesuatu dengan batas waktu yang ditentukan, sering mengalami keterlambatan mempersiapkan waktu dengan sangat
berlebihan, dan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dikatakan sebagai perilaku prokrastinasi.
Miligram sebagaimana dikutip oleh Ghufron 2010: 153 mengatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku yang meliputi 1
suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas; 2
menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam
menyelesaikan tugas; 3 melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai suatu tugas
sekolah maupun tugas rumah tangga; 4 menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan misalnya perasaan cemas,
perasaan bersalah, marah, panik dan sebagainya.
Prokrastinasi menyebabkan berbagai hal yang dapat merugikan bagi pelakunya. Akibat dari prokrastinasi menurut Solomon dan Rothblum 1984: 503
adalah: a Tugas tidak terselesaikan, tugas terselesaikan tetapi hasilnya
tidak memuaskan disebabkan karena individu terburu-buru dalam menyelesaikan tugas tersebut untuk mengejar batas
waktu deadline.
b Menimbulkan kecemasan
sepanjang waktu
sampai terselesaikannya tugas tersebut.
c Tingkat kesalahan yang tinggi karena individu merasa tertekan dengan batas waktu yang semakin sempit disertai dengan
peningkatan rasa cemas sehingga individu sulit berkonsentrasi secara maksimal.
d Waktu yang terbuang lebih banyak dibandingkan dengan orang lain yang mengerjakan tugas yang sama.
e Pada pelajar dapat merusak kinerja akademik seperti kebiasaan buruk dalam belajar, memotivasi belajar rendah serta rasa
percaya diri yang rendah.
Menurut Slameto 2010: 87 salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan latihan-latihan. Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tesulangan atau ujian
yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuatmengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku-buku ataupun soal-soal buatan sendiri.
2 Menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya
penyelesaian tugas Seseorang yang sulit untuk melakukan sesuatu dengan batas waktu yang
ditentukan, sering mengalami keterlambatan mempersiapkan waktu dengan sangat berlebihan, dan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan batas waktu yang
telah ditentukan dikatakan sebagai perilaku prokrastinasi. Individu yang melakukan prokrastinasi lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman atau
pekerjaan lain yang sebenarnya tidak begitu penting daripada mengerjakan tugas yang harus diselesaikan dengan cepat.
Prokrastinasi dapat dikatakan hanya sebagai penundaan atau kecenderungan menunda-nunda memulai suatu pekerjaan. Namun prokrastinasi
juga dapat dikatakan penghindaran tugas yang diakibatkan karena perasaan tidak senang terhadap tugas dan takut gagal dalam mengerjakan tugas.
Ferrari, dkk., 1995: 82 mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator
tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu berupa: a Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja
pada tugas yang dihadapi. b Keterlambatan dalam mengerjakan tugas.
c Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. d Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada
melakukan tugas yang harus dikerjakan 3 Menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar
Slameto 2010: 86 mengemukakan bahwa konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan dengan pelajaran. Kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap suatu hal atau pelajaran
itu pada dasarnya ada pada setiap orang, hanya besar atau kecilnya kemampuan itu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan orang tersebut, lingkungan
dan latihanpengalaman. Pemusatan pikiran merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi bukan bakatpembawaan. Pemusatan pikiran dapat dicapai dengan
mengabaikan atau tidak memikirkan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya, jadi hanya memikirkan suatu hal yang dihadapidipelajari serta yang ada
hubungannya saja. Konsentrasi besar pengaruhnya terhadap belajar. Jika seseorang
mengalami kesulitan berkonsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga, waktu dan biaya saja. Seseorang yang dapat belajar dengan
baik adalah orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata lain ia harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran.
Menurut Slameto 2010: 87, dalam kenyataannya seseorang sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi. Hal ini disebabkan karena:
a Kurang berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari b Terganggu oleh keadaan lingkungan bising, keadaan yang
semrawut, cuaca buruk, dan lain-lain c Pikiran kacau dengan banyak urusanmasalah-masalah
kesehatan jiwa dan raga yang terganggu badan lemah d Bosan terhadap pelajaransekolah.
Aspek kebiasaan belajar yang kedua adalah kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar Works Methods. Works Methods merujuk pada
penggunaan cara prosedur belajar yang efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.
1 Penggunaan cara belajar yang efektif dan efisien Menurut Slameto 2010: 76 belajar yang efisien dapat tercapai
apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin. Menurut
Slameto 2010: 76 cara belajar yang efektif dan efisien memperhatikan hal seperti berikut ini:
a Keadaan jasmani Belajar memerlukan tenaga. Karena itu untuk mencapai hasil
yang baik diperlukan keadaan jasmani yang sehat. Siswa yang sakit, kurang makan, kurang tidur atau kurang baik alat inderanya
tidak dapat belajar dengan efektif. Kekurangan itu harus ditiadakan lebih dahulu. Kemungkinan diperlukan bantuan dokter.
b Keadaan emosional dan sosial Siswa yang merasa jiwanya tertekan, yang selalu dalam keadaan
takut akan kegagalan, yang mengalami goncangan karena emosi- emosi yang kuat tidak dapat belajar efektif. Demikian pula bila
seorang siswa tidak disukai oleh temannya akan menemui kesulitan belajar.
c Keadaan lingkungan Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh
perangsang-perangsang dari sekitar. Untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran, jangan sampai belajar sambil mendengarkan.
