Kalimat Efektif Belajar Efektif Bahasa Indonesia Kelas 11 E Kusnadi H Andang Purwoto Siti Aisah 2009

104 104 104 104 104 u Belajar Efektif Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 untuk SMAMA Kelas XI Ilmu AlamIlmu Sosial u 3 4. Ubah kalimat tidak efektif tersebut agar menjadi kalimat yang efektif 5. Ubahlah kalimat tidak lengkap berikut ini agar menjadi kalimat lengkap a. Kemarin sore. b. Baru saja c. Mahal d. Sudah tidur e. Mau pergi

3. Menyampaikan Ringkasan

Ringkasan hendaknya dibedakan dengan istilah lain yang pengertiannya kadangkala tumpang tindih, yaitu ikhtisar. Perbedaan kedua istilah tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tuliskan ringkasan teks sambutan yang berjudul ”Peringatan Hari Pahlawan” 2. Sampaikan ringkasan tersebut secara lisan di depan kelas 3. Siswa yang lain mendengarkan serta menganalisis kesesuaian ringkasan dengan teks asli serta pelafalan dalam penyampaian Ringkasan • Tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli. • Tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan asli secara proporsional. • Inti atau pokok permasalahan dan problematik pemecahannya dapat dikemukakan langsung dengan diperjelas dengan ilustrasi atau isi beberapa bagian atau bab. • Bagian atau bab yang kurang penting dapat diabaikan. • Tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. • Tetap mempertahankan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proporsional. Ikhtisar 105 105 105 105 105 u Belajar Efektif Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 untuk SMAMA Kelas XI Ilmu AlamIlmu Sosial u B Menulis Karangan Eksposisi

1. Menulis Paragraf Ekspositori

Ekspositori yang sering juga disebut teknik analitis, yaitu pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. Bahkan sering dijumpai dalam suatu karya fiksi, sebelum kita akrab berkenalan dengan tokoh cerita itu, informasi kedirian tokoh tersebut justru telah lebih dahulu kita terima secara lengkap. Hal semacam itu biasanya terdapat pada tahap perkenalan. Pengarang tidak hanya memperkenalkan latar dan suasana dalam rangka ”menyituasikan” pembaca, melainkan juga data-data kedirian tokoh cerita. Perhatikan contoh paragraf berikut ini Bapaknya yang masih duduk senang di atas kursi rotan itu jadi menteri kabupaten di kantor patih Sumedang. Ia sudah lebih dari separuh baya — sudah masuk bilangan orang tua, tua umur— tetapi badannya masih muda rupanya. Bahkan hatinya pun sekali-kali belum boleh dikatakan ”tua” lagi, jauh dari itu. Barang di mana ada keramaian di Sumedang atau di desa-desa yang tiada jauh benar dari kota itu, hampir selalu ia kelihatan. Istimewa dalam adat kawin, yang diramaikan dengan permainan seperti tari-menari, tayuban, dan lain-lain, seakan-akan dialah yang menjadi tontonan Sampai pagi mau ngibing, dengan tiada berhenti-hentinya. Hampir di dalam segala perkara ia hendak di atas dan terkemuka … rupanya dan cakapnya. Memang ia pantang kerendahan, perkataannya pantang dipatahkan. Meskipun ia hanya berpangkat menteri kabupaten dan ”semah” pula di negeri Sumedang, tetapi hidupnya tak dapat dikatakan berkekurangan. Rumahnya bagus, lebih daripada sederhana; perabotnya cukup, lebih banyak, lebih pantas daripada perkakas rumah amtenar yang sederajat dengan dia, bahkan …. Katak Hendak Jadi Lembu, 1978:12-13 Teknik pelukisan tokoh seperti di atas bersifat sederhana dan cenderung ekonomis. Hal inilah yang merupakan kelebihan teknik analitis tersebut. Pengarang dengan cepat dan singkat dapat mendeskripsikan kedirian tokoh ceritanya. 106 106 106 106 106 u Belajar Efektif Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 untuk SMAMA Kelas XI Ilmu AlamIlmu Sosial u Khazanah Bahasa 4 1. Buatlah satu paragraf yang bertema kepahlawanan dengan menggunakan teknik ekspositori 2. Gunakan kalimat yang bervariasi serta EYD dan diksi yang tepat 3. Tukarkan hasil pekerjaan kamu dengan teman kemudian saling menganalisis dari unsur: a. kesesuaian bentuk karangan; b. penggunaan EYD; c. kebervariasian penggunaan kalimat; dan d. pilihan kata diksi 4. Bacakan karangan teman tersebut di depan kelas berikut hasil analisisnya Variasi kalimat adalah penganekaragaman pemakaian kalimat untuk menghindari kejenuhan pembaca. Misalnya, variasi sinonim kata, variasi panjang pendeknya kalimat, variasi penggunaan bentuk me- dan di- dan variasi posisi unsur kalimat. Pilihan kata adalah cara pemilihan penggunaan bahasa dengan penyesuaian terhadap masalah yang akan disampaikan, jenis tulisan, juga sasaran pembaca.

2. Menulis Kalimat Topik

Paragraf merupakan satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas perangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. Agar pikiran tersebut dapat diterima dengan jelas oleh pembaca, maka paragraf harus tersusun logis-sistematis. Alat bantu untuk menciptakan susunan logis sistematis itu ialah unsur-unsur paragraf seperti: 1 transisi, 2 kalimat topik, 3 kalimat pengembang, dan 4 kalimat penegas. Keempat unsur paragraf tersebut kadang- kadang bersama-sama, kadang-kadang hanya sebagian tampil dalam suatu paragraf. Perhatikan contoh paragraf berikut ini Contoh 1 1 Sebaliknya, di rumah, 2 Pak Ali sering marah-marah. 3 Sarapan pagi terlambat dihidangkan apalagi dalam keadaan dingin ia langsung memukul-mukul meja makan sambil memaki-maki pelayan dapur. Kamar tidur tidak bersih, giliran pelayan kamar kena omelan. Bila letak buku atau surat-surat berubah dari semula maka ia langsung menegur istri atau anaknya. Kalau pekarangan atau mobil tidak bersih, alamat pelayan taman kena ”semprotan”.