Baiklah, saya berkata kepada Anda, Saya berkata kepada Anda, wanita itu harus

2. Baiklah, saya berkata kepada Anda,

sesungguhnya seorang istri itu tidak pantas mendahului kehendak suami dalam hal apapun. Jika anda punya kehendak, simpanlah, berikan kesempatan kepada suami untuk mengatakannya. Intinya, perempuan itu harus tahu diri, memposisikan diri sebagaimana seharusnya wanita. Jangan asal perintah, meskipun Anda memiliki kekuatan, tetapi prioritaskanlah suami Anda… Baiklah, kita akan mendiskusikan topik yang kedua: yaitu tentang berbakti kepada suami. “Apa pendapat Anda tentang hal ini?” Ki1: Pengabdian istri kepada suami ya kita harus nurut kepada suami. Kita tidak boleh membangkang kepada suami. Kalau kita sudah nikah otomatis ikut suami. Tidak bergantung kepada orang tua. Itu suami yang nuntun kita, itu arahnya kita nanti kemana yang menuntun adalah suami. Dan kita itu juga harus menuruti apa kemauan suami. Kita sebagai wanita harus mencukupi lahiriah dan batiniah. Jadi kita harus patuh terhadap suami. Ki2: Sudah kodratnya wanita untuk berbakti kepada suami karena suami adalah kepala keluarga. Suami adalah imam keluarga. Jadi apapun yang terjadi, kita harus ngikut suami kita.

3. Saya berkata kepada Anda, wanita itu harus

cermat secermat- cermatnya dalam melayani suami. Sikap Ki 1: Kalau aku sedang marah atau jengkel itu, biasanya saya mencoba menenangkan diri. Misalnya kalau waktu SMA dulu, kalau lagi marah biasanya pergi ke Gua Maria, trus naik ke gunungnya itu dan di situ aku batin Anda juga harus menunjukkan rasa hormat dan takut kepada suami. Berhentilah mengeluh dihadapan suami, jadikanlah suami Anda sebagai orang terhormat. Layanilah suami Anda secermat-cermatnya, sedetil-detilnya, soal pakaian, mandi, peralatan-peralatan kecil, Anda harus tahu… Sekarang kita akan membahas topic yang ketiga, soal mengelola kemarahan. “Bagaimana biasanya Anda mengelola kemarahan?” menyadari marah itu gara-gara apa. Kadang nangis sendiri, kadang teriak, “Tuhan…gini..gini..gini…” Nah, selain itu di sisi lain, aku bisa mengontrol kemarahanku dengan dengerin musik. Aku dengan mendengarkan musik kayaknya bisa luluh gitu. Nah, jadi bisa tenang, bisa damai. Tetapi kalau marahku udah bener-bener marah, gak kuat, aku tidak pernah menyakiti diri sendiri dan tidak berbuat apa-apa. Cuman orang yang membuat aku marah itu, aku sindir secara tapi itu nanti akan terasa seperti yang aku alami akhir-akhir ini, aku difitnah. Aku hanya menyindir secara halus halus di depanku aja kamu terlihat baik, tetapi di belakang kamu kok kayak gitu. Dia langsung kerasa, langsung minta maaf sendiri. Itu nanti kemarahan yang ada dalam sendiri langsung luluh sendiri. Dia yang mengakui. Ki 2: Kalau aku mengelola kemarahan dengan atur nafas, kalau masih marah lalu air wudu, kalau masih marah lalu duduk sama mikirkan yang bagus-bagus. Dan dengan menyebut nama Allah.

4. Saya berkata kepada Anda, setan itu gembira