70
Selain itu bidan di Puskesmas Ngesrep melakukan pemeriksaan dengan teliti. Sehingga hal ini akan berdampak dengan kepuasan yang dirasakan pasien
setelah melakukan pengobatan di Puskesmas Ngesrep. Hal ini sejalan dengan pendapat Sussman et.al pada Wijono 1999 dalam Safrudin 2012, yang
menyatakan bahwa pasien akan merasa puas mendapatkan pelayanan bila mereka melihat dari berbagai segi yaitu: dokter yang terlatih, waktu tunggu singkat,
perhatian pribadi terhadap pasien, privacy dalam diskusi, staf yang menyenangkan dan ruang tunggu yang nyaman.
5.1.2. Hubungan antara Persepsi Ketanggapan dengan Tingkat Kepuasan
Pasien KIA Puskesmas Ngesrep Kota Semarang.
Hasil uji chi square didapatkan informasi bahwa responden dengan persepsi ketanggapan baik yang menyatakan puas sebanyak 15 orang 12.8 dan
yang tidak puas sebanyak 7 orang 9.2. Persepsi ketanggapan sedang yang menyatakan puas sebanyak 30 orang 34.2 dan tidak puas sebanyak 29 orang
24.8. sedangkan persepsi ketanggapan kurang yang menyatakan puas
sebanyak 13 orang 11 dan yang tidak puas sebanyak 6 orang 8. Hasil uji
chi square diperoleh p value sebesar 0.221 0.05, dengan derajat kemaknaan α
5. Hasil penelitian ini didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna
antara persepsi jaminan mutu yang diberika oleh puskesmas kepada pasien.
Variabel ketanggapan dalam penelitian ini berfokus pada pelayanan yang diberikan oleh puskesmas dalam mengerti kebutuhan pasien dan sikap bidan
dalam menanggapi keluhan serta masalah yang dihadapi oleh pasien. Diantaranya adalah tidak lama menunggu, tanggap melayani pasien dan bersedia mendengar
71
keluh kesah pasien. Dari data responden yang persepsi ketanggapan baik yang menyatakan puas sebanyak 15 orang 12.8 dan persepsi ketanggapan sedang
sebanyak 30 34.2 respsonden menyatakan puas. Dalam penelitian Niken P 2008 menyatakan bahwa kepuasan pasien
merupakan ujung dalam era persiangan saat ini. Pelanggan yang puas akan membuat meerka setia untuk tetap menggunakan jasa yang diberikan. Pelanggan
yang loyal akan membuat institusi pemebri jasa mampu bertahan. Hal ini menunjukan bahwa dengan kompetensi teknis yang baik yakni
terkait dengan keterampilan, kemapuan, atau kinerja pemberi layanan yang meliputi petugas mampu menjawab pertanyaan dari pasien, tanggap melayani
pasien dan memberikan penjelasan atas keluhan pasien, maka pasien akan merasa semakin puas. Demikian pula sebaliknya bahwa dengan kompetensi teknis yang
kurang maka pasien merasa semakin tidak puas. Hasil penelitain ini sejalan dengan Akib 2011, menyatakan bahwa ada
hubungan antara kompetensi teknis dengan kepuasan pasien. Serta jika tidak dipenuhinya dimensi kompetensi mengakibatkan berbagai hal, mulai dari
penyimpangan kecil terhadap standar , samapi kepada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien Pohan
2007.
5.1.3. Hubungan antara Persepsi Jaminan dengan Tingkat Kepuasan Pasien