Akan tetapi keadaan yang terlampau menyenangkan seperti kursi yang terlampau empuk dapat merugikan. Sebelum memulai
pelajaran harus disediakan segala sesuatu yang diperlukan. Buku- buku, kitab tulis, kertas, pensil dan lain-lain harus telah tersedia
rapi, sehingga belajar tak terputus-putus karena mencari-cari buku atau meruncingkan pensil dan lain-lain. Meja tulis harus bersih
dan jangan penu dengan barang-barang yang tak diperlukan.
d Memulai belajar Pada permulaan belajar sering dirasakan keterlambatan,
keengganan belajar. Kalau perasaan itu kuat, belajar itu sering diundurkan, malahan tidak dikerjakan. Keterlambatan itu dapat
diatasi dengan suatu “perintah” kepada diri sendiri untuk memulai pekerjaan itu tepat pada waktunya, misalnya: pukul delapan tepat
tidak kurang atau lewat satu menit pun. Dalam hal ini kita seakan- akan membagi diri dalam dua bagian, yaitu yang satu memberi
perintah dan yang satu mematuhi perintah.
e Pupuk sikap optimistis Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi akan
meningkat dan karena itu memupuk sikap yang optimis. Kalau hari ini diselesaikan 40 halaman, mungkin besok dapat kita baca
lebih banyak. Lakukan segala sesuatu dengan sesempurna- sesempurnanya, pekerjaan yang baik memupuk suasana kerja
yang menggembirakan, misalnya tulisan yang rapi, pensil yang runcing, buku-buku yang tersusun baik dan lain-lain.
f Buatlah waktu dalam belajar Biasanya orang dapat bekerja dengan penuh perhatian selama 40
menit, orang yang ingin belajar atau bekerja sungguh-sungguh. Harus bertekad, jangan meninggalkan tempat duduknya selama
40 menit, apapun yang terjadi. Selama 40 menit itu curahkan perhatian kepada tugas kita. Kemudian kita adakan istirahat 5
menit persisi tidak lebih atau kurang, lalu bekerja lagi selama 40 menit dan seterusnya. Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk
memerintah diri kita. Menyeleweng dari waktu itu berarti kegagalan.
Perwujudan belajar yang efektif dan efisien salah satunya dengan melakukan kegiatan pembelajaran kelompok Cooperative Learning.
Menurut Wina Sanjaya 2008 : 129 belajar kelompok dilakukan secara
beregu. Sekelompok siswa diajar oleh orang atau beberapa orang guru. Bentuk pembelajarannya dapat berupa kelompok besar atau pembelajaran
klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual, setiap
individu dianggap sama. Menurut Wina Sanjaya 2011 : 242 Pembelajaran kelompok merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokantim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau
suku yang berbeda heterogen. Wina Sanjaya 2011 : 242 mengemukakan dua alasan pentingnya
pembelajaran kelompok digunakan dalam pendidikan, pertama beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri
dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah,
dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan
keterampilan. 2
Penggunaan keterampilan belajar Di bawah ini akan dipaparkan mengenai strategi atau keterampilan belajar
sebagai upaya meningkatkan kebiasaan belajar siswa dalam Sunawan
2010: 39-70:
a Strategi Menghafal
Setiap hari kita selalu mengingat sesuatu, tetapi kita juga sering lupa terhadap sesuatu yang ingin kita ingat. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengingat: 1 Latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang. Metode ini dapat
dilaksanakan dengan: 1 kartu belajar dan 2 latihan-latihan soal. 2 Menggunakan strategi mnemonik. Mnemonik mengacu pada penataan
materi pelajaran yang hendak diingat ke dalam suatu kumpulan- kumpulan yang bermakna. Terdapat beberapa cara yang dapat
dilaksanakan untuk mengingat berkaitan dengan metode mnemonik ini, yaitu dengan 1 singkatan dan 2 cerita.
b Strategi Membaca
Banyak para siswa atau bahkan mahasiswa mengeluhkan bahwa kegiatan membaca yang mereka lakukan tidak banyak membantuk meningkatkan
pengetahuan mereka. Membaca dirasa sesuatu yang menjenuhkan dan tidak menantang. Salah satu penyebabnya adalah karena membaca dianggap melihat
tulisan dari buku dan tidak ada strategi khusus dalam membaca. Paparan ini membahas strategi dalam membaca.
