dan wanita yang terikat dalam sebuah perkawinan bersedia untuk menjadi orangtua.
Jenkins dalam Indra, 1980 menyebutkan bahwa dalam membentuk sebuah keluarga yang bahagia, perasaan-perasaan setiap
anggota keluarga harus dijaga sehingga harus ada rasa cinta dan penerimaan dari orangtua terhadap anak-anak mereka, baik laki-laki atau
perempuan, pandai atau lamban, dan sehat atau cacat. Orangtua harus mengerti kebutuhan anak-anaknya dan menghargai setiap anak sebagai
individu. Jadi, orangtua adalah pria dan wanita yang terikat dalam sebuah
perkawinan dan bersedia hidup sebagai suami istri yang memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak mereka.
2. Peranan Orangtua dalam Keluarga
Menurut Santrock 2002, peran menjadi orangtua telah direncanakan dan diatur dengan baik bagi sebagian orang, namun bagi
yang lain, peran untuk menjadi orangtua adalah suatu kejutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa calon orangtua mungkin memiliki emosi yang
bercampur aduk dan mengkhayalkan hal-hal yang menyenangkan tentang memiliki anak. Oleh karena itu, menjadi orangtua menuntut beberapa
keterampilan interpersonal dan tuntutan emosional yang biasanya didapat dari pengalaman dan pengetahuan mereka tentang orangtua mereka, serta
membawanya ke dalam kehidupan rumah tangga mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Peranan ayah
Jenkins dalam Indra, 1980 menyatakan bahwa peranan seorang ayah dalam keluarga di masa lampau merupakan pemimpin
keluarga yang otoriter dimana istri dan anak-anaknya tidak pernah berani menentangnya. Pada zaman sekarang ini, para ayah lebih
banyak berperanan di luar rumah karena memperoleh tanggung jawab sebagai pencari nafkah.
Menurut McBride dalam Santrock, 2002, ayah tidak hanya bertanggung jawab menyediakan sumber ekonomi keluarga, namun
ayah kini dinilai dalam keaktifannya dan keterlibatan pengasuhan anak-anaknya. Santrock 2002 menyebutkan bahwa keterlibatan
positif ayah dalam keluarga mengandung nilai penting dalam perkembangan kompetensi sosial anak.
b. Peranan ibu
Matlin dalam Santrock, 2002 mengasosiasikan sifat ibu dengan citra positif, seperti hangat, tidak mementingkan diri sendiri,
tekun pada tugas, dan toleran. Menurut Santrock 2002, seorang ibu akan cenderung disalahkan oleh masyarakat dengan adanya asosiasi
seperti ini. Jika anak-anak melakukan kesalahan dan tidak berhasil memenuhi tuntutan masyarakat, ibu cenderung dijadikan penyebab
tunggal atas kesalahan yang dilakukan anak-anak. Menurut Jenkins dalam Indra, 1980, peranan ibu dalam
rumah tangga di masa lampau lebih beraneka ragam dan membutuhkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kekuatan fisik, sedangkan pada masa sekarang lebih menuntut hubungan kemanusiaan. Tugas-tugas ibu dalam keluarga pada zaman
sekarang ini tidak hanya memasak, membersihkan rumah, dan mencuci, tetapi juga sebagai konselor yang baik dalam keluarganya.
Hal ini akan berpengaruh pada rasa aman dan kehangatan dalam kehidupan keluarga yang bebas dari konflik.
E. Strategi
Coping pada Orangtua yang Memiliki Anak Retardasi Mental