Peranan Orangtua dalam Keluarga
intelegensi dan mengandung penilaian tentang kemampuan yang menyangkut kemandirian dan tanggung jawab sosial.
Dalam penelitian ini dipilih orangtua yang memiliki anak yang menderita retardasi mental berat karena penderita retardasi mental berat
merupakan dependent retarded dan akan mengalami gangguan perkembangan motor, pengindraan, dan gangguan bicara sehingga mereka akan sangat
tergantung pada pertolongan orang lain dalam kehidupannya sehingga para orangtua pun harus memberikan perhatian dan dukungan yang lebih kepada
anak tersebut Supratiknya, 1995. Prasadio 1978 menyebutkan pada umumnya orangtua akan memiliki
perasaan sedih dan kecewa, cemas, tidak mempunyai harapan, merasa bersalah, bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika memiliki
anak yang menderita retardasi mental. Orangtua yang dihadapkan pada kenyataan seperti ini akan menghadapi suatu transisi atau perubahan dalam
kehidupan mereka. Menurut Zautra dalam Passer dan Smith, 2004, perubahan dalam kehidupan ini akan menimbulkan berbagai emosi negatif
yang menumpuk sehingga akan menambah beban dalam keluarga sehingga orangtua akan semakin sulit menerima kenyataan dengan baik. Sarason
Sarason 1984 dan Moos Schaefer 1986 menyatakan bahwa transisi dalam kehidupan ini menimbulkan keadaan yang menekan stres karena
adanya kejadian-kejadian utama yang membawa seseorang dari suatu keadaan yang nyaman ke keadaan baru yang menimbulkan berbagai perubahan penting
dan menimbulkan tuntutan-tuntutan baru yang harus dipenuhi dalam Sarafino, 1990.
Tuntutan yang harus dilakukan oleh orangtua adalah melakukan berbagai penyesuaian diri dengan keadaan anak mereka yang membutuhkan
perawatan, pendidikan, dukungan, dan perhatian ekstra. Orangtua juga harus memikirkan kehidupan masa depan anak yang menderita retardasi mental.
Selain itu, orangtua akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan lingkungan sosial karena adanya stigma negatif dalam masyarakat mengenai
anak yang menderita retardasi mental Prasadio, 1976. Ketika berhadapan dengan situasi stres tersebut, individu akan
mencoba untuk beradaptasi dengan situasi tersebut untuk mengatasi stres yang bisa dilakukan dengan coping dan selanjutnya akan diwujudkan dalam bentuk
strategi coping yang mengarah pada usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengatasi tuntutan internal maupun eksternal dan
konflik-konflik yang muncul dalam situasi stres sehingga diharapkan dapat membantu individu untuk mengatasi, mengurangi atau menurunkan efek
negatif dari situasi stres yang dialami. Menurut Passer dan Smith 2004, upaya-upaya yang dilakukan untuk
mengatasi stres terbagi dalam tiga bentuk, yaitu problem-focused coping, emotion-focused coping, dan seeking sosial support. Tindakan yang termasuk
dalam problem-focused coping antara lain coping aktif, perencanaan, mengurangi aktivitas pesaing dan pengekangan menahan diri. Tindakan yang
termasuk dalam emotion-focused coping adalah meningkatkan keterlibatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam kegiatan-kegiatan agama, melakukan interpretasi ulang yang positif dan
berkembang, penerimaan, mengontrol perasaan, penyangkalan, pelepasan
secara mental berkhayal atau wishful thinking, pelepasan dalam perilaku, penggunaan alkohol atau obat-obatan dan humor. Tindakan yang termasuk
dalam seeking social support adalah mencari bantuan dukungan sosial dan
mencari dukungan emosional.
Dalam kasus ini, strategi coping yang dimaksud adalah semua usaha yang dilakukan oleh orangtua dalam mengatasi stres yang dialami ketika
memiliki anak yang menderita retardasi mental. Orangtua yang mengalami stres akan melakukan coping untuk mengatasinya dengan menggunakan
tindakan yang berbeda satu sama lain, baik dengan menggunakan problem- focused coping, emotion-focused coping, maupun seeking social support.
Selain itu, orangtua juga menggunakan sumberdaya yang dimilikinya dalam penggunaan strategi coping yang dipilih, antara lain kesehatan dan energi,
keyakinan yang positif, internal locus of control, sumberdaya material status ekonomi, kemampuan dan dukungan sosial serta beberapa variabel yang ada
dalam individu seperti usia, tingkat pendidikan, dan standar kehidupan. Pada gambar di bawah ini akan ditunjukkan skema dinamika psikologis orangtua
yang memiliki anak retardasi mental. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI