13
berkomunikasi melalui bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran sehingga siswa mampu menyelesaikan permasahan hidup
sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak
dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan
mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
b. Teori Pembelajaran Matematika
Menurut Orton dalam Sutriasih, 2011:13 untuk mengajar matematika diperlukan teori yang digunakan antara lain untuk membuat
keputusan di kelas. Teori belajar matematika diperlukan untuk mengobservasi tingkah laku adak didik dalam kegiatan pembelajaran.
Kemampuan untuk mengambil keputusan di kelas dengan tepat dan mengobservasi tingkah laku anak didik merupakan salah sebagian dari
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga
pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. Beberapa teori pembelajaran matematika antara lain:
1 Teori Pembelajaran Bruner
Menurut Bruner seperti yang dikutip Ruseffendi 1991 menyatakan bahwa pembelajaran matematika, siswa harus
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukan dalam Heruman, 2008:4. ‘Menemukan’ yang dimaksud adalah
14
menemukan lagi discovery atau dapat juga menemukan yang baru invention. Pada teori ini Bruner berpendapat bahwa apabila peserta
didik menemukan konsep-konsepnya sendiri, maka daya ingat peserta didik akan tahan lebih lama. Teorinya bertolak belakang
dengan dengan kenyataan yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran sekarang ini. Teori Bruner menuntut siswa untuk menemukan
konsep-konsepnya sendiri. Pembelajaran berdasarkan teori Bruner berawal dari belajar dengan benda-benda konkret, yang berkaitan
dengan lingkungan peserta didik. Kemudian apabila peserta didik telah mampu pada tahap sebelumnya, maka peserta didik
mengaplikasikan pengalaman belajarnya melalui gambar-gambar atau benda semi konkret. Selanjutnya dengan pemahaman konsep
yang telah dimiliki peserta didik, mereka mampu menggunakan simbol-simbol untuk mempermudah mengingat pengalaman belajar
yang mereka peroleh. Teori Bruner banyak menggunakan lingkungan dan gambar-gambar untuk mendukung kegiatan
pembelajaran. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa proses pembelajaran
yang dikembangkan oleh Bruner melalui tiga tahap, yaitu: a
Tahap enaktif Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam
memanipulasi objek.
15
b Tahap ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek
yang dimanipulasinya. c
Tahap simbolik Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan terhadap objek real Pitadjeng, 2006:29. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa menurut teori
Bruner dalam pembelajaran matematika terbagi atas 3 tahap yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
2 Teori Pembelajaran Piaget
Menurut Piaget dalam Trianto, 2007:15, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut sebagai berikut :
a Tahap Sensorimotor lahir sampai 2 tahun
Pada tahap ini anak mendapatkan pengalaman langsung atau memanipulasi benda-benda konkret.
b Tahap Praoperasional 2 sampai 7 tahun
Pada tahap ini anak mendapatkan pengalaman langsung dengan menggunakan gambaran benda yang dimaksud.
16
c Tahap Operasi Konkret 7 sampai 11 tahun
Pada tahap ini melihat tanda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak.
d Tahap Operasi Formal 11 tahun sampai dewasa
Pada tahap ini anak sudah mampu mampu berpikir secara abstrak dengan melihat lambangsimbol atau
membacamendengar secara verbal tanpa kaitan dengan benda- benda konkret.
Menurut teori perkembangan Piaget, perkembangan kognitif siswa sekolah dasar berada pada tingkat operasional formal, yakni siswa
akan mampu memahami konsep matematika jika dengan manipulasi benda-benda konkret. Anak usia sekolah dasar sedang mengalami
perkembangan dalam tingkat berpikirnya. Taraf berpikirnya belum formal dan relatif masih konkret, bahkan untuk anak sekolah dasar kelas
rendah masih pada tahap praoperasional dan masih ada pada tahap berpikir opersi konkret, sehingga sulit mengerti konsep-konsep operasi,
seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Pada pembelajaran siswa mendapat pengalaman secara langsung dengan
menggunakan benda konkret atau bahkan dengan memanipulasi benda tersebut dengan benda lain yang mirip dengan benda aslinya sehingga
siswa lebih mudah untuk memahami materi yng disampaikan. Sedangkan siswa sekolah dasar kelas atas lima dan enam, dengan usia 11 tahun ke
atas sudah pada tahap berfikir formal. Siswa ini sudah bisa berfikir
17
secara deduktif. Siswa mendapat pengalaman belajar secara langsung tanpa mengguanakan benda konkret atau melihat langsung
lambangsimbol dan dapat berpikir secara abstrak. Pada proses pembelajaran siswa belajar secara individu maupun kelompok.
Berdasarkan definisi teori-teori pembelajaran matematika diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak belajar berlangsung
secara bertahap. Anak mendapatkan informasi dan pengalaman baru sesuai dengan tingkat perkembangan anak yaitu dilihat dari usia anak.
Oleh karena itu dalam memberikan pengalaman belajar anak, seorang guru harus memahami dan mengetahui tingkat perkembangan dan
karakteristik anak. Dalam pembelajaran siswa mendapat pengalaman belajar secara langsung dengan memanipulasi benda konkret.
Pembelajaran dapat dilakukan dengan mengkombinasikan metode pembelajaran individual dan kelompok kecil. Dalam pembelajaran
memungkinkan peserta didik menjadi kreativitas individu yang beraktualisasi diri.
c. Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar