KEEFEKTIFAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON 2 KOTA TEGAL

(1)

KEEFEKTIFAN MODEL QUANTUM TEACHING

TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR

BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON 2 KOTA TEGAL

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Kiki Indah Pratiwi 1401409045

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhannya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Tegal, Juli 2013


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diuji ke Sidang Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

di : Tegal

tanggal : 19 Juli 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Noening Andrijati, M.Pd. Drs. Suwandi, M.Pd.

19680610 199303 2 002 19580710 198703 1 003

Mengetahui

Koordinator PGSD UPP Tegal

Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. 19630923 198703 1 001


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Keefektifan Model Quantum Teaching terhadap Minat dan Hasil Belajar Bangun Datar pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Tunon 2 Kota Tegal, oleh Kiki Indah Pratiwi 1401409045, telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada hari Rabu, 31 Juli 2013.

PANITIA UJIAN

Ketua Sekretaris

Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd.

19510801 197903 1 007 19630923 198703 1 001

Penguji Utama

Drs. Yuli Witanto, M.Pd. 196400717 198803 1 002

Penguji Anggota 1 Penguji Anggota 2


(5)

v


(6)

vi Motto

Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah selalu bersama kita. (QS. At-Taubah: 40)

Seberapa jauh kamu berhasil dalam hidup tergantung pada kelembutanmu pada yang muda, kasih sayangmu pada yang tua, rasa simpatimu pada perjuangan dan sikap toleransimu pada yang lemah dan kuat. Karena suatu hari dalam hidupmu, kamu akan mengalami semua ini.

(George Washington Carver)

Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus siap menanggung pahitnya kebodohan.

(Pythagoras)

Tidak semua yang berharga dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung itu berharga.

(Penulis)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk: Ibuku Hernani,

Kakakku Pyadeland Herry K, dan Adikku Tashya Baasithu P.


(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Quantum Teaching terhadap Minat dan Hasil Belajar Bangun Datar pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Tunon 2 Kota Tegal”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri Semarang.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan belajar.

2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberikan izin dan dukungan dalam penelitian ini.

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.

4. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.

5. Dra. Noening Andrijati, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan kritik kepada peneliti selama penyusunan skripsi.


(8)

viii

bimbingan, motivasi, dan kritik kepada peneliti selama penyusunan skripsi. 7. Para dosen jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu

Pendidikan UNNES yang telah banyak membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan.

8. H. Riyanto, S.Pd., Kepala Sekolah Dasar Negeri Tunon 2 Kota Tegal yang memberikan ijin penelitian.

9. Darminto, S.Pd. dan Isnayanti, S.Pd., Guru Kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal.

10. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Semoga semua pihak tersebut senantiasa mendapatkan curahan kasih sayang dan ampunan dari Allah SWT, serta senantiasa mendapatkan keberkahan dalam hidupnya. Peneliti juga berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.

Tegal, Juli 2013


(9)

ix

ABSTRAK

Pratiwi, Kiki Indah. 2013. Keefektifan Model Quantum Teaching terhadap Minat dan Hasil Belajar Bangun Datar pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Tunon 2 Kota Tegal. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I Dra. Noening Andrijati, M.Pd., II Drs. Suwandi, M.Pd.

Kata Kunci: Model, Quantum Teaching, Minat, dan Hasil Belajar.

Salah satu faktor kurang berhasilnya proses pembelajaran matematika adalah guru masih kurang inovatif dalam menggunakan model pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan dan kurang tertarik dengan pelajaran matematika. Model Quantum Teaching dapat dijadikan model alternatif yang akan mendorong siswa aktif dengan menciptakan unsur-unsur belajar yang efektif dan digabung dengan teknik Mind Mapping. Mind Mapping merupakan teknik mencatat berupa peta pemikiran yang saling menghubungkan berupa garis-garis yang saling terkait dengan warna-warni akan menumbuhkan minat belajar siswa. Tujuan penelitian ini untuk menguji keefektifan model Quantum Teaching terhadap minat dan hasil belajar materi bangun datar di kelas V.

Desain penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design dengan bentuk Two-group Posttest-Test-Only Design. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas V SD Negeri Tunon Kota Tegal tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 93 siswa. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling yang menghasilkan kelas uji coba instrumen SD N Tunon 1 dan kelas ekperimen di SD N Tunon 2 kelas VA dan kelas VB sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi dokumentasi, tes, dan angket. Teknik analisis data yang digunakan dalam mengolah data penelitian yaitu uji prasyarat analisis meliputi normalitas dan homogenitas, dan analisis akhir dengan uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan hasil uji hipotesis minat belajar siswa dengan perhitungan menggunakan rumus independent sample t test menunjukkan bahwa, thitung sebesar 3,017 dan ttabel 1,687 (thitung > ttabel), maka dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata minat belajar matematika siswa dengan penerapan kegiatan pembelajaran dengan model

Quantum Teaching lebih baik daripada rata-rata minat belajar matematika siswa yang pembelajarannya secara konvensional. Hasil uji hipotesis untuk hasil belajar siswa menunjukkan bahwa, thitung sebesar 2,542 dan ttabel 1,687 (thitung > ttabel), maka

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan

bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan penerapan kegiatan pembelajaran dengan model Quantum Teaching lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya secara konvensional. Model

Quantum Teaching terbukti efektif untuk meningkatkan minat dan hasil belajar matematika materi bangun datar pada siswa kelas V, sehingga guru perlu mempertimbangkan penerapan model Quantum Teaching pada pelajaran


(10)

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. ... PEN DAHULUAN ... 1

1.1. ... Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. ... Identi fikasi Masalah ... 7

1.3. ... Pemb atasan Masalah ... 8

1.4. ... Rumu san Masalah ... 9

1.5. ... Tujua n Penelitian ... 9

1.6. ... Manf aat Penelitian ... 10


(12)

xii

aat Teoritis ... 10 1.6.2 ... Manf

aat Praktis ... 10 2. ... KAJI

AN PUSTAKA ... 12 2.1 ... Landa san Teoritis ... 12 2.1.1 ... Belaja r ... 12 2.1.2 ... Pemb

elajaran Matematika di SD ... 14 2.1.3 ... Minat Belajar ... 18 2.1.4 ... Hasil

Belajar ... 21 2.1.5 ... Kara

kteristik siswa Sekolah Dasar ... 23 2.1.6 ... Mode

l Pembelajaran Quantum Teaching ... 25 2.1.7 ... Mind Mapping ... 30 2.1.8 ... Mater

i Bangun Datar ... 33 2.1.9 ... Pener

apan Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping pada

pembelajaran Matematika ... 36 2.2 ... Kajia

n Empiris ... 38 2.3 ... Keran gka Berpikir... 40


(13)

xiii

2.4 ... Hipot esis ... 42 3. ... MET

ODE PENELITIAN ... 43 3.1 ... Popul

asi dan Sampel ... 43 3.1.1 ... Popul

asi ... 43 3.1.2 ... Samp

el ... 44 3.2 ... Desai

n Eksperimen ... 45 3.3 ... Varia

bel Penelitian ... 46 3.3.1 ... Varia

bel Bebas ... 46 3.3.2 ... Varia

bel Terikat ... 47 3.4 ... Data

Penelitian ... 47 3.5 ... Tekni

k Pengumpulan Data ... 48 3.5.1 ... Tekni

k Dokumentasi ... 48 3.5.2 ... Angk

et ... 48 3.5.3 ... Tes

... 48 3.6 ... Instru


(14)

xiv

men Angket ... 49 3.6.2 ... Instru

men Tes ... 52 3.7 ... Meto

de Analisis Data ... 56 3.7.1 ... Deskr

ipsi Data ... 56 3.7.2 ... Uji

Prasyarat Analisis ... 57 3.7.3 ... Anali

sis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 58 4. ... HASI

L DAN PEMBAHASAN ... 61 4.1 ... Deskr

ipsi Data ... 62 4.2 ... Anali

sis Uji Coba Instrumen ... 61 4.2.1 ... Uji

Coba Instrumen Angket ... 63 4.2.2 ... Uji

Coba Instrumen Tes ... 66 4.3 ... Hasil

Penelitian ... 71 4.3.1. ... Anali sis Hasil Belajar Siswa Sebelum Penelitian (Data Awal) ... 72 4.3.2. ... Minat Belajar Matematika Siswa ... 73 4.3.3. ... Hasil


(15)

xv

4.4 ... Uji Prasyarat Analisis ... 80 4.4.1. ... Data

Sebelum Eksperimen ... 80 4.4.2. ... Data

Setelah Eksperimen ... 91 4.5 ... Pemb

ahasan ... 103 5. ... PEN

UTUP ... 110 5.1 ... Simp

ulan ... 110 5.2 ... Saran ... 111 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 113 DAFTAR PUSTAKA ... 290


(16)

xvi

Tabel Halaman

4.1. ... Data Rekap Skor Minat dan Hasil Belajar ... 62 4.2. ... Data

Nilai Uji Coba Instrumen Tes ... 64 4.3. ... Rang

kuman Uji Validitas Soal Tes Uji Coba ... 65 4.4. ... Hasil Uji Reliabilitas Angket ... 65 4.5. ... Data

Nilai Uji Coba Instrumen Angket ... 67 4.6. ... Rang

kuman Uji Validitas Soal Angket Uji Coba ... 68 4.7. ... Anali

sis Tingkat Kesukaran ... 69 4.8. ... Daya Pembeda Soal ... 71 4.9. ... Distri busi Frekuensi Nilai UTS ... 72 4.10. ... Data

Nilai Minat Belajar Siswa ... 74 4.11. ... Distri busi Frekuensi Nilai Minat Belajar Siswa Sebelum Perlakuan ... 74 4.12. ... Distri

busi Frekuensi Nilai Minat Belajar Siswa Setelah Perlakuan ... 76 4.13. ... Distri

busi Frekuensi Nilai Postes Kelas Eksperimen ... 78 4.14. ... Distri


(17)

xvii

4.15. ... Norm alitas Data Minat Awal Siswa ... 81 4.16. ... Indep enden Sampel Hasil Minat Awal Siswa ... 83 4.17. ... Indep

enden Sampel Hasil Minat Awal Siswa ... 85 4.18. ... Norm alitas Data Hasil UTS Matematika Siswa ... 87 4.19. ... Indep enden Sampel Hasil UTS Matematika Siswa ... 88 4.20. ... Indep

enden Sampel Hasil UTS Matematika Siswa ... 90 4.21. ... Norm alitas Data Minat Belajar Matematika Siswa ... 92 4.22. ... Indep enden Sampel Tes Minat Belajar Matematika Siswa ... 93 4.23. ... Indep

enden Sampel Tes Minat Belajar Matematika Siswa ... 95 4.24. ... Norm alitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 98 4.25. ... Indep enden Sampel Hasil Tes Belajar Matematika Siswa ... 99 4.26. ... Indep enden Sampel Hasil Tes Belajar Matematika Siswa ... 101

DAFTAR GAMBAR


(18)

xviii

sium siku-siku ... 33 2.2. ... Trape sium sama kaki ... 34 2.3. ... Trape sium sembarang ... 34 2.4. ... Jajar

genjang ... 35 2.5. ... Belah

ketupat ... 35 2.6. ... Laya

ng-layang ... 36 4.1. ... Diagr am Nilai UTS Matematika Kelas Eksperimen ... 71 4.2. ... Diagr

am Nilai UTS Matematika Kelas Kontrol ... 71 4.3. ... Diagr

am Nilai Minat Belajar Matematika Siswa di Kelas Eksperimen

Sebelum Perlakuan ... 73 4.4. ... Diagr

am Nilai Minat Belajar Matematika Siswa di Kelas Kontrol Se-

belum Perlakuan ... 73 4.5. ... Diagr

am Nilai Minat Belajar Matematika Siswa di Kelas Eksperimen

Setelah Perlakuan ... 73 4.6. ... Diagr

am Nilai Minat Belajar Matematika Siswa di Kelas Kontrol Se-

telah Perlakuan ... 73 4.7. ...


(19)

xix

4.8. ... Diagr am Nilai Postes Kelas Kontrol ... 77


(20)

xx

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1. ... Pola Kerangka Berpikir ... 41 3.1. ... Desai


(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. ... Daftar Nama Siswa Kelas V ... 114 2. ... Daftar

Nama Siswa Kelas VA dan VB ... 116 3. ... Daftar

Hadir Siswa Kelas VA dan VB ... 118 4. ... Silabus

Pembelajaran Matematika Kelas V SD ... 120 5. ... Silabus

Pengembangan Matematika Kelas V SD ... 121 6. ... RPP

Kelas Eksperimen ... 123 7. ... RPP

Kelas Kontrol ... 162 8. ...

Kisi-kisi Angket Uji Coba Minat Belajar Siswa ... 195 9. ... Angket

Uji Coba Minat Belajar Siswa ... 196 10. ... Validit as Angket dari Penilai Ahli ... 201 11. ... Tabel

Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket Minat ... 205 12. ... Output

SPSS Uji Validitas Angket ... 207 13. ... Rekapi tulasi Uji Validitas Angket Uji Coba ... 210


(22)

xxii

tulasi Uji Validitas Angket Uji Coba tiap Indikator ... 211 15. ... Output

SPSS Uji Reliabilitas ... 212 16. ... Angket

Minat Belajar Siswa ... 213 17. ...

Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Materi Bangun Datar ... 217 18. ... Soal

Tes Uji Coba ... 219 19. ... Validit

as Soal Tes dari Penilai Ahli ... 228 20. ... Tabel

Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Tes ... 236 21. ... Output

SPSS Uji Validitas Tes ... 238 22. ... Rekapi tulasi Uji Validitas Soal Tes Uji Coba ... 242 23. ... Rekapi tulasi Validitas Tes tiap Indikator ... 243 24. ... Perhitu ngan Reliabilitas Soal Tes ... 245 25. ... Pemba

gian Kelompok Atas dan Bawah ... 246 26. ... Tabel

Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ... 249 27. ... Tabel

Rekapitulasi Analisis Uji Coba Tes ... 251 28. ... Soal


(23)

xxiii

29. ... Daftar Nilai Angket Minat Belajar Sebelum Penelitian Kelas Eksperimen ... 259 30. ... Daftar

Nilai Angket Minat Belajar Sebelum Penelitian Kelas Kontrol ... 260 31. ... Output

SPSS Uji Normalitas Data Minat Belajar Sebelum Penelitian ... 261 32. ... Output

SPSS Uji Homogenitas dan t-test Data Minat Belajar Sebelum Pe-

nelitian ... 264 33. ... Daftar Nilai UTS Genap Matematika Kelas Eksperimen ... 265 34. ... Daftar Nilai UTS Genap Matematika Kelas Kontrol ... 266 35. ... Output

SPSS Uji Normalitas Data UTS Genap Matematika ... 267 36. ... Output

SPSS Uji Homogenitas dan t-test Data UTS Genap Matematika ... 270 37. ... Daftar

Nilai Angket Minat Belajar Matematika Setelah Penelitian di Kelas

Eksperimen ... 271 38. ... Daftar

Nilai Angket Minat Belajar Matematika Setelah Penelitian di Kelas

Kontrol ... 272 39. ... Output

SPSS Uji Normalitas Data Minat Belajar Matematika Siswa Sete-

lah Penelitian ... 273 40. ... Output

SPSS Uji Homogenitas dan t-test Data Minat Belajar Siswa Sete-

lah Penelitian ... 276 41. ... Penghit


(24)

xxiv

42. ... Daftar Nilai Tes Formatif Kelas Eksperimen ... 278 43. ... Daftar

Nilai Tes Formatif Kelas Kontrol ... 279 44. ... Output

SPSS Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa ... 280 45. ... Output

SPSS Uji Homogenitas dan t-test Data Hasil Belajar Siswa ... 283 46. ... Penghit ungan uji-t Hasil Belajar Siswa dengan Satu Pihak Kanan ... 284 47. ... Dokum entasi Foto-foto Pelaksanaan Penelitian ... 286 48. ... Surat

Ijin Penelitian ... 287 49. ... Surat


(25)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Munib, 2007: 34). Pendidikan merupakan bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada peserta didik dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai kedewasaan. Pendidikan dapat pula diartikan sebagai suatu sistem karena pendidikan merupakan keseluruhan komponen yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan di suatu negara sesuai dengan dasar negara dan ideologi negara tersebut. Tujuan pendidikan di Indonesia berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lain. Seperti tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 tentang Dasar, Fungsi, dan Tujuan Bab 2 pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(26)

Berdasarkan isi Undang-Undang tersebut menegaskan bahwa kehidupan manusia tidak dapat lepas dari pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membentuk pribadi yang utuh. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Upaya yang dilakukan diantaranya inovasi di bidang pendidikan dan pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran, maka diharapkan dapat terjadi perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensinya.

Perubahan terjadi dari proses belajar dan pengalaman melalui proses pembelajaran. Salah satu komponen yang terkait dengan Sistem Pendidikan Nasional yaitu pendidik. Pendidik berkewajiban menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Selain itu, pendidik juga harus mempunyai komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, sebagai pendidik maka guru wajib mempunyai kompetensi yang diperlukan dalam pembelajaran sehingga dapat tercapainya tujuan pendidikan.

Selain faktor guru, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional juga diperlukan adanya penyelenggara dalam proses pembelajaran di masing-masing satuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai melalui jalur pendidikan formal. Dalam pasal 14 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya. Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu bentuk pendidikan dasar dari jenjang pendidikan formal yang menjadi salah satu komponen terselenggara-


(27)

3 nya proses pendidikan nasional.

Agar tujuan pendidikan nasional tercapai maka setiap jenjang pendidikan memiliki kurikulum yang berbeda-beda. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 37 membahas tentang Kurikulum. Kurikulum yang terdapat dalam pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Keterampilan atau Kejuruan, dan Muatan Lokal.

Berdasarkan kurikulum Matematika merupakan salah satu muatan wajib yang harus ada dalam pembelajaran SD. Menurut Ruseffendi (1991) dalam Heruman (2012: 1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif. Matematika merupakan ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Pelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol. Selain itu juga dapat menambah ketajaman penalaran untuk membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendukung usaha pembelajaran yang mampu menumbuhkan kekuatan matematikal, maka guru harus berkompeten.

Guru merupakan salah satu unsur penting di bidang pendidikan, harus berperan secara aktif dan menempatkan diri sebagai tenaga professional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru tidak hanya menyalurkan pengetahuan yang sesuai dengan kurikulum kepada siswanya namun


(28)

juga menyampaikan nilai-nilai. Penyampaian nila-nilai yang dilakukan guru bertujuan dapat menciptakan karakter siswa yang sesuai dengan nilai kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Guru dituntut menguasai berbagai kompetensi. Guru di Sekolah Dasar dengan sistem guru kelas berperan ganda yakni sebagai pengajar mata pelajaran sekaligus wali kelas. Guru sebagai pengajar harus menguasai kompetensi pedagogik. Sedangkan guru sebagai wali kelas harus menguasai kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional.

Menurut Muhsetyo (2010: 1.8) guru yang profesional dan berkompeten adalah guru yang menguasai materi pelajaran matematika, memahami bagaimana anak-anak belajar. Guru yang profesional dapat menguasai pembelajaran yang mampu mencerdaskan siswa, dan mempunyai kepribadian yang dinamis dalam membuat keputusan dan pembelajaran. Guru harus dapat menciptakan suasana kelas yang mendukung dan memahami karakteristik siswa dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Maka dari itu, guru harus melaksanakan perannya untuk mengaitkan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Sesuai dengan dimensi keterkaitan antarkonsep dalam teori belajar Ausubel (Heruman, 2012: 4) yang mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi. Pertama, berhubungan dengan cara informasi atau konsep pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Oleh sebab itu, siswa harus menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur berpikirnya


(29)

5 yang berupa konsep matematika dengan permasalahan yang ia hadapi.

Menurut Piaget (1986) dalam Soeparwoto (2007: 84) bahwa daya pikir atau kemampuan mental individu yang berbeda usia akan berbeda secara kualitatif. Perkembangan kognitif dapat dibagi menjadi beberapa stadium atau tahap. Perkembangan kognitif pada siswa SD yang berusia 7-11 tahun berada dalam tahap operasional konkret. Karakterisktik dalam tahap ini cara berpikir anak masih konkret, belum dapat menangkap hal yang abstrak. Dalam pembelajaran, siswa masih terikat dengan objek yang konkret dan memahami sesuatu dari hal yang mudah terlebih dahulu menuju yang lebih sulit. Oleh karena itu, kreativitas dan inovasi guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika. Sebagai ilmu pengetahuan, matematika mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.

Ada beberapa pendekatan dan model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristik siswa SD. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, mata pelajaran dan kurikulum akan membantu pencapaian hasil dan minat belajar siswa dengan optimal. Pemilihan model yang sesuai karakteristik tersebut mendasari penelitian ini.

Hamalik (2008: 106) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya. Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana merancang suatu pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan yang ada di kelas tersebut. Berdasarkan karakteristik siswa SD yang berada dalam tahap operasional konkret, maka perlu adanya alat bantu dalam pembelajaran. Alat bantu bertujuan untuk


(30)

memperjelas pemahaman siswa dan menumbuhkan minat belajar siswa. Salah satu alat bantu dalam pembelajaran misalnya dengan bagan atau peta pemikiran. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan tertarik dan tidak belajar dengan sebaik-baiknya. Dengan menumbuhkan minat dalam pembelajaran, siswa akan memperhatikan sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan.

Peta pemikiran atau Mind Mapping dapat digunakan untuk membantu siswa dalam pembelajaran. Menurut Buzan (1993) dalam DePorter (2005: 176)

Mind Mapping adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan dalam mengingat informasi. Mind Mapping memanfaatkan gambar, warna, dan kreatifitas untuk mengekspresikan pikirannya. Sesuai dengan karakteristik siswa SD, maka

Mind Mapping berkaitan dan dapat digunakan sebagai alat bantu. Mind Mapping

dapat membantu kreativitas siswa apalagi dengan warna maka diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa sehingga proses pembelajaran pun lebih menyenangkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran quantum teaching. Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar (DePorter 2005: 4). Model pembelajaran Quantum Teaching mampu merangsang kreativitas siswa, karena dalam proses pembelajaran siswa diharapkan aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah matematika. Untuk menunjang keberhasilan model pembelajaran


(31)

7

quantum teaching maka digunakan teknik Mind Mapping sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Dari hasil wawancara dengan Darminto, S. Pd. dan Isnayanti, S.Pd. selaku guru kelas VA dan VB di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal, pembelajaran matematika masih dilaksanakan secara konvensional dan berpusat pada guru

(teacher centered). Dalam proses pembelajaran guru yang mendominasi dan bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar. Pembelajaran disajikan hanya dengan metode ceramah dan jarang menggunakan media sehingga suasana belajar menjadi kaku. Guru juga tidak mengadakan variasi pola interaksi dalam pembelajaran. Selain itu, dalam pembelajaran guru memberikan contoh yang tidak berkaitan dengan permasalahan atau objek yang ada di lingkungan sekitar siswa, sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi siswa. Hal itu diduga yang menyebabkan minat belajar siswa rendah sehingga berpengaruh pula pada hasil belajarnya. Nilai ketuntasan minimal pada mata pelajaran matematika siswa kelas V yaitu 60,00. Dari data yang diperoleh terdapat 20% siswa yang belum tuntas KKM.

Berdasarkan latar belakang masalah dalam pembelajaran matematika tersebut, maka peneliti akan mencobakan model Quantum Teaching dengan teknik

Mind Mapping terhadap minat dan hasil belajar matematika materi bangun datar pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Tunon 2 Kota Tegal.

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah dalam pembelajaran matematika antara lain: (1) Dalam pembelajaran


(32)

matematika guru masih menggunakan pembelajaran model konvensional misalnya ceramah dan pola interaksi klasikal, (2) Hasil dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika dengan model pembelajaran konvensional rendah, dapat ditunjukkan dengan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, dan (3) Guru belum melakukan model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping dalam pembelajaran Matematika termasuk materi Bangun datar.

1.3

Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah, dan dapat dilaksanakan lebih mendalam mengenai pembelajaran model Quantum Teaching dengan teknik

Mind Mapping, maka diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

(1) Peneliti membatasi materi Bangun Datar hanya pada materi pokok sifat-sifat bangun datar pada kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat-sifat-sifat datar di kelas V semester 2. Dalam materi bangun datar terutama dalam mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar siswa masih mengalami kesulitan. (2) Menguji keefektifan model Quantum Teaching dengan teknik Mind

Mapping pada pembelajaran matematika materi Bangun Datar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tunon 2 Kota Tegal. Peneliti menggunakan model

Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping dalam pembelajaran.

Peneliti ingin mengetahui keefektifan model tersebut dalam pelajaran matematika sesuai dengan materinya, dan


(33)

9 Peneliti membatasi penelitian hanya pada siswa kelas V di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal. Dengan kelas eksperimen kelas VA dan kelas kontrol VB. Sedangkan untuk kelas uji coba pada siswa kelas V di SD Negeri Tunon 1 Kota Tegal.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian mengenai keefektifan model Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping terhadap minat dan hasil belajar siswa saat mengikuti pembelajaran Matematika kelas V di Sekolah Dasar Negeri Tunon 2 Kota Tegal, maka dapat dirumuskan masalah yang meliputi:

(1) Apakah terdapat perbedaan minat belajar siswa pada materi bangun datar yang pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping dengan yang pembelajarannya konvesional?

(2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada materi bangun datar yang pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping dengan yang pembelajarannya konvesional?

1.5

Tujuan Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan tujuan dilaksanakan penelitian ini. Tujuan penelitian terdiri dari dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Uraian dari tujuan umum dan tujuan khusus dalam penelitian ini selengkapnya sebagai berikut:


(34)

Tujuan umum adalah tujuan yang bersifat umum atau memiliki skala yang lebih besar. Secara umum tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menguji keefektifan model Quantum Teaching terhadap minat dan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat khusus atau fokus tujuan yang ingin dicapai. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

(1) untuk memperoleh informasi mengenai minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bangun datar yang menggunakan model Quantum Teaching

dengan teknik Mind Mapping, dan

(2) Untuk mengetahui kefektifan model Quantum Teaching dengan teknik

Mind Mapping terhadap minat dan hasil belajar siswa materi bangun datar.

1.6

Manfaat Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan manfaat dilaksanakan penelitian ini. Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Berikut uraian selengkapnya manfaat dari penelitian ini.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis merupakan manfaat dalam bentuk teori yang diperoleh dari penelitian. Secara teori penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai Model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping dan menambah bahan kajian untuk penelitian pengembangan.


(35)

11 Manfaat praktis yaitu manfaat yang dapat dirasakan secara langsung saat penelitian. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:

1.6.2.1Bagi Siswa

Manfaat yang diperoleh siswa dari penelitian yaitu:

(1) Meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi bangun datar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal, dan

(2) Meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Matematika terutama materi bangun datar.

1.6.2.2Bagi Guru

Manfaat yang diperoleh guru dari penelitian yaitu:

(1) Menambah alternatif model pembelajaran dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi bangun datar, dan

(2) Menambah informasi dan keterampilan guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

1.6.2.3Bagi Sekolah

Manfaat yang diperoleh sekolah dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif untuk meningkatkan minat dan hasil belajar di sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya pembelajaran Matematika materi bangun datar di kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal.


(36)

12

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai landasan teori, kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan penelitian ini. Pada landasan teori memuat tentang teori-teori yang mendasari pelaksanan penelitian ini. Kajian empiris yaitu kajian mengenai penelitian-penelitian sejenis dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada bagian ini juga akan diuraikan mengenai kerangka berpikir dilakukannya penelitian ini. Selain itu juga akan diuraikan mengenai hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang lebih rinci dapat dibaca pada uraian berikut:

2.1

Landasan Teoritis

Pada bagian landasan teori akan diuraikan teori-teori yang relevan dengan penilitian ini. Teori-teori yang akan diuraikan dalam landasan teori meliputi: pengertian belajar, pembelajaran matematika di sekolah dasar, minat belajar, hasil belajar, karakteristik siswa sekolah dasar, model pembelajaran Quantum Teaching, Mind Mapping, materi bangun datar, dan penerapan Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping pada pembelajaran bangun datar. Uraian selengkapnya sebagai berikut.

2.1.1 Belajar

Bruner (1982) dalam Slameto (2012: 11) mengartikan belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah.


(37)

13 Dalam proses belajar mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.

Belajar ialah suatu proses usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Dalam teori Behaviorisme, proses pembelajaran berpegang teguh pada prinsip dan pemahaman. Teori ini menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademik maupun perilaku sosial. “Proses belajar terjadi dengan adanya tiga komponen pokok, yaitu stimulus, respons, dan akibat” (Rifa’i, 2009: 105). Stimulus merupakan hal yang akan diberikan dalam proses pembelajaran, pada umumnya disebut dengan pengetahuan keterampilan, akademik, maupun sosial. Respons diartikan sebagai tanggapan dari individu yang telah menerima stimulus. Sedangkan akibat adalah hasil atau hal yang terjadi setelah proses pemberian stimulus dan respons berlangsung. Hasil pembelajaran ditentukan oleh bagaimana proses pembelajaran yang berlangsung.

Teori belajar classical conditioning oleh Pavlov tentang adanya respon dan stimulus dalam belajar. Prinsip belajar menurut teori ini yaitu dengan adanya pemberian stimulus yang berkondisi akan menghasilkan respon yang berkondisi pula. Teori Pavlov tersebut menekankan pada aspek pengamatan dan pengukuran, serta penggalian aspek-aspek belajar. Dengan mengetahui aspek-aspek dalam pembelajaran, maka diharapkan proses pembelajaran menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Belajar sering pula diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Hal ini senada


(38)

dengan pendapat Gagne (1985)dalam Wiranataputra (2007: 1.8) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan dari proses pertumbuhan. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Bower dan Hilgard (1981) dalam Wiranataputra (2007: 1.8)

Learning refers to the change in a subject’s behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subject’s repeated experiences in that situation, provided that the behavior change cannot be explained on the basis of the subject’s native response tendencies, maturation, or temporary states (such as fatigue, drunkenness, drives, and so on).

Pendapat Bower dan Hilgard (1981) bahwa belajar mengacu pada perubahan perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh insting, kematangan atau kelelahan dan kebiasaan. Menurut Hamalik (2008: 106) belajar diartikan sebagai proses dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimilikinya sebelumnya.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dialami secara sengaja untuk memperoleh suatu perubahan yang terus-menerus. Perubahan yang terjadi dalam belajar mulai dari adanya pengetahuan, sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang berasal dari proses belajar itu sendiri.

2.1.2 Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Ruseffendi (1991) dalam Heruman (2012: 1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur


(39)

15 yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Menurut Soejadi (2000) dalam Heruman (2012: 1) hakikat matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Sujono (1988) dalam Fathani (2009: 19) mengartikan matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Dalam matematika membahas tentang fakta-fakta dan strukturnya yang terorganisir. Matematika merupakan suatu struktur yang terdiri atas komponen yang meiputi aksioma, penegrtian pangkal, dan dalil atau teorema yang di dalamnya terdapat teorema pengantar.

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2010: 1.26). Perkembangan pembelajaran matematika banyak memiliki kecenderungan baru yang tumbuh dan berkembang di banyak negara, sebagai inovasi dan reformasi model pembelajaran yang sesuai tantangan sekarang dan mendatang. Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Soejadi (1999) dalam Muhsetyo (2010: 1.2) menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Ciri keabstrakan dan ciri lainnya dari pelajaran matematika yang tidak mudah untuk dipelajari, sehingga akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran matematika. Oleh karena itu, perlu adanya


(40)

jembatan penghubung agar keilmuan matematika tetap terjaga dan matematika dapat lebih mudah dipahami.

Persoalan mencari penghubung merupakan suatu tantangan pendidikan matematika untuk mencari dan memilih model pembelajaran matematika yang menarik, mudah dipahami siswa. Model pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami siswa akan dapat menggugah semangat siswa sehingga menantang siswa untuk terlibat dan pada akhirnya menjadikan siswa cerdas matematika. Pemilihan model pembelajaran matematika perlu memperhatikan perkembangan jaman untuk memperpendek jarak kesenjangan antara kemajuan di dunia dan kenyataan nyata di Indonesia. Perkembangan model pembelajaran seiring waktu selalu mengalami perubahan untuk memperbaiki kesalahan yang sudah ada. Dengan pemikiran yang baru, maka model permbelajaran di negara lain tidak dapat diabaikan sehingga kita dapat mengejar kemajuan negara lain.

Model pembelajaran matematika yang berkembang pada hakikatnya berdasar pada teori-teori belajar yang sesuai, sehingga perlu dipahami secara sungguh-sungguh. Perkembangan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student centered) mengubah cara pandang tentang bagaimana siswa belajar. Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa SD yang berada pada tahap operasional konkret, maka proses pembelajarannya melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak. Dalam pembelajaran matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa perlu diberi penguatan agar mudah dipahami dan bertahan lama dalam memori siswa. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hapalan atau mengingat fakta saja karena akan mudah terlupakan oleh siswa.


(41)

17 Teori makna (meaning theory) oleh Ausubel (1963) dalam Muhsetyo (2010: 1.9) mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajarkan matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik bermanfaat, dan menantang sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan diingat siswa. Kebermakanaan yang dimaksud berupa struktur matematika yang lebih ditonjolkan untuk memudahkan pemahaman. Kebermaknaan dalam pembelajaran dapat menggunakan pernyataan konsep dalam bentuk bagan, diagram, atau peta yang akan menujukkan saling keterkaitan antar konsep.

Tujuan akhir konsep-konsep pada kurikulum matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan akhir tersebut, maka siswa harus melalui langkah-langkah yang benar sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Dalam pembelajaran matematika, guru harus memahami kemampuan siswa yang berbeda-beda, sehingga guru dapat menyajikan pembelajaran yang efektif, efisien, dan sesuai pola pikir siswa. Heruman (2012: 2) memaparkan langkah-langkah pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika di SD:

(1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.

(2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.

(3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penenaman konsep dan pemahaman konsep. Tujuannya agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.


(42)

2.1.3 Minat Belajar

Hilgard (1962) dalam Slameto (2010: 57) merumuskan minat sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati oleh seseorang akan diperhatikan terus-menerus dan disertai dengan rasa senang. Minat berbeda dengan perhatian. Perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan, minat selalu diikuti dengan rasa senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Sudaryono (2013: 90) mengartikan bahwa minat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat disenangi dan melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap objek tersebut. Minat juga merupakan kemampuan berupa stimulus yang mendorong seseorang untuk memperhatikan aktivitas yang dilakukan berdasarkan pengalaman yang sebenarnya.

Wild, Hofer, dan Pekrun (2001) dalam Heinze, Reiss, dan Rudolph (2005: 213) menyatakan bahwa, “interest is long-term and independent of present situations. Another approach is described by the self-determination theory”.

Maksudnya, minat muncul ada dalam diri seseorang untuk waktu yang lama dan bebas dari situasi sekarang, serta menggambarkan teori menentukan diri. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat pada seseorang akan konsisten dan tetap.

Slameto (2010: 180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimanaan akan suatu hubungan antara diri sendiri


(43)

19 dengan sesuatu di luar diri. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Minat dapat dimanifestasikan melalui partisispasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.

Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak belajar dengan sebaik-baiknya, karena siswa tidak tertarik dengan bahan pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan dipahami oleh siswa. Menurut Hamalik (2008: 110) kegiatan belajar yang didasari dengan penuh minat akan lebih mendorong siswa belajar lebih baik sehingga akan meningkatkan hasil belajar.

Menurut Djaali (2008: 121) minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Sedangkan Crow and Crow (1989) dalam Djaali (2008: 121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Minat belajar akan muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari. Minat muncul jika siswa tersebut menyadari dan melibatkan dirinya dengan kaitan hal-hal yang akan dipelajarinya tersebut terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadinya. Silberman (2009: 24) menyebutkan cara membangun minat siswa:


(44)

(1) Kemukakan cerita atau visual yang menarik, seperti sajian anekdot, cerita fisik, kartun, atau grafik yang relevan sehingga dapat memenuhi perhatian siswa terhadap pembelajaran.

(2) Buatlah kasus problem, misalnya kemukakan suatu problem di sekitar ceramah yang akan disusun.

(3) Tes pertanyaan, dengan cara memberikan siswa sebuah pertanyaan (apakah mereka memiliki sedikit pengetahuan sebelumnya) sehingga mereka akan termotivasi untuk mendengarkan ceramah atau penjelasan untuk menjawabnya.

Minat dapat diekpresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula disalurkan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas dalam pembelajaran. Jika siswa telah menyadari minatnya terhadap pelajaran, maka mungkin sekali akan menjaga pikirannya. Sebagai contoh, siswa akan merasa lelah jika membaca buku yang tidak diminatinya tetapi akan terus-menerus membaca buku tersebut diganti dengan buku yang diminatinya. The American Heritage Dictionary of the English Language (1976) dalam Djaali (2008: 122)mendefinisikan minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu. Sementara Holland (1973) dalam Djaali (2008: 122) mengartikan minat sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat tidak timbul sendiri, melainkan ada unsur kebutuhan, misalnya minat belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang minat belajar, maka dapat disimpulkan bahwa minat memiliki unsur pengetahuan, kesadaran sampai pilihan nilai, pengerahan perasaan, seleksi, dan kecenderungan hati. Jadi, siswa yang memiliki minat belajar akan mengikuti pembelajaran dan berpartisipasi dalam segala aktivitas pembelajaran tanpa adanya paksaan. Hal tersebut terjadi karena siswa tersebut memberikan perhatian dan merasa ada keterikatan dalam pembelajaran.


(45)

21 Secara konseptual menurut Rasyid (2009: 207) minat adalah watak yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, pengertian, keterampilan untuk tujuan perhatian atau penguasaan. Menurut Sudaryono (2013: 90) minat belajar merupakan pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat diukur melalui kesukacitaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan. Dalam hal ini peneliti mengukur minat siswa dalam pembelajaran Matematika materi bangun datar. Indikator minat yang digunakan menurut Sudaryono meliputi dimensi kesukaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Matematika.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i, 2009: 85). Perolehan aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Suprijono (2012: 5) mengartikan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne (1979) dalam Suprijono (2012: 5) yang menyatakan hasil belajar berupa:

(1) Informasi verbal

Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan yang diperlukan untuk merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.


(46)

(2) Keterampilan intelektual

Kemampuan intelektual yaitu kemampuan dalam mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan tersebut terdiri dari kemampuan mengategorisasikan, kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

(3) Strategi kognitif

Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Aktivitas kognitif tersebut meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

(4) Kemampuan motorik

Kemampuan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

(5) Sikap

Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom (1956) dalam Rifa’i (2009: 86) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar. Ranah belajar tersebut diperoleh dari hasil belajar yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berikut penjelasan lebih rinci oleh Bloom:

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sistesis, dan penilaian. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah afektif meliputi penerimaan, penanggapan,


(47)

23 penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. Ranah

psikomotorik berkaiatan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

Kategori perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Simpson (1974) dalam Rifa’i (2009: 89) antara lain persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas. Sementara pendapat Gagne dan Briggs (1979) dalam Rifa’i (2009: 90) memaknai tujuan siswa dalam lima kategori, yaitu kemahiran intektual, strategi kognitif, informasi verbal, kemahiran motorik, dan sikap.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaiman tersebut di atas tidak dilihat secara terpisah melainkan komprehensif atau menyeluruh.

Dalam penelitian ini mengenai keefektifan model Quantum Teaching

dengan teknik Mind Mapping materi bangun datar, peneliti akan mengetahui ranah kognitif dan afektif yang diperoleh siswa. Ranah kognitif yang diukur berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi bangun datar dan ranah afektif berupa minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika.

2.1.5 Karakteristik siswa Sekolah Dasar

Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (1988) dalam (Rifa’i, 2009: 29) mereka pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase operasional konkret adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah


(48)

logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh pancaindera. Arti simbolik dan kiasan dapat dimengerti oleh siswa. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami abstraksi verbal. Pada tahap ini siswa belajar membedakan antara kesalahan yang disengaja dengan kesalahan karena kelalaian.

Dalam pembelajaran matematika yang abstrak di SD, siswa memerlukan alat bantu berupa media atau pun alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru. Dengan adanya alat bantu dalam hal ini gambar Mind Mapping maka dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami dan mengerti materi pelajaran tentang bangun datar yang beracam-macam. Setiap konsep abstrak yang baru dipahami oleh siswa perlu segera diberi penguatan agar diingat oleh siswa.

Pembelajaran bangun datar pada siswa yang berbeda-beda akan membingungkan siswa. Siswa akan sulit membedakan bentuk dan nama bangun datar serta sifat-sifat yang dimiliki bangun datar jika dalam pembelajarannya guru hanya dengan ceramah. Oleh karena itu, alat bantu diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Penggunaan Mind Mapping dalam pembelajaran bangun datar tepat untuk diterapkan pada siswa. Mind Mapping berupa catatan yang tidak membosankan bagi siswa. Siswa mencatat nama bangun datar dan sifatnya masing-masing disertai dengan gambar sehingga siswa akan lebih memahami bangun datar. Dengan Mind Mapping materi bangun datar dicatat berupa peta pikiran yang dibentuk sesuai dengan imajinasi siswa dan warna-warni sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk mempelajarinya.


(49)

25

2.1.6 Model Pembelajaran Quantum Teaching

Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, dengan demikian Quantum Teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar (DePorter, 2005: 5). Interaksi tersebut mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Melalui interaksi tersebut maka dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Model pembelajaran Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni yang banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman musik.

2.1.6.1Asas Utama Model Quantum Teaching

Quantum Teaching bersandar pada konsep “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Artinya bahwa pentingnya bagi guru untuk memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama. Guru mempunyai wewenang untuk mengajar, namun belum mempunyai hak untuk mengajar. Agar mendapatkan hak untuk mengajar, maka guru harus memasuki dunia siswa. Dalam pembelajaran berurusan dengan orang secara keseluruhan yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Selain itu meliputi aspek kepribadian manusia-pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh. Dengan demikian, karena pembelajaran berurusan dengan orang secara keseluruhan, maka hak untuk memudahkan pembelajaran tersebut diberikan oleh siswa dan diraih guru.

Memasuki dunia mereka merupakan tindakan yang akan memberi ijin kepada guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan agar para siswa memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Dengan memasuki dunia siswa


(50)

dari dunia guru, maka akan tercipta dunia kita. Dari dunia kita siswa akan mempelajari hal baru dan akan menerapkannya dalam situasi yang baru.

2.1.6.2Prinsip-prinsip Quantum Teaching

Quantum Teaching mempunyai lima prinsip atau kebenaran yang mempengaruhi seluruh aspeknya (DePorter, 2005: 7). Prinsip-prinsip ini diangap sebagai struktur kunci dasar dari simfoni belajar. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

(1) Prinsip segalanya berbicara berarti seluruh lingkungan kelas membawa pesan ke pebelajar.

(2) Prinsip segalanya bertujuan berarti semua pembelajaran haruslah mempunyai tujuan -tujuan yang jelas.

(3) Prinsip pengalaman sebelum pemberian nama berarti sebelum mendefinisikan, membedakan, siswa terlebih dahulu telah memiliki atau telah diberikan pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.

(4) Prinsip akui setiap usaha berarti apapun usaha yang telah dilakukan siswa haruslah mendapat pengakuan dari guru maupun siswa lainnya.

(5) Prinsip jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan berarti setiap usaha belajar yang dilakukan layak untuk dirayakan untuk memberi umpan balik dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

2.1.6.3Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching

Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching dikenal dengan istilah TANDUR, yang di dalamnya memiliki 6 tahap atau fase yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (DePorter, 2005: 88).

(1) Tumbuhkan

Tumbuhkan berarti menumbuhkan minat belajar siswa. Untuk menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara memberitahukan manfaat materi yang akan dipelajari. Guru menjelaskan manfaat dan tujuan dari mempelajari suatu materi yang akan diberikan kepada siswa. Strategi yang


(51)

27 dapat digunakan misalnya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, drama, video, atau cerita yang berkaitan dengan materi.

(2) Alami

Alami berarti guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh mereka. Guru memberikan pengalaman belajar kepada siswa dan menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Agar siswa mamahami informasi yang diberikan dapat melalui permainan atau kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Strategi yang dapat digunakan dengan jembatan keledai, permainan, dan simulasi sehingga dapat mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.

(3) Namai

Penamaan memuaskan otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mengidentifikasikan. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa pada saat pembelajaran. Penamaan berarti guru menyediakan kata-kata kunci, konsep, rumus yang merupakan materi utama yang menjadi pesan pembelajaran. Strategi yang dapat digunakan misalnya dengan susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan poster di dinding. (4) Demonstrasikan

Guru memberi peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pembelajaran yang lain dan kehidupan siswa. Mendemonstrasikan berarti guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat menunjukkan kemampuannya. Cara siswa untuk menunjukkan tingkat kecakapanannya dalam pembelajaran misalnya dengan sandiwara, permainan,


(52)

lagu, atau penjabaran. Siswa juga dapat menunjukkannya melalui aktivitas dan minatnya dalam pembelajaran, kemudian dapat dilihat dari hasil belajarnya.

(5) Ulangi

Pengulangan memperkuat hubungan syaraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini!”. Jadi, pengulangan harus dilakukan secara multikecerdasan dan lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya. Guru menunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka benar-benar tahu akan apa yang dipelajari. Siswa mendapat kesempatan mengulang misalnya dengan mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain, menjawab pertanyaan yang telah diberikan guru, atau guru dan siswa bersama-sama mnyimpulkan materi yang telah dipelajari.

(6) Rayakan

Rayakan berarti guru memberikan pengakuan atas upaya yang telah dilakukan siswa dalam menampilkan penyelesaian, partisipasi, pemerolehan keterampilan, dan ilmu pengetahuannya. Perayaan memberi rasa selesai dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Jika layak dipelajari, maka layak dirayakan. Cara yang sesuai untuk merayakan atas usaha siswa misalnya melalui pujian, penghargaan, bernyanyi bersama, atau pesta kelas.

2.1.6.4Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Segala sesuatu yang berada di lingkungan kelas akan menyampaikan pesan yang memacu atau menghambat belajar. Meskipun kita secara sadar hanya memperhatikan masukan satu-satu, otak mampu secar tidak sadar memperhatikan banyak hal dari banyak sumber sekaligus (Lozanov, 1979) dalam (DePorter, 2005: 65). Lingkungan kelas yang menyenangkan, misalnya terdapat poster-poster yang


(53)

29 menarik atau rak buku yang tersusum rapi akan membuat suasana belajar lebih nyaman. Jika ruangan kelas dipenuhi dengan poster yang lama atau buku yang berantakan maka siswa akan mengalihkan perhatiannya dari belajar. Siswa dapat berkata, “Belajar itu kuno, usang, dan melelahkan.” Oleh karena itu, marilah kenali lingkungan Quantum Teaching yang dapat memacu dan meningkatkan daya ingat siswa berikut ini:

(1) Lingkungan Sekeliling

Guru dapat menggunakan alat peraga dalam pembelajaran karena dapat merangsang modalitas visual. Lingkungan belajar perlu dikelola secara kondusif. Lingkungan belajar bukan hanya secara fisik tetapi juga non fisik. Gerakan mata selama belajar dan berpikir terikat pada modalitas visual, auditorial, dan kinestetik. Jadi, mata kita bergerak menurut cara otak mengakses informasi. Ide yang dapat digunakan untuk merangsang modalitas visual siswa antara lain dengan (a) Poster ikon atau simbol untuk setiap konsep utama, (b) Poster afirmasi untuk memotivasi siswa dan menguatkan keyakinan kepada siswa tentang belajar, misalnya “Aku mampu mempelajarinya!”, dan (c) Warna untuk memperkuat pembelajaran guru dengan siswa.

(2) Pengaturan Bangku

Cara mengatur bangku mempunyai peran penting dalam pengorkestrasian belajar. Di sebagian besar ruang kelas, bangku siswa dapat disusun untuk mendukung tujuan pembelajaran. Guru bebas menugaskan siswa untuk mengatur ulang bangku untuk memudahkan jenis interaksi yang diperlukan. Misalnya, pengaturan bangku yang diputar agar saling berhadapan


(54)

untuk mengerjakan tugas kelompok. Meskipun bangkunya tidak berubah, tetapi pelajarannya tidak.

(3) Musik

Musik berpengaruh pada guru dan siswa. Musik dapat digunakan untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental, dan mendukung lingkungan belajar. Musik juga dapat membantu siswa masuk ke keadaan belajar optimal serta membangun hubungan antara siswa dengan guru. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak. Menurut Lozanov (1979) dalam DePorter (2005: 73) Irama, ketukan, dan keharminisan musik mempengaruhi fisiologi manusia terutama gelombang otak dan detak jantung, serta membangkitkan perasaan dan ingatan. Musik dapat membantu siswa dapat masuk ke keadaan belajar optimal.

2.1.7 Mind Mapping

Metode mencatat yang baik harus membantu kita untuk mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru. Mind Mapping (peta pikiran) memungkinkan terjadinya semua hal itu. Mind Mapping dikembangkan oleh Tony Buzan, kepala brain foundation. Menurut Buzan (1993) dalam DePorter (2005: 176) peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Silberman (2009: 188) menyatakan bahwa pemetaan pikiran (mind mapping) adalah cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian


(55)

31 baru.

Buzan (1993) dalam Wang, Lee, dan Chu (2010) menyatakan bahwa “mind map is a useful key adopting association skill and utilizing pictures to express the thoughts to maximize brain potential.” Pernyataan tersebut berarti peta pikiran adalah kunci yang berguna melalui keahlian mengumpulkan dan memanfaatkan gambar untuk mengekspresikan pikiran yang memaksimalkan potensial otak. Mind Mapping merupakan keterampilan untuk mengembangkan seluruh otak, menerapkan karakter, gambar, angka, logika, ritme, warna dan metode observasi yang unik. Mind Mapping dapat menyediakan ruang imajiner limitedless atau imajinasi yang tidak terbatas dan bebas ke otak. Dengan menerapkan peta pikiran akan meningkatkan kemampuan analisis dan penalaran logis dari otak kiri dan berpikir kreatif dan memori otak kanan dapat dimaksimalkan.

Warna bagi otak dianggap sama menariknya dengan gambar sehingga nampak lebih menarik. Sementara garis lengkung digunakan untuk menghubungkan pikiran-pikiran kita. Garis lengkung lebih efektif digunakan dalam Mind Mapping karena garis lurus cenderung membosankan sedangkan garis lengkung membebaskan kita untuk membentuk garis-garis penghubung sesuai imajinasi kita. Dalam Mind Mapping juga menggunakan kata, kata yang digunakan merupakan kata kunci yang mudah diingat oleh otak kita. Sementara gambar selalu menyampaikan informasi lebih baik dari kata-kata dan juga lebih menarik perhatian kita.

Dari komponen Mind Mapping tersebut tentunya sangat menarik bila Mind Mapping diterapkan dalam pembelajaran. Siswa akan tertarik dengan warna, gambar, garis, dan simbol yang ada pada Mind Mapping sehingga siswa dapat


(56)

lebih fokus pada materi pelajaran. Mind Mapping juga membebaskan setiap siswa untuk berkreasi untuk membuat peta pikirannya sendiri-sendiri. Dengan demikian, selama pembelajaran, bukan guru yang menjadi pusat perhatian, melainkan siswa yang menjadi pusat pembelajaran tersebut. Siswa juga bebas mengembangkan kreasinya. Menurut Bachman (2005: 77) pembentukan Mind Mapping selalu dimulai dengan satu konsep atau tema tunggal diseputar beberapa konsep terkait lain yang dihubungkan dengannya. Mind Mapping berarti menuliskan tema utama sebagai titik sentral atau tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah tersebut dan mencari hubungan antara tema turunan.

Mind map atau peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual. Dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (DePorter, 2005: 153). Mind map merupakan cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari otak kita. Pembelajaran menggunakan Mind Mapping melibatkan emosi, kesenangan, kreativitas seseorang dalam membuat catatan-catatan, sehingga dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil sekaligus minat siswa. Berikut cara membuat Mind Mapping atau peta pikiran menurut DePorter (2005: 157):

(1) Di tengah kertas, buatlah lingkaran dari gagasan utamanya (2) Tambahkan cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci

gunakan pensil warna

(3) Tulislah kata kunci/ frase pada tiap cabang (4) Tambahkan simbol dan ilustrasi

(5) Gunakan huruf kapital

(6) Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf yang lebih besar

(7) Gambarkan Mind Mapping kemudian garis bawahi dan gunakan huruf tebal


(57)

33 (9) Buatlah Mind Mapping secara horizontal untuk memperbesar

ruang.

2.1.8 Materi Bangun Datar

Salah satu kajian materi pembelajaran matematika yang diajarkan di SD adalah Geometri. Pada penelitian kali ini juga akan meneliti keefektifan model

Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping pada materi sifat-sifat bangun datar di kelas V semester dua. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini akan memfokuskan pada Standar Kompetensi (SK) memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun, Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Alokasi waktu yang disediakan 12 jam pelajaran.

Bangun datar merupakan bangun dua dimensi. Bangun datar dalam matematika disebut bangun geometri. Contoh bangun datar antara lain persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, dan jajargenjang. Masing-masing bangun datar memiliki sifat yang berbeda dengan bangun datar lainnya (Kasri, 2006: 64).

2.1.8.1Trapesium

Trapesium adalah bangun datar segiempat dengan dua buah sisinya yang berhadapan sejajar. Trapesium memiliki 3 jenis trapesium yaitu: (1) trapesium siku-siku, (2) trapesium sama kaki, dan (3) trapesium sembarang.

(1) Trapesium siku-siku


(58)

Pada trapesium ABCD, AB sejajar dengan CD.

∠BAC=∠ACD=90° (siku-siku). Sifat-sifat trapesium siku-siku yaitu memiliki sisi sejajar dan memiliki 2 sudut.

(2) Trapesium sama kaki

Gambar 2.2 Trapesium sama kaki

Berdasarkan trapesium sama kaki KLMN dan ab merupakan sumbu simetri, maka: KN = LM, Na = Ma, ∠KNM = ∠LMN dan ∠NKL =

∠KLM. Sifat-sifat trapesium sama kaki yaitu: memiliki 2 sisi yang sama panjang dan 2 pasang sudut yang sama besar.

(3) Trapesium sembarang

Gambar 2.3 Trapesium sembarang

Sifat-sifat trapesium sembarang yaitu: memiliki 2 sisi sejajar tetapi tidak sama panjang dan memiliki sudut yang tidak sama besar.

2.1.8.2Jajargenjang

Jajargenjang adalah bangun datar segiempat dengan sisi-sisinya yang berhadapan sejajar dan sama panjang. Jumlah sudut yang berdekatan


(59)

35 1800, dan kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang.

Gambar 2.4 Jajargenjang

Sifat-sifat yang dimiliki jajargenjang yaitu: (1) mempunyai empat sisi, sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang, (2) Mempunyai empat sudut, terdiri dari dua sudut lancip dan dua sudut tumpul, (3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar, (4) kedua diagonalnya berpotongan dan saling membagi dua sama panjang, dan (5) jumlah sudut-sudut yang berdekatan 180°.

2.1.8.3Belah ketupat

Belah ketupat merupakah bangun datar segiempat, yang keempat sisinya sama, dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar. Sifat-sifat yang dimiliki belah ketupat yaitu: (1) semua sisi sama panjang, (2) kedua diagonal belah ketupat merupakan sumbu simetri, (3) sudut-sudut yang berhadapan sama besar, dan (4) diagonal-diagonal belah ketupat saling berpotongan tegak lurus.


(60)

2.1.8.4Layang-layang

Layang-layang dibentuk dari dua segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan berimpit. Secara umum sifat-sifat layang-layang antara lain, mempunyai satu sumbu simetri, mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang, dan mempunyai sepasang sudut berhadapan yang sama besar.

Gambar 2.6 Layang-layang

2.1.9 Penerapan Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping pada

Pembelajaran Matematika

Penerapan Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping dalam pembelajaran matematika merupakan implementasi dari kerangka rancangan pembelajaran dalam Quantum Teaching. Penerapan Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping pada pembelajaran materi sifat-sifat bangun datar di SD adalah sebagai berikut:

(1) Tumbuhkan

Tahap tumbuhkan berarti guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa. Dengan mengetahui tujuan dari apa yang akan dipelajari oleh siswa, maka dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Guru menjelaskan manfaat dan tujuan dari mempelajari materi sifat-sifat bangun datar. Strategi


(61)

37 yang dapat digunakan untuk menumbuhkan minat siswa misalnya, dengan memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai bangun datar yang akan dipelajari atau dengan meminta siswa untuk menyebutkan contoh benda yang bentuknya sesuai dengan bangun datar yang dipelajari.

(2) Alami

Dalam tahap alami berarti guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh mereka. Guru memberikan pengalaman belajar kepada siswa dan menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Agar siswa mamahami informasi yang diberikan dapat melalui permainan atau kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok dan berdiskusi untuk mengerjakan soal latihan mengenai bangun datar.

(3) Namai

Tahap namai berarti penamaan yang memuaskan otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mengidentifikasikan. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa pada saat pembelajaran. Dalam tahap ini guru menggunakan Mind Mapping untuk menjelaskan kepada siswa mengenai bangun datar dan sifat-sifatnya serta bentuknya. Siswa juga ditugaskan untuk mencatat dengan teknik Mind Mapping. Dalam pembelajaran di kelas, guru juga membuat poster ikon bangun datar sehingga siswa dapat melihat konsep.


(62)

Mendemonstrasikan berarti guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat menunjukkan kemampuannya. Dalam pembelajaran, siswa menunjukkan kemampuannya dengan menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan teman-temannya. Kemudian guru bersama siswa mencocokkan pekerjaan bersama.

(5) Ulangi

Guru menunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka benar-benar tahu akan apa yang dipelajari. Penerapan dalam pembelajaran siswa mendapat kesempatan mengulang misalnya dengan mengajarkan pengetahuan baru kepada temannya, menjawab pertanyaan yang telah diberikan guru, serta guru dan siswa bersama-sama mnyimpulkan materi yang telah dipelajari.

(6) Rayakan

Rayakan berarti guru memberikan pengakuan atas upaya yang telah dilakukan siswa dalam menampilkan penyelesaian, partisipasi, pemerolehan keterampilan, dan ilmu pengetahuannya. Penerapan dalam pembelajaran di kelas dengan memberikan penghargaan kepada siswa yang berani menyampaikan hasil diskusi di depan kelas dan memperoleh nilai tertinggi.

2.2

Kajian Empiris

Model pembelajaran Quantum Teaching dan teknik Mind Mapping

dianggap dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa di SD. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang telah dilakukan. Beberapa penelitian yang


(63)

39 dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini diantaranya yaitu penelitian Rosidah (2009) dan penelitian Oktamarini (2011).

Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Rosidah (2009) berjudul ”Penerapan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Pokok Bahasan Persiapan Kemerdekaan dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia SD Negeri Tamansatriyan 02 Tirtoyudo Kabupaten Malang”. Hasil pretest yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa masih 93% siswa kurang menguasai materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Penelitian menunjukkan peningkatan pada hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai rata-rata 60,9 pada siklus II nilai rata-rata 77. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I sebesar 36,4%, pada siklus II sebesar 81,8%. Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa penerapan teknik mind map dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia kelas V SDN Tamansatriyan 02 Tirtoyudo Kabupaten Malang.

Penelitian serupa dilakukan oleh Oktamarini (2011) berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) dengan Teknik Mind Mapping untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD No. 2 Bongan”. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa. Rata-rata skor tes siswa mengalami peningkatan sebesar 15,03%. Pada siklus I nilai rata-rata skor tes siswa 6,65 menjadi 7,65 pada siklus II. Daya serap merupakan rata-rata skor tes siswa dibagi skor tertinggi ideal. Daya serap yang diperoleh pada siklus I sebesar 66,5% dan mengalamipeningkatan pada siklus II menjadi 76,5%. Ketuntasan belajar siswa meningkat 35,30% dari 65,38% pada siklus I menjadi 88,46% pada siklus II. Proses pembelajaran telah optimal, jika


(64)

rata-rata skor tes siswa yang diperoleh 65, daya serap 65%, dan ketuntasan belajar siswa minimal 75%. Berdasarkan hasil penerapan model Quantum Teaching dari siklus pertama dan kedua, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa meningkat.

Keberhasilan penerapan Quantum Teaching dan Mind Mapping pada penelitian di atas, menjadi salah satu faktor pendukung bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Penelitian di atas memiliki kesamaan pada permasalahan, materi dan model pembelajaran yang digunakan. Perbedaannya penelitian yang dilakukan kali ini merupakan penelitian eksperimen untuk melakukan pengujian lebih lanjut mengenai keefektifan model Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping terhadap minat dan hasil belajar siswa bila diterapkan di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal.

2.3

Kerangka Berpikir

Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang dapat mendukung proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini adanya pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Mind Mapping merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaitan satu sama lain, sehingga akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Dengan digunakannya Mind Mapping pada model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran matematika di kelas maka akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak sehingga prestasi belajar matematika siswa akan meningkat. Pembelajaran


(65)

41 yang berhubungan dengan hal yang bersifat logis (seperti belajar) dan otak kanan berhubungan dengan keterampilan (aktivitas kreatif).

Melalui pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Mind Mapping

siswa diberikan kebebasan untuk mengkonstruksi suatu konsep menurut pemahamannya dan menggunakan konsep tersebut. Kegiatan pembelajaran akan lebih menyenangkan, minat belajar siswa terhadap matematika akan lebih besar dan memberikan kebebasan pada siswa mengkonstruksikan pengetahuannya untuk membangun sendiri konsep yang dipelajari dan akan berdampak positif bagi siswa itu sendiri dalam memahami suatu konsep matematika khususnya bangun datar.

Bagan 2.1 Pola Kerangka Berpikir Pembelajaran Matematika Bangun Datar Model pembelajaran konvensional yang kuarang adanya inovasi

Adanya inovasi model pembelajaran Quantum

Teaching dengan teknik Mind Mapping

Siswa aktif, pembelajaran menyenangkan, dan

bermakna Siswa pasif, mudah

bosan, kurang bermakna

Minat dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran inovatif

yang sesuai dengan karakteristik siswa SD Minat dan hasil belajar

siswa dengan pembelajaran konvensional yang kurang adanya inovasi


(66)

2.4

Hipotesis

Penelitian ini menguji hipotesis komparatif dari dua sampel dengan melakukan pengujian satu pihak kanan. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

(1) Ho1 : Minat belajar siswa pada materi bangun datar kelas yang menggunakan

model pembelajaran Quantum Teaching tidak lebih baik daripada minat belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

(2) Ha1 : Minat belajar siswa pada materi bangun datar kelas yang menggunakan

model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik daripada minat belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

(3) Ho2 : Hasil belajar siswa pada materi bangun datar kelas yang menggunakan

model pembelajaran Quantum Teaching tidak lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

(4) Ha2 : Hasil belajar siswa pada materi bangun datar kelas yang menggunakan

model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(67)

43

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini akan dikemukakan populasi dan sampel, desain eksperimen, variabel, data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:

3.1

Populasi dan Sampel

Pembahasan mengenai populasi akan menjelaskan besar populasi dan penentuan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Populasi yang digunakan dalam peneltitian ini yaitu siswa kelas V di SD Negeri Tunon Kota Tegal. Kelas yang digunakan sebagai sampel merupakan kelas paralel yaitu kelas VA dan VB di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal. Di bawah ini merupakan penjelasan lebih jelasnya dari populasi dan sampel.

3.1.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 119). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 93 siswa yaitu siswa kelas V di SD Negeri Tunon 1 dan SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal. Siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal terdiri dari kelas VA yang berjumlah 25 siswa dan siswa kelas VB berjumlah 24 siswa, serta siswa kelas V SD Negeri Tunon 1 sebagai kelas uji coba berjumlah 44 siswa. Alasan peneliti menentukan populasi tersebut dikarenakan sekolah tersebut terdapat dalam lingkungan yang sama. Jam pelajaran matematika pada masing-masing kelas diajarkan pada jam yang relatif sama. Tenaga pendidik pada populasi


(1)

Poster Simbol Bangun Datar

Lampiran 48


(2)

(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bachman, Edmund. 2005. Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

DePorter, B., Readon, M., dan Nourie, S. S. 2005. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa.

DePorter, Bobbbi dan M. Hernacki. 2005. Quantum Learning: membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Djaali, Haji. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika: Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Heinze, Aiso, K. Reiss, and F. Rudolph. 2005. Mathematics achievement and interest in mathematics from a differential perspective. Analyses. 37/3: 213.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2010. Materi pokok pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Heruman. 2012. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kasri, Khafid dan Suyati. 2007. Pelajaran Matematika penekanan pada berhitung Jilid 5B. Jakarta: Erlangga.

Muhsetyo, Gatot, dkk. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Munib, Achmad. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Oktamarini, Dwi R. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) Dengan Teknik Mind Mapping Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD No 2 Bongan Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi. Universitas Mahasaraswati Denpasar.


(5)

Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.

Rasyid, Harun dan Mansur. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Rosidah, Ummu. 2009. Penerapan Teknik Mind Map Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Tamansatriyan 02 Tirtoyudo Kab.Malang. Skripsi. Universitas Negeri Malang.

Sardiman, AM. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Silberman, Melvin L. 2009. Active Learning: 101 strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri dan YAPPENDIS.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soenarjo, RJ. 2007. Matematika 5 : untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Soeparwoto, dkk. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Sudaryono, G. Margono, dan W. Rahayu. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2011. Metode peneleitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

______. 2012. Metode Peneleitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

Sukardi. 2011. Metodologi penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukestiyarno, dan Wardono. 2009. Statistika. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Sumanto, YD, dkk. 2008. Gemar Matematika 5: untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sumiati. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim Penyusun. 2009. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2006. Bandung: Fokusmedia.

Wang, Wen-Cheng, Lee, Chung-Chieh, and Chu, Ying-Chien. 2010. A Brief Review on Developing Creative Thinking in Young Children by Mind Mapping. International Business Research. 3/ 3.

Wiranataputra, Udin S. 2007. Materi pokok teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR

0 3 11

KEEFEKTIFAN MODEL JIGSAW TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SIFAT SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SDN RANJINGAN BANYUMAS

1 24 254

KEEFEKTIFAN METODE MATEMATIKA GASING TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR KELILING BANGUN DATAR SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KALIPANCUR KABUPATEN PEKALONGAN

6 42 261

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MARGA AYU 01 KABUPATEN TEGAL

1 17 365

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PECAHAN KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG TENGAH 1, 2, 3 KOTA TEGAL

5 24 333

Keefektifan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pagerbarang 03 Kabupaten Tegal

0 19 373

Keefektifan Penggunaan Model Mind Mapping terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Pokok Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan pada Siswa Kelas V di SDN Tunon 2 Kota Tegal

2 32 249

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR MELALUI TANGRAM DENGAN PENERAPAN MODEL PAIKEM PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PENER 01 KABUPATEN TEGAL

0 12 339

Hubungan Antara Minat Baca dan Kontinuitas Belajar Terhadap Prestasi Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Tegalsari 8 Kota Tegal

4 43 101

KEEFEKTIFAN MODEL AUDITORY REPETITION (AIR) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI PEKAUMAN OTA TEGAL

0 0 70