Keingintahuan Curiosity Analisa Partisipan I .A Identitas Diri Partisipan I

2. Keingintahuan Curiosity

HK yang tidak mengetahui apa-apa mengenai kecelakaan yang terjadi pada dirinya membuat dirinya berusaha untuk mencari tahu mengenai hal tersebut. Berbagai cara dilakukannya, dari mulai menanyakan pada teman dan saudara sampai mencari sendiri di internet. Kecelakaan yang terjadi pada HK memang menjadi berita pada beberapa situs berita online. HK memang menjadi tahu dengan apa yang terjadi pada dirinya, tapi tidak lantas membuat HK ingat dengan yang terjadi dengan dirinya. Sampai sekarang HK mengaku belum ingat mengenai kecelakaan tersebut. “Kan pas baca di mana, kan nengok juga di internet, kak. Nengok berita. Ada. Tengok kejadian 19 Maret di Satabat. Rupanya ada. Kata supirnya, saya melihat anak sekolah, dia kebingungan lari ke kanan-ke kiri. Abis itu saya tidak tahu, katanya. Ga ingat tapi, kak. Kalau ditanya kejadian itu sampai sekarang ga ingat. Ingatnya pulang sekolah berhenti di situ. ” WI-HKb.221-229hal.11 Melihat kondisi dirinya yang cukup parah, HK bertanya-tanya pada dirinya sendiri mengenai apa yang menyebabkan dirinya tidak lagi sempurna. HK semakin tidak percaya dengan kecelakaan yang menimpa dirinya saat melihat barang-barang yang berhasil dikumpulkan pada saat kejadian terjadi. “Yaa nangis, sedih, kak. Campur lah, kak. Hilang gini-gini. Kok bisa hilang kenapa? Hilangnya seberapa? Yaa tanya-tanya juga, kak. Pertama kan segini .” menunjukkan seberapa banyak kaki yang harusnya diamputasi WI-HKb.153-157hal.8 Universitas Sumatera Utara “Ya kadang HK tengok juga. Oalah, kok bisa gitu. Itu buku apa tu, buku PPKN lah itu di dalam, kak. Kan tryout tu pulangnya jam berapa ya, jam 12 udah pulang. Kecelakaannya kan jam seengah 2 atau jam berapa. Kalau dilihat gitu kan, kok hancur…” WII-HKb.697-701hal.32 Saat ini, HK sudah terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Namun, dirinya masih mengambil cuti dikarenakan masih dalam tahap pemulihan. Kondisi tubuhnya yang tidak lagi sempurna ini benar-benar dirasa menjadi masalah bagi HK. HK khawatir dengan masa-masa perkuliahannya nanti. HK takut bagaimana nanti teman-temannya bisa menerimanya dan bagaimana nanti HK harus berjalan di kampus dengan menggunakan tongkat. HK merasa khawatir dan takut untuk semua hal, terlebih lagi masa depannya. Rasa minder dan tidak percaya diri membuat dirinya takut tidak bisa menemukan pasangan dikemudian hari. “Masih kadang-kadang ada. Kalau nengok-nengok TV gitu terus ada kakinya. Kalau kayak gini pun, nanti kalau pasang kaki palsu apa ada yang mau sama aku, kadang gitu juga, kak. Bingung juga. Kayak gini apa bisa terima aku apa adanya. Kadang mikir sampai gitu juga, kak. Nanti kalau aku nikah anak aku kayak mana? Ngurusnya kayak mana aku ga ada kakinya. Kadang gitu juga mikirnya, kak. Bingung. Tapi, kan jodoh udah diatur. ” WI-HKb.463-471hal.22 “Paling jalannya aja, kak. Kalau pakai palsu nanti jalannya kayak mana… Kalu ditengoki orang. Itu aja, kak, itu yang dipikiri. Naik tangga. Nanti kuliah lagi, kawan baru lagi, itu kak. Takutnya sok-sok sombong, kak. ” WII-HKb.153-156hal.8 Universitas Sumatera Utara HK tidak lantas pasrah dengan keadaannya. Rasa takut dan khawatir masih ada pada diri HK, tetapi HK ingin bisa percaya diri lagi. Ia mengakui rasa percaya diri itu dibutuhkannya agar dia tidak lagi malu dan benci pada orang-orang yang melihat kekurangan yang dimilikinya. “Ya pingin percaya diri itu biar, maksudnya, biar kalau ditengoki orang itu ga malu lagi gitu, kak. Biar ga benci sama dia. Gitu. Entah kapan biasnya, mungkin kalau udah pasang kaki nanti bisanya. ” WIII-HKb.865-868hal.40 HK yang masih sering melakukan check up membuat HK bertemu dengan orang yang kondisinya sama dengannya. Hal itu membuat HK termotivasi untuk tidak meratapi dirinya yang tidak lagi sempurna. Disaat kesedihan akan ketidaksempurnaannya datang, HK berpikir bahwa dirinya masih lebih baik daripada orang-orang yang kondisinya lebih parah dibanding dirinya. “Motivasi dari diri sendiri kadang ada, kak. Ngapain aku gini, gini, gini. Percuma pun. Mau nangis buat apa, nangis darah pun ga akan balik lagi. Nanti bisa pasang kaki palsu. Meskipun jalan ga kayak biasa yaa harus dijalani, lah. ” WI-HKb.357-361hal.17 “Apa yaa, kak… Ya jangan menyerah, gitu aja, kak. Aku kayak gini ya masih ada yang di bawah aku. Yang dua-duanya kakinya. Kayak itu yang cacat dari lahir itu. Gitu aja. Lihat ke bawah, kalau nengok ke atas ya entah kapan pun bersyukurnya. ” WIII-HKb.349-353hal.17 Universitas Sumatera Utara

3. Toleransi Tolerance