Pembuatan kuesioner Tata Cara Penelitian

lalu berkomunikasi dengan ketua komisi lansia tersebut dan berkenan mengikuti penelitian yang akan dilakukan.

4. Pembuatan kuesioner

Pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah valid dan pernah digunakan sebelumnya. Kuesioner berisikan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang antibiotika. Untuk penyesuaian dengan calon responden maka dilakukan pengembangan terhadap kuesioner tersebut. Pengembangan yang dilakukan adalah pemilihan kata yang tepat agar lebih mudah dimengerti dan membuat kalimat pernyataan menjadi lebih ringkas. Setelah dilakukan pengembangan, kuesioner harus melewati beberapa tahap uji terlebih dahulu sebelum dapat digunakan. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Uji validitas instrumen. Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep Singarimbun, 2006. Dari validitas ini, dapat diketahui sejauh mana item tersebut dapat menggambarkan dan merepresentasikan komponen dari domain yang diajukan, tes dinyatakan valid bila tampilannya memberi kesan dapat mengukur apa yang ingin diukur sesuai tujuan peneliti Azwar, 2011. Prosedur pengujian validitas konten setidaknya melibatkan dua orang ahli di bidangnya. Prosedur penilaian kelayakan item oleh para ahli mencakup tahapan penentuan relevansi antara item dengan tujuan pembuatan instrumen dan memberikan komentar serta penentuan keputusan suatu item yang sudah dipercaya mampu merepresentasikan konten domain secara adekuat Waltz dkk., 2010. Dalam penelitian ini uji validitas konten dilakukan dengan mennggunakan pendapat dari ahli namun tidak dilakukan oleh dua orang ahli karena kuesioner yang disusun merupakan pengembangan dari kuesioner yang telah valid sebelumnya. Kuesioner yang telah dikembangkan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing sebagai ahli. Kemudian ahli memberikan pendapat tentang aitem-aitem pada kuesioner dan memberikan solusi untuk menysusun pernyataan kuesioner yang lebih baik lagi. Dari hasil judgement expert tersebut maka beberapa aitem pada kuesioner harus direvisi dan dikonsultasikan kembali bersama ahli sampai setiap aitem pada kuesioner dianggap valid secara isi dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman responden tentang antibiotika. Hasil uji validitas isi dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. b. Uji pemahaman bahasa. Uji pemahaman bahasa kuesioner dilakukan dengan mengujikan kuesioner yang telah dibuat kepada 30 orang dengan kriteria inklusi yang sudah ditetapkan yaitu wanita lansia dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman responden terhadap maksud atau tujuan pernyataan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dibuat oleh peneliti.. Uji pemahaman bahasa ini dilakukan di luar lokasi penelitian, yakni kuesioner disebar di lingkungan salah satu instansi di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Karakteristik 30 responden yang mengikuti uji pemahaman bahasa sebagai berikut : Tabel II. Karakteristik Reponden Uji Pemahaman Bahasa Karakteristik Jumlah Responden 1 Usia : 40 - 45 tahun 5 17 46 - 50 tahun 8 27 51 - 55 tahun 9 30 56 - 60 tahun 6 20 61 - 65 tahun 2 7 2 Pendidikan : SMA 22 73 Strata-1 8 27 3 Pekerjaan : Polisi 6 20 PNS 13 43 Wiraswasta 11 37 Hasil dari uji pemahaman bahasa menunjukkan sebagian besar responden memahami setiap pernyataan dalam kuesioner. Hanya beberapa istilah kesehatan belum dimengerti oleh responden. c. Uji reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi dari kuesioner. Kuesioner dinyatakan reliabel jika jawaban seseorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terhadap suatu pernyataan konsisten dari waktu ke waktu Budiman dan Riyanto, 2013. Uji reabilitas pada penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas r yang memiliki nilai berada dalam rentang 0-1. Semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas atau mendekati angka 1 maka semakin tinggi reliabilitasnya, sedangkan semakin rendah atau semakin menjauhi angka 1 maka semakin rendah reliabilitasnya. Nilai r dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan program statistika komputer dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach α. Uji reabilitas tersebut dilakukan pada responden yang bertempat tinggal di luar Kecamatan Umbulharjo. Responden yang mengikuti uji reliabilitas instrumen adalah ibu-ibu salah satu kelompok kerohanian yang berada di Timbulrejo, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Menurut Budiman dan Riyanto 2013, nilai yang memenuhi syarat reliabel bila memiliki nilai Alpha 0,6. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan menggunakan aplikasi R tersebut menunjukan bahwa kuesioner yang digunakan sudah reliabel karena nilai Alpha yang didapat untuk tingkat pengetahuan adalah 0,78 dan pada aspek sikap dan tindakan memiliki nilai Alpha 0,60 seperti yang terdapat di Tabel II. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel III . Hasil Uji Reabilitas Kuesioner α Aspek Nilai Alpha α Pengetahuan 0,78 Sikap 0,60 Tindakan 0,61 Pada uji reabilitas pengetahuan, dilakukan seleksi aitem agar nilai α yang dihasilkan meningkat, apalagi pada jumlah soal sebanyak 20 item, ada beberapa item yang memiliki point-biserial yang rendah. Nilai alpha yang rendah, bisa disebabkan karena korelasi yang rendah antar item atau konstruksi instrumen yang heterogen. Apabila nilai α rendah akibat korelasi antar itemnya yang lemah, maka beberapa item sebaiknya direvisi atau dihilangkan dari instrumen. Cara paling mudah menemukan item yang harus dihilangkan adalah dengan melihat koefisien relasi item yang mendekati 0 Azwar, 2011 Point-biserial correlation cocok diterapkan pada item dikotomis, yaitu item yang hanya memiliki dua alternatif jawaban Supratiknya, 2014. Pada uji reliabilitas pertama kuesioner aspek pengetahuan yang berisi 20 item pernyataan diperoleh nilai α = 0,77 yang dapat dikatakan telah memenuhi syarat suatu kuesioner yang reliabel. Namun, jika diteliti point biserial pada setiap aitem, terdapat 3 aitem yang tidak menunjukkan hasil positif atau tidak terukur sehingga ketiga aitem tersebut tidak dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan responden. Kemudian dilakukan seleksi dengan mehilangkan tiga aitem tersebut, yaitu aitem nomor 6, 7 dan 13. Menghilangkan tiga aitem yang tidak memenuhi syarat tersebut maka nilai α kuesioner aspek pengetahuan menjadi 0,78. Dengan demikian nilai alpha kuesioner aspek pengetahuan, sikap dan tindakan secara keseluruhan menunjukkan kuesioner telah reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman responden tentang antibiotika.

5. Penyebaran kuesioner dan pelaksanaan kegiatan dengan metode CBIA

Dokumen yang terkait

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja laki-laki di SMK Negeri 4 Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif).

1 11 148

Peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan pria lansia tentang antibiotika dengan metode seminar di Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

0 1 147

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 134

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita usia dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta periode Desember 2014 – Maret 2015.

6 63 133

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu lansia di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 2 142

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 0 128

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Dusun Krodan tentang antibiotika dengan metode seminar.

0 0 115

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika di Kecamatan Gondokusuma Yogyakarta dengan metode seminar.

0 2 114

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

0 6 137

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja wanita di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 2 122