Saya berpendapat lain dari Saudara Pepen. Untuk olahraga Laksamana sedang mencari istrinya.

161 161 161 161 161 Kedisiplinan Pada Pelajaran 11 ini kamu akan mempelajari serta menguasai beberapa kemampuan berbahasa berikut ini. 1. Kemampuan membaca cepat. Dalam pembelajaran ini, kamu harus mampu membaca teks yang tersedia selama dua menit. Setelah itu, kamu diharapkan mampu menjawab sejumlah pertanyaan isi teks. 2. Kemampuan berdiskusi. Penjelasan tentang mengungkapkan gagasan dalam diskusi, mengawali kegiatan dalam pembelajaran ini yang harus kamu pahami dengan benar. 3. Kemampuan menulis teks drama. Mengembangkan penokohan dan mengembangkan konflik merupakan uraian cara-cara menulis teks drama. Akhir dari kegiatan ini, kamu diharapkan dapat menulis naskah drama dengan baik. 4. Kemampuan membaca buku biografi. Dalam pembelajaran ini disajikan sebuah teks biografi yang harus kamu baca dan pahami isinya. Setelah itu, kamu diharapkan mampu merepleksikan tokoh dalam biografi tersebut dengan diri sendiri serta mampu menjawab sejumlah pertanyaan tentang isi biografi tersebut. Pelajaran Pelajaran 11 11 162 162 162 162 162 u Belajar Efektif Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2 untuk SMAMA Kelas XI Ilmu AlamIlmu Sosial u A Membaca Cepat

1. Membaca Teks

Bacalah teks berikut dengan waktu dua menit Ketika Korupsi Dianggap Sebagai Hak Asasi Oleh Ahmad Sanusi Tambunan Indonesia termasuk negara terkorup di dunia. Dalam beberapa laporan akhir lembaga pemantau korupsi, Transparency International TI, senantiasa menempatkan Indonesia dalam sepuluh negara paling korup di samping Nigeria, Pakistan, Kenya, Bangladesh, Cina, Kamerun, Venezuela, Rusia, dan India. Di negeri ini, praktik korupsi sudah sangat menjamur, mengakar, bahkan jadi budaya sehari-hari. Hampir di setiap institusi pemerintah dari Rukun Tetangga RT sampai tingkat lembaga tinggi negara terjangkit korupsi. Misalnya, dalam mengurus KTP dan surat-surat keterangan lainnya yang dimulai dari pejabat tingkat RT si pembuat akan dikenakan biaya lain-lain di luar biaya resmi. Pembuatan surat izin mengemudi SIM, sertifikat tanah, bahkan sampai membuat surat keterangan tidak mampu dan surat kematian pun tak luput dari korupsi. Pada tingkat yang lebih tinggi, misalnya, seorang pejabat menyimpan uang negara dalam rekening pribadinya, menggunakan fasilitas negara seperti telepon, listrik, air, alat tulis kantor dianggap biasa. Juga anggota legislatif yang tidak disiplin menghadiri rapat-rapat DPR hingga banyak keputusan yang menyangkut kepentingan rakyat tertunda. Di lingkungan departemen yang melayani kesejahteraan rakyat, banyak dana sosial yang diselewengkan dan tidak sampai ke tangan yang berhak. Ironisnya, Departemen Agama yang seyogyanya menjadi institusi terdepan dalam mempertahankan nilai-nilai moralitas dan Departemen Pendidikan Nasional yang bertugas mencetak generasi penerus bangsa justru menjadi sarang korupsi nomor wahid. Demikian juga korupsi yang terjadi di kalangan penegak hukum, jaksa, hakim, lembaga legislatif, dan lembaga swasta-swasta lainnya. Hal yang menggelikan, bahkan masyarakat akar rumput juga ikut berkorupsi ria, meskipun kapasitasnya masih kecil-kecilan. Seperti pedagang kaki lima menggunakan badan jalan untuk berdagang yang membuat kemacetan lalu lintas dan tidak menyisakan trotoar untuk pejalan kaki, pengasong berjualan di sembarang tempat, kondektur dan sopir angkutan umum menggunakan jalan seenaknya tanpa mengindahkan rambu-rambu lalu lintas dan pengendara yang lain, para pedagang menjual tidak sesuai dengan timbangan atau takaran. Dan, para pegiat sektor informal di tengah gemerlap kota besar, juga tak kalah giat dalam berkorupsi. Tampaknya mereka tak mau kalah dan tak mau disalahkan. Korupsi sudah dianggap menjadi hak asasi yang harus mereka tuntut. ”Kalau para pejabat korupsi mengapa kami tidak,” begitulah kira-kira pembelaan mereka.