4.2 Pembahasan
Berdasarkan tujuan dan hasil dari penelitian ini, maka akan dibahas secara rinci tentang gambaran kebiasaan belajar siswa kelas VIII B SMP Tamtama
Kemranjen Banyumas sebelum diberikan layanan penguasaan konten, gambaran kebiasaan belajar siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas setelah
diberikan layanan penguasaan konten dan gambaran perbedaan kebiasaan belajar siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen sebelum dan setelah diberikan
layanan penguasaan konten.
4.2.1 Gambaran Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Sebelum Diberikan Layanan Penguasaan
Konten
Kebiasaan belajar dapat diartikan cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan
pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Kebiasaan belajar mempunyai dua aspek, seperti yang dikemukakan dalam skala sikap dan kebiasaan yang
disusun oleh Brown dan Holtzman sebagaimana dikutip oleh Djaali 2012: 128. Aspek-aspek tersebut yaitu: pertama, cara siswa mengerjakan tugas di sekolah
Delay Avoidance, merujuk pada ketepatan waktu menyelesaikan tugas-tugas akademik, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya
penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar; kedua, Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar
Works Methods yang merujuk pada penggunaan cara prosedur belajar yang efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, siswa dikatakan memiliki kebiasaan belajar baik
apabila memiliki perilaku dalam belajar sesuai aspek-aspek yang dijelaskan di atas. Sebaliknya, apabila cara siswa mengerjakan tugas di sekolah dan kebiasaan
dalam melaksanakan kegiatan belajar masih kurang berarti kebiasaan belajar siswa masih belum efektif.
Berdasarkan hasil analisis DCM, beberapa gejala kebiasaan belajar siswa yang kurang baik terjadi pada siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen
Banyumas seperti belajar tidak teratur waktunya, belajar kalau ada ulangan, sukar memusatkan perhatian waktu belajar di rumah, kalau belajar sering mengantuk,
susah belajar dengan cara menghafal, sulit belajar dengan cara membayangkan, dan sulit belajar dengan membuat ringkasan. Dari hasil wawancara dengan wali
kelas diketahui bahwa siswa kurang memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas, siswa kurang aktif dalam kegiatan kelompok, dan siswa
yang mengantuk di dalam kelas ketika pelajaran berlangsung. Berdasarkan perhitungan pre tes diperoleh hasil bahwa rata-rata kebiasaan
belajar siswa sebelum diberi layanan penguasaan konten dalam kategori sedang. Peneliti melakukan penelitian terhadap siswa kelas VIII B karena kebiasaan
belajar mereka termasuk dalam kategori sedang pada kelas yang bawah. Hal ini menunjukkan bahwa aspek kebiasaan belajar siswa meliputi ketepatan waktu
menyelesaikan tugas-tugas akademik, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, menghilangkan rangsangan yang
akan mengganggu konsentrasi dalam belajar, penggunaan cara belajar yang efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas akademik dan penggunaan keterampilan
belajar sebagai indikator kebiasaan belajar siswa telah dimiliki, tetapi belum efektif atau belum berjalan dengan baik.
4.2.2 Gambaran Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Setelah Diberikan Layanan Penguasaan
Konten Salah satu sistem yang dapat difungsikan dalam upaya pengembangan
kebiasaan belajar adalah layanan penguasaan konten. Dalam mengembangkan keterampilan belajar, guru dapat melangsungkan layanan tentang cara membuat
catatan, membuat ringkasan, membaca efektif, bertanya efektif. Dalam pengembangan sikap belajar, guru dapat memberikan pelayanan seperti
menemukan motif belajar, mengatur waktu belajar, belajar menggunakan sumber belajar.
Pemberian perlakuan berupa layanan penguasaan konten dalam penelitian ini dilakukan sebanyak delapan kali. Materi dan penugasan yang peneliti berikan
disesuaikan dengan aspek-aspek yang ingin dikembangkan. Pada materi membuat jadwal kegiatan aspek yang ingin dikembangkan adalah ketepatan waktu
menyelesaikan tugas akademik; materi meningkatkan motivasi belajar aspek yang ingin dikembangkan adalah menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan
tertundanya penyelesaian tugas; materi mengurangi rasa kantuk saat belajar aspek yang ingin dikembangkan adalah menghilangkan rangsangan yang mengganggu
konsentrasi belajar; materi strategi belajar kelompok aspek yang ingin dikembangkan adalah cara belajar efektif; sedangkan pada materi strategi
mendengarkan aktif, materi strategi menghafal, materi strategi membaca dan
materi strategi pengorganisasian pengetahuan dengan peta konsep, aspek yang ingin dikembangkan adalah penggunaan keterampilan belajar.
Setelah diberi perlakuan layanan penguasaan, terjadi peningkatan kebiasaan belajar siswa seperti yang diharapkan. Peningkatan kebiasaan belajar
siswa tercermin dari rata-rata hasil pre test dalam kategori sedang dan rata-rata kebiasaan belajar siswa setelah diberi layanan penguasaan konten dalam kategori
tinggi. Peningkatan kebiasaan belajar paling sedikit pada R-12 sedangkan peningkatan paling banyak pada R-13.
Dari kelima indikator kebiasaan belajar siswa, indikator ketepatan waktu menyelesaikan tugas akademik masuk dalam skor perkembangan tertinggi. Hal ini
sesuai dengan hasil pengamatan bahwa selama pemberian layanan penguasaan konten siswa dapat menyelesaikan penugasan yang peneliti berikan tepat waktu.
Pada awal pertemuan, siswa mengerjakan penugasan tidak tepat waktu dan diakhir pertemuan hanya 3 siswa yang mengerjakan penugasan tidak tepat waktu.
Hal ini dikarenakan sebelum memperoleh layanan penguasaan konten, siswa belum memiliki tujuan belajar yang spesifik. Setelah diberi layanan penguasaan
konten siswa sudah memiliki tujuan belajar yang spesifik sehingga mereka terpacu untuk mewujudkan tujuan belajarnya tersebut yang ditunjukkan dengan
keseriusan dan ketepatan waktu dalam mengerjakan penugasan yang peneliti berikan.
Peneliti melakukan wawancara kepada guru matematika, guru IPS, guru IPA dan guru tata boga untuk melengkapi data mengenai ketepatan waktu
melaksanakan tugas akademik siswa kelas VIII B. Tujuan wawancara ini adalah
untuk mengetahui apakah ada perbedaan ketepatan waktu menyelesaikan tugas akademik siswa sebelum dan setelah memperoleh layanan penguasaan konten.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat guru mata pelajaran tersebut diketahui bahwa siswa yang sering terlambat dalam mengumpulkan
penugasan di mata pelajaran matematika, IPS, IPA dan tata boga adalah R-2, R- 13, R-14 dan R-28. Setelah diberikan layanan penguasaan konten terkait
kebiasaan belajar siswa hanya R-27 yang masih belum tepat waktu dalam mengumpulkan tugas akademik.
Siswa yang tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas ditunjukkan dengan penundaan menyelesaikan tugas akademik atau biasa disebut prokratinasi
akademik. Akibat dari prokrastinasi atau penundaan menyelesaikan tugas menurut Solomon dan Rothblum 1984: 503 adalah:
a Tugas tidak terselesaikan, tugas terselesaikan tetapi hasilnya tidak memuaskan disebabkan karena individu terburu-buru
dalam menyelesaikan tugas tersebut untuk mengejar batas waktu deadline.
b Menimbulkan kecemasan
sepanjang waktu
sampai terselesaikannya tugas tersebut.
c Tingkat kesalahan yang tinggi karena individu merasa tertekan dengan batas waktu yang semakin sempit disertai dengan
peningkatan rasa cemas sehingga individu sulit berkonsentrasi secara maksimal.
d Waktu yang terbuang lebih banyak dibandingkan dengan orang lain yang mengerjakan tugas yang sama.
e Pada pelajar dapat merusak kinerja akademik seperti kebiasaan buruk dalam belajar, memotivasi belajar rendah serta rasa
percaya diri yang rendah.
Berdasarkan teori tersebut, siswa yang tidak tepat waktu menyelesaikan tugas merasa cemas dan tertekan sehingga mereka berusaha menyelesaikan
tugasnya tepat waktu untuk menghilangkan perasaan cemas dan tertekan yang mereka rasakan.
Indikator yang persentase perkembangannya paling rendah setelah diberi layanan penguasaan konten adalah indikator penggunaan keterampilan belajar.
Hal ini sesuai dengan pengamatan bahwa siswa ketika dilakukan penugasan terkait keterampilan belajar, sebagian siswa belum paham mengenai strategi yang
digunakan dalam belajar seperti srategi mendengarkan, strategi membaca, strategi menghafal dan strategi pengorganisasian pengetahuan. Siswa masih banyak
bertanya ketika penugasan terkait strategi-strategi belajar tadi. Hal tersebut dikarenakan siswa juga tidak memahami strategi-strategi belajar tersebut dan
dalam aktifitas belajar selama ini siswa juga belum menerapkannya. Selain itu, peneliti dalam memberikan layanan penguasaan konten terkait strategi belajar
kurang maksimal dikarena durasi waktu pelajaran yang terbatas. Untuk melaksanan penugasan strategi belajar dibutuhkan waktu yang lama, tetapi karena
waktu yang dimiliki hanya 40 menit masih kurang untuk mengerjakan penugasan sehingga pemberian layanan dengan materi strategi belajar kurang maksimal.
Menurut hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran yaitu guru matematika, guru IPS, guru IPA dan guru tata boga diketahui bahwa terjadi
perubahan penggunaan keterampilan belajar setelah diberikan layanan penguasaan konten tetapi tidak terlalu signifikan. Tidak lebih dari 10 siswa yang menerapkan
keterampilan belajar seperti strategi mencatat ataupun strategi menghafal ketika pelajaran di kelas.
Kebiasaan belajar bukan sesuatu yang instant tetapi menempuh proses yang panjang. Kebiasaan belajar ini tidak tumbuh dalam sekejap, tetapi
memerlukan tahapan-tahapan dan melewati proses panjang dalam pembentukan. Witherington 1991: 143 menyatakan bahwa kebiasaan dibentuk dengan dua
cara, yakni: Pertama melalui pengulangan suatu kejadian dengan cara
yang sama karena cara tersebut lebih mudah dilakukan daripada cara-cara lain sehingga dilakukan secara berulang-ulang. Misalnya
cara memakai sepatu dapat dilakukan dengan mendahulukan kaki tertentu. Cara kedua membentuk kebiasaan belajar dengan disengaja
dan berencana. Cara seperti ini biasa digunakan individu untuk mengubah kebiasaan lama dan mengantikannya dengan kebiasaan
baru yang diangap memiliki efek yang lebih baik bagi dirinya.
Berdasarkan teori di atas, diketahui bahwa sebelum memperoleh layanan penguasaan konten siswa kelas VIII B sudah menggunakan strategiketerampilan
belajar sendiri sesuai dengan kebiasaannya. Penggunaan keterampilan siswa kelas VIII B masuk dalam kriteria sedang yang artinya mereka sudah menggunakan
keterampilan dalam belajar tetapi belum maksimal. Setelah diberikan layanan penguasaan konten, siswa kelas VIII B mengubah kebiasaan lama mengenai
penggunaan keterampilan belajar mereka dan mengantikannya dengan kebiasaan baru yang diangap memiliki efek yang lebih baik bagi dirinya. Namun kebiasaan
belajar ini tidak tumbuh dalam sekejap, tetapi memerlukan tahapan-tahapan dan melewati proses panjang dalam pembentukan. Karena rentang waktu pemberian
layanan penguasaan konten terkait penggunaan keterampilan belajar baru beberapa minggu sehingga siswa kelas VIII B masih membutuhkan waktu untuk
membiasakan penerapannya.
Hasil analisis deskriptif persentase di atas menunjukkan bahwa layanan penguasaan konten dapat memberikan pengaruh positif terhadap kebiasaan belajar
siswa. Menurut Prayitno 2004: 2 definisi layanan penguasaan konten adalah “layanan bantuan kepada individu sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok
untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar”. Jadi dalam layanan penguasaan konten harus terdapat suatu konten atau
kemampuan atau kompetensi tertentu yang dibelajarkan kepada siswa dan diharapkan siswa mampu menguasai konten tersebut secara matang. Konten
dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar siswa yang baik. Selain itu, layanan penguasaan konten dinilai efektif karena layanan ini memiliki fungsi utama
sebagai pemeliharaan dan pengembangan. Prayitno 2004: 215 menyatakan bahwa “fungsi pemeliharaan dan pengembangan berarti memelihara segala
sesuatu yang baik positif yang ada dalam diri individu siswa, baik hal ini merupakan bawaan maupun hasil perkembangan yang telah dicapai sebelumnya”.
Melalui pemberian layanan penguasaan konten ini diharapkan dapat merubah kebiasaan belajar siswa yang sebelumnya pada kategori rendah maupun sedang
dapat menjadi tinggi dan siswa yang sebelumnya pada kategori tinggi tetap dapat dijaga serta dipertahankan atau bahkan dapat menjadi sangat tinggi.
4.2.3 Perbedaan Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas Sebelum dan Setelah Diberikan Layanan
Penguasaan Konten Berdasarkan hasil analisi deskriptif presentase gambaran kebiasaan belajar
siswa sebelum diberi layanan penguasaan konten pretest termasuk dalam kategori sedang. Setelah mendapatkan perlakuan berupa layanan penguasaan
konten posttest dengan persentase rata-rata tersebut mengalami perkembangan sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil post test
menunjukkan bahwa ada perbedaan kebiasaan belajar siswa sebelum dan setelah diberi layanan penguasaan konten. Kebiasaan belajar siswa setelah diberi
perlakuan lebih tinggi dibandingakn sebelum diberi perlakuan, dengan kata lain setelah diberi layanan penguasaan konten secara keseluruhan siswa sudah
memiliki kebiasaan belajar yang baik. Peneliti juga melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t-test.
Adapun langkah yang ditempuh sebelum melaksanakan analisis uji t-test adalah uji normalitas data sebelum dan setelah diberi perlakuan layanan penguasaan
konten. Hasil uji normalitas dengan bantuan komputer program SPSS kebiasaan belajar siswa menunjukkan data berdistribusi normal karena data signifikansi
lebih besar dari 0,05. Nilai data signifikansi untuk data pretest sebesar 0,033 dan data posttest sebesar 0,973 yang melebihi 0,05 maka data tentang kebiasaan
belajar siswa berdistribusi normal sehingga dapat digunakan statistik parametrik yaitu uji t-test. Hasil uji perbedaan kebiasaan belajar siswa tersebut yaitu bahwa
hasil analisis uji coba diperoleh t
hitung
= 13,877 dan t
tabel
= 2,042. Jadi, nilai t
hitung
t
tabel.
Berdasarkan hasil uji beda tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kebiasaan belajar siswa sebelum dan setelah
mendapatkan perlakuan atau dengan kata lain hipotesis yang diajukan di terima. Hal ini menunjukkan bahwa secara nyata ada perbedaan kebiasaan belajar siswa
antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Dengan demikian, terbukti bahwa
layanan penguasaan konten memberikan pengaruh positif terhadap kebiasaan belajar siswa.
Hasil pengamatan menujukan perkembangan dari kebiasaan belajar siswa selama pelaksanaan layanan penguasaan konten. Diantaranya adalah ketepatan
waktu menyelesaikan tugas akademik dapat dilihat dari ketepatan waktu ketika mereka mengerjakan penugasan yang peneliti berikan; menghindakan diri dari
hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas dapat dilihat dari siswa tidak berbicara sendiri dan mengganggu jalannya kegiatan penugasan;
menghilangkan rangsangan yang mengganggu konsentrasi belajar dapat dilihat dari siswa dapat fokus dan berpartisipasi aktif dalam mengikuti layanan;
penggunaan cara belajar yang efektif dan efisien dapat dilihat dari mereka aktif dalam kegiatan kelompok dan bertanya apabila menemui kesulitan; dan yang
terakhir penggunaan
keterampilan belajar
ditunjukkan dengan
siswa mempraktekkan strategi-strategi belajar yang diajarkan selama melaksanakan
penugasan. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan hasil analisis data yang secara statistik menunjukkan bahwa pemberian layanan penguasaan konten
memberikan pengaruh positif terhadap kebiasaan belajar siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas tahun ajaran 20132014
Hasil analisis perbandingan pretest dan posttest, analisis uji t-test, dan observasi pelaksanaan layanan penguasaan konten semuanya menunjukkan
adanya perubahan pada kebiasaan belajar siswa yaitu meningkatnya kebiasaan belajar siswa setelah diberikan layanan penguasaan konten. Adanya peningkatan
kebiasaan belajar siswa secara bertahap maka dapat disimpulkan bahwa layanan
penguasaan konten berpengaruh positif terhadap kebiasaan belajar siswa kelas VIII B SMP Tamtama Kemranjen Banyumas tahun ajaran 20132014.
4.3 Keterbatasan dalam Penelitian