Pemekaran Desa Kerangka Teori

Pemerintah Desa adalah suatu organisasi terendah sebagai alat pemerintah yang berdasarkan asas dekonsentrasi ditempatkan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Pemerintahan Wilayah Kecamatan yang bersangkutan. Personil satuan organisasi yang disebut Pemerintahan Desa kecuali kelurahan disebut perangkat negara dan bukan perangkat atau pegawai negeri, karena beberapa pertimbangan , antara lain : 1. Konsisten dengan pengertian desa ssebgai satuan ketatanegaraan. 2. Perangkat tersebut, kendatipun pada umumnya dipilih oleh dan dari kalangan masyarakat desa setempat, namun yang mengangkatnya adalah pejabat negara yang berwenang. 3. Tidak disebut seabgai perangkat atau pegawai negeri, karena kedudukan kepegawaian negeri diatur dengan peraturan perundangan tertentu, yang tidak berlaku bagi perangkat pemerintah desa otonom. Pemerintah desa tersusun dalam satuan organisasi.Organisasi itu haruslah sederhana dan efektif.Sederhana maksunya berarti mudah disesuaikan dengan keutuhan dan kondisi setempat.Dalam hubungan ini yang diseragamkan adalah struktur minimalnya. Struktur minimal itu mengandung atau terdiri atas ketiga unsure-unsur organisasi yaitu, ; 1. Unsur kepala yaitu Kepala Desa 2. Unsur pembantu kepala atau staf 3. Unsur pelaksana teknis fungsional dan territorial

1.6.7 Pemekaran Desa

Universitas Sumatera Utara Lahirnya suatu kebijakan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tersebut membuka cakrawala baru tentang besarnya arti Desa sebagai bagian tak terpisahkan dari proses sejarah perjalanan bangsa ini. Desa sebagian bagian terkecil dari setruktur pemerintahan sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI tak lagi dipandang sebelah mata. Karena sebenarnya desa memiliki kepentingan langsung dan paling urgen dalam rangka menuju cita- cita nasional, yakni mensejahterakan seluruh rakyat. Dalam konteks pemberdayaan pembangunan, pengentasan kemiskinan dan juga menjaga keutuhan NKRI. Desa menjadi entitas utama yang harus diperhatikan. Dan Undang-Undang ini telah membuka kembali pintu gerbang pemekaran desa di Indonesia pada tahun 2015 ini, yang sejak tahun 2012 bahwa meteri dalam negeri yaitu Gunawan Fauzi telah melakukan moratorium pemekaran desa. Moratorium ini disampaikan kepada seluruh pemerintahan kabupatenkota melalui surat edran Nomor 140148PMD tertanggal 13 Januari 2012 tentang moratorium pemekaran desa dan kelurahan di Indonesia. Dengan adanya Undang-Undang yang baru tentang desa, ini artinya desa telah di beri kewenangan untuk melakukan penataan desa melalui pemekaran desa. Penataan desa ini meliputi pembentukan desa baru, penghapusan desa, dan penggabungan desa. Dan dalam proses penataan ini pemerintah kabupatenkota lah yang memfasilitasi desa. Fasilitas ini berupa dukungan politik, anggaran pemekaran desa, dan kebijakan Peraturan Daerah mengenai pemekaran desa. Rangkaian turunan kebijakan dalam pemekaran desa adapun dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, dan kemudian Undang-Undang ini dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Kemudian dijabarkan lagi ke dalam Peraturan dalam Negeri, dan turunkan Peraturan Daerah, kemudian turunlah yang namanya Peraturan Bupati tentang desa. Ada pun tujuan kebijakan tentang desa yang baru ini dibentuk adalah untuk mengatasi masalah yang selama ini muncul dalam pemekaran desa. Dan harapannya dengan adanya kebijakan yang baru ini tidak ada lagi masalah yang sama lagi muncul dalam pemekaran desa yang menggunakan kebijakan tentang desa yang lama. Pemekaran desa ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan dan mempercepat pelayanan publik guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat, memicu motivasi masyarakat dalam ikut peran serta proses pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya, meningkatkan pemerataan pembangunan, dan menjadikan desa lebih mandiri. Ada pun tata pembentukan desa adalah sebagai berikut: Tabel 1.1. Proses Kegiatan Pemekaran Desa NO. PROSES KEGIATAN YANG MELAKUKAN TERLIBAT 1. Prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk membentuk desa Masyarakat 2. Mengajukan usul pembentukan desa kepada BPD dan Kepala Desa Masyarakat 3. Mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul masyarakat tentang pembentukan desa, dan kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rapat BPD tentang Pembentukan Desa BPD dan Kepala Desa 4. Mengajukan usul pembentukan BPD dan Kepala Desa Desa kepada BupatiWalikota melalui Camat, disertai Berita Acara Hasil Rapat BPD dan rencana wilayah administrasi desa yang akan dibentuk Kepala Desa 5. Melakukan observasi ke Desa yang akan Tim KabupatenKota dan Universitas Sumatera Utara dibentuk, yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada BupatiWalikota Tim Kecamatan atas perintah BupatiWalikota 6. Menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa BupatiWalikota jika layak 7. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan desa untuk menentukan secara tepat batas-batas wilayah desa yang akan dibentuk BupatiWalikota melibatkan pemerintah desa, BPD, dan unsur masyarakat desa 8. Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa hasil pembahasan pemerintah desa, BPD, dan unsur masyarakat desa kepada DPRD dalam forum rapat Paripurna DPRD BupatiWalikota 9. Melakukan pembahasan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan desa DPRD dan BupatiWalikota, bila diperlukan dapat mengikut-sertakan Pemerintah Desa, BPD, dan unsur masyarakat desa 10. Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan BupatiWalikota disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada BupatiWalikota untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Pimpinan DPRD dan BupatiWalikota 11. Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama Pimpinan DPRD 12. Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak rancangan tersebut disetujui bersama BupatiWalikota 13. Mengundangkan Peraturan Daerah di dalam Lembaran Daerah jika Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa dianggap syah Sekretaris Daerah Sumber : Bahan Hukum Primer yang diolah

1.7 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang dipergunakan untuk menjabarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian Singarinbun, 1995:33. Dalam hal penelitian ini, penulis memberikan batasan masing-masing konsep yang dipergunakan. Hal ini sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kekacauan atau kealahpahaman yang Universitas Sumatera Utara