Proses membaca buku teks dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu mempreview, membaca, menguji diri sendiri self test, dan mereview. Ada
beberapa proses yang perlu dilaksanakan pada setiap tahapan membaca.
c Strategi Mengikuti PerkuliahanKelas dan Mencatat
Mengikuti perkuliahan dan mencatat merupakan satu kesatuan aktivitas. Selama mengikuti perkuliahan, peserta didik berusaha memahami informasi yang
disampaikan pendidik. Supaya informasi yang diterima dapat diingat kembali atau dilacak setelah perkuliahan selesai maka diperlukan catatan. Paparan ini
menjelaskan tentang pelaksanaan kedua strategi tersebut. 1 Strategi Mengikuti PerkuliahanKelas
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan aktif selama mengikuti perkuliahan: 1 persiapkan berbagai alat tulis, buku
catatan, dan buku teks untuk mendukung transfer pengetahuan. Jangan sampai pendukung tersebut ketinggalan, 2 mendengarkan aktif sangat
dipengaruhi oleh sikap terhadap perkuliahan atau kelas, 3 mendengarkan aktif dilaksanakan secara bertujuan, 4 mendengarkan perkuliahan
merupakan tanggung jawab peserta kuliah atau peserta didik. 2 Strategi Mencatat
Mencatat yang dimaksud di sini adalah mencatat untuk merekam isi perkuliahan atau materi kelas dalam bentuk catatan tertulis. Seorang pencatat
yang baik adalah seorang pendengar yang baik pula. Tidak mungkin diperoleh catatan kuliah yang komprehensif ketika tidak mendengarkan
secara aktif. Di sinilah keterkaitan antara mendengarkan aktif dengan mencatat. Oleh karena itu, sebelum mengikuti perkuliahan diharapkan telah
dikenali terlebih dahulu apa yang hendak dipelajari dalam pertemuan kelaskuliah dan menyiapkan berbagai perlengkapan untuk mencatat.
d Strategi Pengorganisasian Pengetahuan
Strategi pengorganisasian merupakan strategi yang digunakan untuk menata atau mengorganisir pengetahuan. Strategi pengorganisasian ini dilakukan setelah
mengikuti kegiatan perkuliahan atau kelas, umumnya dilakukan setelah diperoleh sekumpulan materi kuliahpelajaran secara lengkap dan kemudian diorganisir
menjadi satu sehingga dapat dilihat kesalingterkaitan antar satu konsep dengan konsep yang lain yang diperoleh dari beberapa kali pertemuan. Dengan demikian
pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari kelas dapat dilihat sebagai sesuatu yang bermakna. Pengorganisasian pengetahuan umumnya dilakukan dengan
menggunakan peta konsep. Peta konsep merupakan suatu gambaran dari informasi yang diperoleh dari
suatu bacaan atau penjelasan dari guru maupun orang lain. Pembuatan peta konsep dimulai dari suatu fokus yang berupa topik utama dari suatu materi. Fokus
tersebut kemudian diperluas kepada beberapa aspek atau informasi penting lainnya yang dikembangkan dari materi. Jumlah aspek ini dibuat sesuai dengan
jumlah poin yang terdapat dalam materi. Contoh bentuk peta konsep dapat digambarkan sebagai berikut.
e Strategi Menghadapi Ujian
Ada tiga hal yang dapat dilakukan dalam rangka menghadapi ujian, yaitu memprediksi soal ujian, menghadapi kecemasan dalam ujian, dan strategi
mengerjakan tes. Berikut ini penjelasan masing-masing bagian strategi menghadapi tes.
1 Memprediksi soal tes Sumber informasi yang dapat digunakan dalam rangka memprediksi
soal tes diantaranya catatan kuliah dan tugas bacaan, dosen atau guru, isi perkuliahan atau diskusi kelas, dan tukar-menukar informasi dengan teman.
2 Menghadapi kecemasan tes Ada tiga hal yang bisa dilakukan dalam menghadapi kecemasan, yaitu
1 melakukan persiapan tes seoptimal mungkin, mulai dari membaca buku teks, melengkapi catatan, belajar secara sistematis, malakukan review
pelajaran secara periodik, memprediksi soal dan melakukan latihan soal, 2 mengembangkan sikap positif dan meningkatkan efikasi diri dalam
menghadapi ujian, 3 melakukan proses rileksasi. 3 Strategi menghadapi ujian
Ada enam langkah yang perlu dilakukan dalam mengerjakan ujian, yaitu 1 mengikuti instruksi, 2 mempreview soal ujian, 3 merencanakan
pendekatan, 4 menerapkan rencana ke dalam tindakan, 5 mereview jawaban ujian, 6 mengevaluasi hasil.
f Peningkatan Kesadaran Metakognitif
Memilih strategi dalam belajar didasari oleh kesadaran berpikir tentang cara berpikirnya dan kesadaran tentang cara pelajarnya. Kesadaran ini secara ilmiah
dikenal dengan istilah metakognitif. Kesadaran metakognitif ini mencakup pemahaman tentang karakteristik pengetahuan yang akan dipelajari, pengetahuan
dan keterampilan tentang strategi belajar, serta pengetahuan tentang diri sendiri.
g Strategi Menyusun Jadwal Belajar
Penyusunan jadwal belajar dilaksanakan dalam lima tahapan, yaitu: 1 Mengembangkan tujuan
2 Mengembangkan rencana tindakan yang selaras dengan usaha pencapaian tujuan.
3 Memantau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dalam tahap kedua secara terus-menerus.
4 Mengembangkan solusi yang strategis atas setiap masalah yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan atau rencana tindakan..
5 Evaluasi hasil.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar