mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut
“digugu” ditaati nasehat ucapan perintahnya dan “ditiru” dicontoh sikap dan perilakunya. Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar
anak didik. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam”. Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya
dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan
Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Jadi dapat disimpulkan bahwa salah satu unsur yang mempengaruhi pendidikan adalah pendidik. Untuk
meningkatkan kinerja dan kualitas pendidik diperlukan sebuah instrument untuk mengukur atau menilai kinerja guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran di kelas. Instrument yang digunakan yaitu Alat Penilaian Kerja Guru APKG. APKG ini terdiri atas dua bagian yaitu APKG 1 khusus menilai kinerja guru
dalam mempersiapkan pembelajaran berupa persiapan perangkat pembelajaran, bahan ajar, media pembelajaran, dll. Bagian kedua yakni APKG 2 digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
2.1.8 Karakteristik Siswa SD
Piaget 1996 dalam Isjoni 2010: 36, membagi perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap yaitu:
a Tahap sensorimotor umur 0-2 tahun
b Tahap pra-operasional umur 2-7 tahun
c Tahap operasional konkret umur 7-12 tahun
d Tahap operasional formal umur 12-18 tahun.
Dengan melihat
tahap-tahap perkembangan yang diungkapkan oleh Piaget, maka siswa yang sedang duduk di bangku sekolah dasar berada dalam tahap
operasional konkret. Karakteristik siswa yang berada pada tahap operasional konkret, yaitu siswa dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis,
walau kadang-kadang memecahkan masalah secara trial and error. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional, berarti siswa memiliki operasi-operasi logis
yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi, siswa dalam periode operasional konkret
memilih mengambil keputusan logis, dan bukan keputusan perceptual seperti anak pra-operasional. “Operasi-operasi dalam periode ini terkait pada pengalaman
perorangan” Sagala 2010: 28. Menurut Sumantri dan Syaodih 2007: 6.3 menyatakan bahwa karaketristik anak SD adalah:
a Senang bermain, karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan
kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan, terlebih bagi siswa kelas rendah.
b Senang bergerak, pada karakteristik ini guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. c
Senang bekerja dalam kelompok, dari pergaulannya dengan dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses
sosialisasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja
atau belajar dalam kelompok. d
Senang merasakan atau melakukan meragukan sesuatu secara langsung. Anak SD memasuki tahap operasi konkrit dari apa yang dipelajari di
sekolah. Siswa menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep- konsep lama. Dengan demikian guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Sebagaimana telah diuraikan di atas tentang karakteristik siswa SD, maka diperlukan model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristik siswa SD
yaitu model pembelajaran Mind Mapping.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan tentang penerapan model pembelajaran mind mapping di SD baik penelitian dalam pembelajaran IPS maupun pembelajaran yang lain telah
banyak diteliti dan dipublikasikan. Sebagian besar penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran mind mapping merupakan model pembelajaran yang
efektif diterapkan dalam pembelajaran di SD. Salah satu penelitian yang menguji keefektifan penerapan model mind
mapping dalam pembelajaran di SD yaitu yang dilakukan oleh Emy Dwijayanti
dengan judul “Penerapan Model Mind Mapping untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Mata Pelajaran IPS Materi Pokok Perkembangan Teknologi
Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di SDN 1 Lindah Kulon Surabaya”. Populasi pada penelitian ini yaitu sebanyak 39 siswa kelas IV SDN Lindah Kulon. Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan pretest-posttest group design
. Dari penelitian ini diperoleh rata-rata nilai pretes sebesar 77,43 dan rata-rata
nilai postes sebesar 87,17. Setelah dilakukan uji beda dengan uji Wilcoxon diketahui nilai uji beda lebih besar dari t
tabel
sehingga Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model mind mapping berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
kelas IV SDN 1 Lindah Kulon Surabaya pada materi pokok Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.
Johar Alimuddin pada tahun 2011 dengan judul “Keefektifan Pembelajaran IPS Melalui Model Mind Mapping Peta Pikiran untuk Mengenal Permasalahan