d Karena garis h’ dan garis g berpotongan sehingga dapat dibuat sebuah bidang,
misal bidang β.
e Mengambil sebarang titik pada garis g, misal titik S. f Melalui titik S dibuat garis tegak lurus bidang
α sehingga menembus bidang α di titik
S’. g Melalui titik
S’ dibuat garis sejajar g’ sehingga memotong garis h di titik T. h Melalui titik T
dibuat garis sejajar SS’ sehingga memotong garis g di titik T’. i Panjang ruas garis TT
’ adalah jarak antara garis g dan h yang bersilangan.
2.2 Kerangka Berfikir
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pelajaran matematika di sekolah masih dianggap cukup susah untuk dipahami. Hal ini terbukti dari hasil
belajar matematika beberapa peserta didik yang masih di bawah standar. Rendahnya hasil belajar peserta didik lebih terlihat khususnya pada pokok
bahasan yang bersifat abstrak sehingga memerlukan visualisasi, yaitu pada materi pokok geometri. Dimensi tiga termasuk dalam cabang geometri matematika.
Gambar 2.14 Jarak dua garis yang bersilangan 2
g h’
g’ h
S
T T’
S’
Banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami konsep geometri khususnya materi dimensi tiga. Didalam mempelajari materi dimensi tiga
khususya pada jarak pada bangun ruang diperlukan materi prasyarat mengenai proyeksi pada bangun dan ketegaklurusan pada bangun ruang. Tetapi peserta
didik belum menguasai materi prasyarat tersebut. Disamping itu, cara mengajar guru yang kurang tepat dengan kondisi peserta didik sehingga peserta didik tidak
menguasai materi dimensi tiga. Pembelajaran materi dimensi tiga hendaknya diusahakan agar peserta didik
tidak sekedar hafalan teknis melainkan dapat memahami suatu konsep. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan disesuaikan dengan teori tentang
perkembangan berpikir dalam belajar geometri menurut Van Hiele dapat menjadi alternatif usaha untuk mewujudkan hal tersebut karena peserta didik dapat
memperoleh pengalaman dalam menemukan dengan cara mereka sendiri dan interaksi dalam pembelajaran dapat terpenuhi.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menimbulkan interaksi peserta didik adalah model pembelajaran Think-Pair-Share TPS. Jika pelaksanaan
prosedur model pembelajaran TPS ini benar, maka akan memungkinkan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Di dalam model pembelajaran TPS
memiliki langkah-langkah yang ditetapkan secara emplisit untuk memberi peserta didik waktu lebih banyak berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
Model pembelajaran TPS ini juga sesuai dengan beberapa teori belajar. Menurut teori Vygotsky, dalam pembelajaran terjadi interaksi sosial dan hakikat sosial
bahwa peserta didik melakukan perkerjaan diperkenankan untuk berkelompok
kecil serta merangsang peserta didik untuk aktif bertanya dan berdiskusi untuk menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah.
Faktor lain yang mendukung dalam proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Salah satu bentuk media pembelajaran yang dapat digunakan
adalah Lembar Kerja Peserta Didik LKPD. LKPD merupakan media cetak yang berupa lembaran-lembaran kertas yang berisi informasi soal-soal atau pertanyaan
yang harus dijawab oleh peserta didik. Penggunaan LKPD sesuai dengan teori belajar Gagne bahwa dalam proses belajar dibutuhkan cara penyajian materi yang
menarik sehingga dapat meningkatkan aktivitas peserta didik. LKPD merupakan salah satu media pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing masih jarang
dilakukan sehingga peserta didik tidak hanya menghafal materi yang ada, tetapi memahami proses penemuan konsep yang ada. Hal ini diharapkan agar
pembelajaran dengan media ini menjadi bermakna dan efektif, kemudian peserta didik menjadi aktif dan memiliki sikap positif terhadap pelajaran matematika.
Uraian diatas menjelaskan bahwa model pembelajaran TPS dengan bantuan LKPD dapat memperkuat pemahaman konsep peserta didik. Sehingga
peneliti menyimpulkan bahwa dengan model pembelajaran TPS dengan berbantuan LKPD akan lebih efektif dibandingkan dengan kelas kontrol terhadap
kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas X SMA dalam materi dimensi tiga.
2.3 Hipotesis Penelitian